berpisah dengan CSI. Di karenakan mereka kehilangan pendukung dan dominasi kepemimpinan pada CSI. Sejak saat itu CSI dan Sarekat Rakyat
berjalan sesuai ideologinya masing-masing. Melalui perselisihan ini terlihat bahwa pengaruh komunis yang dibawa
oleh Sneevliet tidak sepenuhnya diterima oleh seluruh anggota Sarekat Islam Semarang dan CSI. Banyak perlawanan dari kelompok-kelompok pendukung
Tjokroaminoto yang sangat terlihat jelas pada saat berlangsungnya kongres. Perselisihan ini tentu menghambat kinerja Sneevliet untuk menggapai massa
pada CSI dan Semaoen tidak dapat berbuat banyak terkait kegagalan pengaruh yang diberikan untuk mengarahkan CSI menjadi radikal.
B. Persdelict Sneevliet Hingga Pembuangannya Ke Negeri Belanda
1. Persdelict Sneevliet di Semarang 1917
Seperti apa yang sudah dijelaskan melalui peraturan pers oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda bagi siapa saja yang melakukan kritik dan
mengungkapkan pendapat yang merugikan pemerintah kolonial Belanda mereka akan mendapatkan hukuman, baik denda maupun hukuman kurungan. Hal ini
yang juga dialami oleh Henk Sneevliet atas tulisannya yang berjudul “Zegepraal” melalui tulisan ini Sneevliet kemudian dituduh telah menghasut
rakyat Hindia Belanda untuk melawan pemerintah. Akhirnya Sneevliet disidang dalam pengadilan tinggi Semarang pada tahun 1917.
125
Persidangan Sneevliet ini berjalan dengan alot. Terjadi debat sengit antara jaksa dengan Sneevliet sebagai
125
Fritjof Tichelman, op.cit , hlm.25.
terdakwa. Hal ini kemudian menyita perhatian pada media massa untuk meliput proses persidangan.
Sinar Djawa sebagai surat kabar milik SI Semarang selalu meliput proses berjalannya sidang. Ruangan sidang dibanjiri oleh para pengunjung.
Mereka sebagian adalah para aktivis politik yang ada di kota Semarang. Mereka selalu menyimak setiap perkataan yang dikeluarkan dari mulut Sneevliet selama
proses persidangan berlangsung. Proses persidangan pun terus berlanjut, pada bulan November 1917, Sneevliet berkesempatan untuk membacakan pembelaan
di hadapan hakim dan jaksa selama sembilan jam. Pledoi ini kelak diterbitkan menjadi buku Het Proces dengan tebal 366 halaman. Pembelaan pledoi ini
berhasil menyelamatkan Sneevliet pada saat persidangan Proses persidangan yang berjalan alot tersebut sempat dimuat juga
dalam surat kabar Het Vrije Woord demikian salah satu isi yang terdapat dari proses persidangan Sneevliet dalam kasus persdelict:
Mantan Putusan Yudisial Dewan Semarang
Dari Het Verjie Woord 20 Desember 1917 Pertimbangan yang benar-benar disampaikan karena saling
memiliki keterkaitan dan dianggap bersama-sama menjadi petunjuk yang terletak terdakwa dan keterangan para saksi tersebut, secara
hukum didirikan untuk terdakwa dari tuduhan yang mengutarakan pada artikel kemenangan di Semarang yang diterbitkan oleh surat
kabar De Indier, Senin 19 Maret 1917 yang jumlahnya kemudian di distribusikan...
126
Pada tulisan ini dijelaskan tentang proses persidangan Sneevliet dan pembahasan artikel yang ditulis Sneevliet dengan judul Zegepraal serta dimuat
pada surat kabar De Indier.Sedangkan pada bagian sesudahnya hakim
126
A. Baars dan Henk Sneevliet, Het Proces Sneevliet De Sociaal-Democratice In Nederlandch- Indie
, Amsterdam, Hoogenraadslaan, 1917, hlm.343-344.
membahas tentang pernyataan Sneevliet di dalam tulisan terkait perang Dipenogoro melawan pemerintah kolonial. Pengadilan tinggi Semarang
kemudian hanya menganggap Zegepraal tidak lebih hanya sebagai serangan tajam terhadap kondisi kolonial dan bukan hasutan kebencian kepada
pemerintah seperti yang sudah dituduhkan. Keputusan hakim ternyata mengecewakan pemerintah. Jaksa Agung G.W.Uhlenbeck menyebut putusan
itu sebagai contoh dari ketidakadilan rasial, dikarenakan Sneevliet berkulit putih warga kelas satu Eropa. Uhlenbeck yakin apabila pribumi yang diadili
atas tuduhan yang sama, maka akan diberi hukuman berat. Tak terima dengan putusan tersebut Uhlenbeck mencoba naik banding. Ia mengajukan banding di
pengadilan tinggi Batavia. Akan tetapi hasilnya tetap sama, Maret 1918 Sneevliet dinyatakan bebas.
127
Sepulangnya Sneevliet dari Batavia untuk memenuhi panggilan terkait permasalahan persdelictnya, ia disambut di stasiun Semarang oleh tiga ribu
masyarakat pendukungnya. Keesokan hari keluar berita tentang kebebasan Sneevliet dengan judul Blijde Incomste. Pada tulisan tersebut Sneevliet
dikabarkan dikelilingi oleh ribuan orang pribumi yang kegirangan mengusung Sneevliet diatas pundak mereka, kemudian memanggulnya menuju pintu
keluar. Mereka berteriak serempak “Hidup Sneevliet Hidup Sneevliet”.
128
Hal ini membuktikan bahwa Sneevliet telah memiliki banyak jumlah simpatisan
dan pendukung dari masyarakat Semarang terutama kelas buruh yang telah
127
Bonnie Triyana, Hendri Isnaeni dan Allan Bakar, “Angan-angan Kemenangan”,Majalah
Historia Liputan Khusus Henk Sneevliet , Edisi 13, 2013, hlm.49.
128
De Locomotief , 6 April 1918
memberi semangat pada dirinya untuk tidak takut melawan pemerintah kolonial Belanda.
Sneevliet akhirnya bebas dari kasus persdelict yang menyita waktu serta pikirannya. Walaupun semua dapat dilalui oleh Sneevliet, tetap saja
hambatan persdelict ini berdampak pada tujuannya untuk memberikan pengaruh komunisme di Sarekat Islam Semarang, karena Sneevliet lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan masalah hukumnya di pengadilan. Melalui persidangan Sneevliet ini masyarakat Semarang lebih
mengenal sosok Sneevliet dan menujukkan simpati mereka kepadanya. Jumlah anggota bumiputera yang bergabung pada ISDV dan SI Semarang juga
semakin bertambah setelah melihat kegigihan perjuanganSneevliet melawan pemerintah kolonial Belanda. Selepasnya menjalani hukumanSneevlietterus
menulis dan melakukan propaganda. Pada 30 Juni-24 Oktober 1918, serangkaian agitasi dilakukan oleh
Sneevliet. Agitasi dan propaganda tersebut dapat dilihatdalam tujuh serial tulisannya yang diterbitkan oleh Het Vrjie Woord, antara lain judulnya Bliift op
Uw Posten Jagalah Posmu dan naskah pidatonya pada rapat pelaut Surabaya
24 Oktober 1918. Sneevliet bersama ISDV terus melancarkan propaganda sampai saat ia diputuskan untuk diusir dari Semarang karena kegiatannya yang
dianggap membahayakan pemerintah kolonial Belanda.
2. Terusirnya Sneevliet Dari Kota Semarang 1918