Kemunculan Organisasi Pergerakan Nasional di Semarang

hanyalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Misalnya, pemilik perusahaan- perusahaan asing yang memperkerjakan kaum pribumi, mereka sudah ditakdirkan untuk memiliki perusahaan, sama halnya dengan para pekerja yang menumpang hidup pada pemilik perusahaan, mereka sudah ditakdirkan hidup seperti itu. Namun bukan berarti dengan segala hal yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan tidak dapat diperjuangkan untuk merubah nasib menjadi lebih baik. 36 Pemikiran seperti ini bersumber pada pikiran seperti nativisme, revivalisme atau mesiasnisme. 37 Meskipun demikian hal-hal yang berkaitan dengan kebebasan, kemerdekaan dan perubahan hidup bagi masyarakat Hindia Belanda saat itu masih menjadi angan-angan yang sangat sulit untuk diwujudkan selama penetrasi kapitalisme kolonial masih berkuasa di dalamnya.

A. Masa Awal Pergerakan Nasional di Semarang 1908-1912

1. Kemunculan Organisasi Pergerakan Nasional di Semarang

Masa Pergerakan Nasional di Hindia Belanda Indonesia secara umum telah diterima sebagai sebuah pergerakan suatu bangsa untuk mencari namanya sendiri, untuk mencapai cita-citanya, yaitu Hindia Indonesia merdeka. Kata pergerakan kemudian digunakan untuk menyebut aktivitas-aktivitas bangsa Hindia dalam merealisasikan cita-cita perbaikan hidup mereka pada masa 36 Pada masa itu muncul keyakinan bagi masyarakat yang berada pada sistem kolonial tentang paham “Milenarisme”. Penganut paham ini percaya bahwa akan segera tiba masyarakat yang seluruhnya baru dan akan melenyapkan kekurangan yang terdapat dengan sekaligus. Dalam hal ini golongan ini menghadapi harapan akan kebahagiaan yang naif, keyakinan buta akan tibanya juru selamat yang akan membawa langit serta bumi baru bagi mereka. 37 Tentang konsep-konsep ini, lihat Sartono Kartodirjo, Protest Movement in Rural Java, Singapore, Oxford University Press, 1972. penjajahan yang disalurkan melalui organisasi-organisasi modern seperti Boedi Oetomo, Indhisce Partj dan Sarekat Islam. 38 Sebagai bukti bahwa golongan- golongan intelektual di Indonesia sudah mulai menyadari bahwa segala bentuk kolonialisme harus dilawan untuk mencapai sebuah cita-cita kemerdekaan. Pembentukan organisasi-organisasi pergerakan nasional ini memiliki tujuan selain melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda juga sebagai bentuk persatuan untuk mewujudkan langkah-langkah demi kemajuan kehidupan bangsa Indonesia. Pergerakan Nasional di Hindia selain ditandai dengan munculnya berbagai organisasi pergerakan yang dipelopori oleh golongan-golongan intelektual juga dapat diekspresikan melalui pers, rapat organisasi, pemogokan, pembentukan partai dan revolusi. Di dalam berbagai cara yang digunakan oleh para intelektual muda untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda rakyat Hindia Belanda mulai mencari sarana-sarana untuk mengekspresikan kesadaran politik mereka dalam menghadapi realita sosial yang terjadi. 39 Dengan demikian terciptalah dasar baru bagi gerakan kemerdekaan nasional. Gerakan kemerdekaan nasional ini mendapat dorongan pula dari kejadian-kejadian yang bersifat internasional di Asia Timur, yaitu kekalahan Rusia dari Jepang dan berakhirnya masa Perang Dunia I tahun 1904. Semenjak saat itu kesadaran bangsa-bangsa Timur berlahan muncul, demikian pun 38 Dewi Yuliati, Semaoen Pers Bumiputera dan Radikalisasi Sarekat Islam Semarang, Semarang, Penerbit Bendera, 2000, hlm.1. 39 Bersamaan dengan masuknya hubungan produksi kapitalis di Hindia Belanda berkembang juga kelas-kelas baru pada kelompok kaum pergerakan yang menuntut persamaan hak dengan kelompok kapitalis asing. Lihat, Busjarie Latif, Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI 1920-1965, Bandung, Ultimus,2014, hlm.13. kepercayaan akan hasilnya gerakan kemerdekaan menjadi bertambah kuat. Kelas-kelas baru yang muncul di Hindia Belanda menyiapkan diri untuk memegang tampuk kendali perlawanan menghadapi penindasan-penindasan nasional. Hal ini mulai nampak di Jawa antara tahun 1906-1909 ketika diadakan bermacam-macam rap at yang kemudian memunculkan “Boedi Oetomo” pada tahun 1908. 40 Perkumpulan ini kemudian menjadi pelopor dari gerakan- gerakan pergerakan nasional yang dipimpin oleh para mahasiswa kedokteran di sekolah dokter STOVIA, Jakarta. Namun di dalam perkembangannya Boedi Oetomo menjadi sebuah gerakan progresif yang menghendaki suatu perubahan baik dalam bidang politik dan ekonomi. Organisasi ini menjadi besar dan kebanyakan anggotanya adalah kelas bangsawaan atau priyayi. Gerakan Boedi Oetomo ini sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kaum buruh dan petani kecil, mereka hanya bertujuan mempertinggi “budi” dan praktis menghendaki pendidikan yang lebih sempurna serta terbukanya jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan kolonial bagi kaum pribumi Hindia Belanda. Banyak para anggota Boedi Oetomo pada tahun 1908 bekerja di kantor-kantor serta sekolah-sekolah milik pemerintah kolonial Belanda. Boedi Oetomo menjadi sebuah organisasi pelopor pergerakan nasional yang sangat terbuka serta kompromis dengan pemerintah kolonial Belanda. Budaya dan pengaruh Barat kemudian jelas sekali terlihat di dalam Boedi Oetomo terutama pada anggota-anggotanya. Dimana para anggota Boedi Oetomo menghendaki 40 Rutgers, SJ, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2012, hlm.2. pengajaran atau pendidikan yang mempunyai dasar Barat yang kuat, yaitu dengan mengajarkan bahasa Belanda kepada setiap anggota Boedi Oetomo. Hampir sebagian besar anggota Boedi Oetomo sedikit-dikitnya memiliki titel “Raden” 41 . Sesuai juga dengan kemampuan para anggota Budi Oetomo yang disebut sebagai kaum “lunak” dikarenakan arah pergerakannya justru semakin dekat dengan pemerintah kolonial Belanda bukan sebaliknya yang terang- terangan menolak keberadaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Kemunculan Boedi Oetomo di masa awal pergerakan nasional memperlihatkan bahwa sudah muncul kesadaran bagi golongan-golongan terpelajar di Hindia Belanda untuk membentuk organisasi dengan tujuan melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda. Semangat radikalisme belum dapat terlihat di dalam Boedi Oetomo bahkan jurang pemisah antara masyarakat miskin dengan golongan-golongan priyayi-borjuis semakin terlihat. Pemerintah Belanda semakin semena-mena menindas rakyat dan golongan buruh semakin menjerit dengan upah yang kecil. Pada waktu yang bersamaan terlepas dari Budi Oetomo, timbul suatu gerakan massa yang luas, yaitu “Sarekat Islam”. Gerakan ini berasal dari para pedagang-pedagang batik di Laweyan dan kaum pemilik industri kecil dari Surakarta. 42 Mula-mula yang menjadi intinya adalah saudagar-saudagar dan kaum industri kecil dari Surakarta. Pada permulaannya terdapatlah sifat “anti- 41 Merupakan gelar bangsawan yang diberikan untuk anak laki-laki. Nama raden berasal dari Jawa Indonesia, dengan huruf awal R dan terdiri dari 5 huruf. Kata raden memiliki pengertian, definisi, maksud atau makna bangsawan, bisa digunakan untuk nama bayi nama anak, nama perusahaan, nama merk produk, nama tempat dan lain sebagainya. 42 Rutgers, S.J.,op.cit, hlm.3. Tionghoa” dalam gerakan tersebut, sehubungan adanya persaingan antara saudagar-saudagar Surakarta dan Tionghoa. Pada waktu berdirinya di Bogor pada tahun 1911 tidak mengherankan kalau organisasi ini dinamakan Sarekat Dagang Islam. Sesuai dengan arti yang kecil daripada perdagangan dan perindustrian rakyat, maka gerakan yang pada hakikatnya bercorak borjuis liberal ini mustahil mempunyai tujuan untuk membebaskan Hindia dan menggempur kaum borjuis kolonial Belanda. Hal ini dikarenakan Sarekat Dagang Islam semata-mata dibentuk hanya demi kepentingan golongan saudagar dan pengusaha industri kecil untuk menghindari monopoli perdagangan dari para pedagang Tionghoa. 43 Program organisasi Sarekat Dagang Islam ini ditunjukkan pada ikut sertanya kaum Muslimin dalam gerakan-gerakan kemajuan, saling membantu, mempertahankan kepentingan penduduk Islam di Hindia Belanda.

2. Perkembangan Sarekat Islam Semarang 1912-1920