Semaoen menulis kembali di Sinar Hindia dan diterbitkan tanggal 16 Nopember 1918, dengan
judul “Bala Tentara dan Pertoendjoekan Koeasa”. Tulisan ini sebenarnya adalah karangan Sneevliet yang diterjemahkan oleh
Semaoen dan dimuatnya di dalam Sinar Hindia. Semaoen dituduh telah menghina pemerintah dan dikenakan pasal 154 Strafwetboek.
Peraturan kebijakan pers ini telah banyak menghambat proses penyebaran komunisme melalui media tulisan. Sneevliet, Semaoen, Marco dan
Darsono terkena dampak dari peraturan pers ini. Mereka yang harus menjalani hukuman penjara, pembuangan sampai dibatasi gerakannya di dalam
organisasi yang mengkritik kebijakan pemerintah kolonial Belanda.
4. Munculnya Benih Perselisihan Dengan Tjokroaminoto
Setelah melihat hambatan Sneevliet yang dipengaruhi oleh Sneevliet harus dihadapkan pada hambatan yang bersifat ideologis. Hambatan tersebut
terlihat dari sikap beberapa tokoh Sarekat Islam yang berseberangan dengan dirinya berusaha menjauhkan pengaruh komunisme dari SI Semarang dan
kepengurusan CSI. Memang semenjak tahun-tahun permulaan organisasi Sarekat Islam ini
berdiri kelompok yang mendominasi di dalamnya adalah tokoh-tokoh moderat yang mementingkan masalah perdagangan Islam agar tidak di monopoli oleh
para pedagang asing.
121
Namun sikap moderat dari para tokoh-tokoh SI ini kemudian berlahan berubah semenjak kedatangan Sneevliet di Semarang. Ia
121
Busjarie Latif, op.cit, hlm.24.
mempengaruhi para pemimpin-pemimpin SI Semarang. Pada saat itu pimpinan SI Semarang masih berada pada pengaruh Moehammad Joesoef yang
kemudian Semaoen bergabung di dalamnya. Bergabungnya Semaoen pada kepengurusan Sarekat Islam bukan tanpa sebab, melainkan untuk melunturkan
pengaruh Moehammad Joesoef yang kurang radikal dan menyebarkan pengaruh komunisme pada organisasi ini.
122
Moehammad Joesoef merupakan ketua SI Semarang yang pro pada CSI dan komando Tjokroaminoto sehingga segala tindakannya di dalam memimpin
SI Semarang berada pada kendali CSI. Namun semenjak 6 Mei 1917 setelah Semaoen menjadi ketua SI Semarang dominasi pengaruh CSI berlahan hilang
dan keanggotaan Sarekat Islam Semarang di dominasi oleh kelompok- kelompok buruh dan nelayan. Semenjak saat itu muncul konflik perselisihan
antara Semaoen di bawah pengaruh Sneevliet dengan Tjokroaminoto dan para pendukungnya. Tentu hal ini menjadi penghambat dari proses penyebaran
komunisme. Karena tidak semua pemimpin-pemimpin SI mampu menerima ideologi komunis yang dibawa oleh Sneevliet dan Semaoen. Kemudian
dampaknya terpecah belahnya para pemimpin SI, baik yang berada pada afdeling
maupun CSI. Semenjak saat itu Semaoen selalu berselisih paham dengan Tjokroaminoto. Dari permasalahan Volksaard hingga masuknya
pengaruh ISDV pada SI Semarang menjadi topik perdebatan antara Semaoen dengan Tjokroaminoto. Semaoen mengkritik Tjokroaminoto yang saat itu
122
Moehammad Joesoef sebagai ketua SI Semarang sempat kalah suara dengan Semaoen saat berlangsungnya perdebatan tentang pembentukan komite kebebasan pers yang digalang oleh
Sneevliet. Mayoritas anggota SI Semarang mendukung sikap Semaoen dalam pembentukan komite kebebasan pers, lihat Budi Setyarso,
“Anak Buruh Si Penyusup”,Majalah Tempo Edisi Khusus Tjokroaminoto
, 15-21 Agustus 2011, hlm.66.
masuk menjadi anggota Volksaard bentukan dari Belanda. Semaoen mencibir Tjokro sebagai salah satu antek-antek Belanda. Tjokroaminoto merasa terdesak
dengan kritikan dan cibiran yang disampaikan oleh Semaoen.
123
Pada akhirnya Tjokroaminoto menyatakan mundur dari Volksaard.
Merasa terdesak dengan kritikan dan dominasi Semaoen di bawah pengaruh Sneevliet membuat Tjokroaminoto semakin kuat berebut dominasi
pengaruh di dalam SI. Hal ini terlihat pada saat terjadi kongres SI ke-2. Semaoen bersama SI Semarang yang telah berhasil menghimpun pemogokan
buruh ternyata membawa permasalahan tersebut saat berlangsungnya kongres. Para perwakilan afdeling SI lainnya ikut terpengaruh pada pernyataan Semaoen
tersebut. Tjokro saat itu terdesak karena kalah berdebat dengan Semaoen tentang pengertian kapitalisme baik dan jahat. Hal ini menguntungkan
Sneevliet dan Semaoen yang mendapatkan dukungan dari para peserta kongres. Keuntungan Semaoen dan Sneevliet dalam mengacaukan kongres SI
kedua ternyata tidak terjadi pada kongres berikutnya, yaitu saat berlangsungnya kongres SI ke-3 di Surabaya pada tahun 1919. Saat itu SI Semarang diwakili
oleh Semaoen, Darsono, Kasrin, Kadarisman, Soepardi dan Soegeng menuntut keringanan pajak bagi rakyat dan pemberatan pajak bagi kaum kapitalis.
Permasalahan ini tentu sudah dibicarakan secara matang oleh para pemimpin SI Semarang yang diikuti oleh Sneevliet dan ISDV. Namun permasalahan ini
ternyata ditentang oleh Abdoel Moeis. Kongres berlangsung dengan tegang. Abdoel Moeis memang sudah lama berusaha untuk menjatuhkan pengaruh
123
Semaoen memiliki latar belakang status sosial sebagai seorang buruh yang mudah menerima pengaruh sosialisme-komunis yang dibawa Sneevliet dibandingkan dengan Tjokroaminoto yang
memiliki latar belakang sebagaibangsawan Jawa, lihat Takashi Shiraisi, op.cit, hlm.134
Semaoen dalam kongres. Kemudian ada tiga pertentangan yang diperdebatkan oleh Semaoen dan Abdoel Moeis diluar persoalan keringanan pajak bagi
rakyat. Pertama, tentang agama Islam, Abdoel Moeis mengusulkan agar agama Islam dikembangkan. Sementara itu Semaoen sudah puas apabila agama Islam
tidak di belakangkan dari agama lain ada di Hindia Belanda. Kedua, tentang Nasionalisme, Abdoel Moeis menolak pertuanan bangsa yang satu oleh bangsa
yang lain. Sedangkan Semaoen menganggap Nasionalisme adalah perjuangan dalam melawan kapitalisme. Ketiga, tentang Kapitalisme, kelompok Abdoel
Moeis setuju bahwa untuk mencapai kemerdekaan diperlukan penumpukan kapital dan bantuan dari pemerintah kolonial. Hal ini berbeda dengan
pernyataan Semaoen yang menginginkan kapital-kapital besar dimiliki oleh koperasi.
124
Perdebatan dan pertentangan ini tentu menganggu proses jalannya kongres sehingga saat itu perlu dilakukan rapat tertutup oleh para pimpinan SI.
Semaoen sudah melakukan ancaman untuk melepaskan diri dari Sarekat Islam jika tuntutan-tuntutannya tidak diterima. Tjokroaminoto kemudian mengambil
keputusan tegas untuk menyingkirkan pengaruh Sneevliet dan Semaoen dari CSI dan afdeling-afdeling yang dipimpin olehnya dengan melarang kader-
kader SI memiliki organisasi lain di luar SI. Semaoen saat itu berang dan memilih hengkang dan mengubah SI Semarang yang ada dibawah
kepemimpinannya menjadi Sarekat Rakyat. Keputusan ini menjadi tentu saja menjadi keputusan terberat bagi Semaoen dan Sneevliet yang memutuskan
124
Soe Hok Gie, op.cit, hlm.47.
berpisah dengan CSI. Di karenakan mereka kehilangan pendukung dan dominasi kepemimpinan pada CSI. Sejak saat itu CSI dan Sarekat Rakyat
berjalan sesuai ideologinya masing-masing. Melalui perselisihan ini terlihat bahwa pengaruh komunis yang dibawa
oleh Sneevliet tidak sepenuhnya diterima oleh seluruh anggota Sarekat Islam Semarang dan CSI. Banyak perlawanan dari kelompok-kelompok pendukung
Tjokroaminoto yang sangat terlihat jelas pada saat berlangsungnya kongres. Perselisihan ini tentu menghambat kinerja Sneevliet untuk menggapai massa
pada CSI dan Semaoen tidak dapat berbuat banyak terkait kegagalan pengaruh yang diberikan untuk mengarahkan CSI menjadi radikal.
B. Persdelict Sneevliet Hingga Pembuangannya Ke Negeri Belanda