Anggaran Budget LANDASAN TEORI

c. Mengandung komitmen manajemen. Anggaran harus disertai dengan upaya pihak manajemen dan seluruh anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan agar penyusunan anggaran dapat bermanfaat bagi perusahaan. Dalam menyusun anggaran perusahaan harus dipertimbangkan dengan teliti sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk menjamin bahwa anggaran yang disusun adalah realistis. d. Usulan anggaran disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari pelaksana anggaran. Anggaran tidak dapat disusun sendiri-sendiri oleh setiap bagian organisasi tanpa persetujuan dari atasan pihak penyusun. e. Setelah disetujui, anggaran hanya diubah jika ada keadaan khusus. Anggaran hanya dapat diubah jika situasi internal dan eksternal organisasi memaksa untuk mengubah anggaran tersebut. Dengan asumsi, jika tetap dipertahankan anggaran malah tidak relevan lagi dengan situasi yang ada. f. Jika terjadi penyimpanganvarians di dalam pelaksanaanya, harus dianalisis sebab terjadinya penyimpangan tersebut. Tanpa analisis yang lebih mendalam tentang penyimpangan yang terjadi maka potensi untuk terulang lagi di masa mendatang menjadi besar. Tujuan analisis ini adalah untuk mencari penyebab penyimpangan supaya tidak terulang lagi di masa mendatang, dan agar penyusunan anggaran dikemudian hari menjadi lebih relevan dengan situasi yang ada. 2. Fungsi Anggaran Anggaran dapat berfungsi sebagai alat perencanaan, alat pengawasan, dan alat penilaian kinerja. Menurut Soetopo 2009: 71, beberapa fungsi dapat memiliki arti sebagai berikut ini: a. Alat perencanaan, artinya budget berguna untuk merencanakan kegiatan berikut nilai rupiah dari kegiatan tersebut. b. Alat pengawasan, artinya budget mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi perusahaan untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan aktual yang sebelumnya telah direncanakan. c. Alat penilaian kinerja, artinya budget berguna untuk menilai kemampuan seluruh departemen dalam mencapai target yang telah ditetapkan. 3. Proses Penyusunan Anggaran Menurut Soetopo 2009: 72, secara umum, proses penyusunan budget yang dilakukan oleh perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: prospek pasar perusahaan, trend permintaan pasar, sasaran dan target perusahaan, net ROI yang diinginkan, asumsi perusahaan, kebijakan perusahaan dan faktor penghambat. Dalam proses penyusunan anggaran tidak lepas dari fungsi bagian akuntansi. Sebelum memulai proses penyusunan anggaran, kepala bagian akuntansi akan memberikan informasi pada setiap pimpinan departemen tentang waktu untuk dipersiapkannya anggaran dan waktu penyerahan anggaran pada bagian akuntansi. Data yang dikumpulkan pada setiap departemen akan mengacu pada data aktual yang telah disampaikan oleh kepala bagian akuntansi. Tidak hanya bagian akuntansi yang terkait dengan rencana penetapan anggaran, bagian pemasaran pun turut terlibat dapat menyajikan rencana-rencana atau langkah-langkah yang akan menunjang keberhasilan penjualan, yang biasanya akan dituangkan dalam Marketing Plan. Seluruh rencana penjualan dan pemasaran yang dituangkan dalam Marketing Plan tersebut akan digunakan oleh departemen-departemen lainnya sebagai data pendukung penyusun anggaran. Soetopo, 2009: 72.

C. Penggolongan Biaya

Tidak semua biaya yang terjadi dalam semua pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan maka dalam pengumpulan dan pelaporan biaya setiap pusat pertanggungjawaban harus ada pemisahan antara biaya terkendalikan dengan biaya tidak terkendalikan. Menurut Mulyadi 2001: 168, pedoman dalam menetapkan suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggungjawab manajer pusat pertanggungjawaban adalah sebagai berikut: 1. Jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam pemerolehan maupun penggunaan jasa, maka ia harus dibebani biaya jasa tersebut. Misalnya, manajer pemasaran memiliki wewenang dalam memutuskan media promosi dan jumlah biayanya, maka ia bertanggungjawab penuh pada biaya tersebut. 2. Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri, maka ia dapat dibebani dengan biaya tersebut. Seorang manajer mungkin tidak memiliki wewenang dalam memutuskan pemerolehan barangjasa, baik harga maupun jumlahnya, namun dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah pemakainya. 3. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri, ia dapat juga dibebani biaya tersebut, jika manajemen puncak menghendaki agar ia menaruh perhatian sehingga ia dapat membantu manajer lain yang bertanggungjawab untuk mempengaruhi biaya tersebut. Dalam pengertiannya, biaya terkendali adalah biaya yang secara signifikan dipengaruhi oleh seorang manajer dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya tidak terkendalikan adalah biaya yang secara signifikan tidak dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh seorang manajer. Tidak adanya penggolongan biaya terkendali dan tidak terkendalikan dapat mengakibatkan sulitnya penilaian prestasi manajemen pusat pertanggungjawaban dan juga kaitannya dalam pengendalian biaya. Biaya tidak terkendalikan dapat diubah menjadi biaya terkendalikan melalui dua cara yang saling berkaitan, yaitu: dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebanan langsung, atau dengan mengubah letak tanggungjawab pengambilan keputusan. Untuk mengubah menjadi biaya terkendalikan, biaya tersebut harus dibebankan sedemikian rupa pada pusat pertanggungjawaban tertentu. Namun dapat juga dilakukan dengan cara mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan dari manajemen puncak pada manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.

D. Penilaian Kinerja Manajemen

Menurut Rudianto 2006: 310 kemampuan para manajer untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam rangka memperoleh laba usaha dalam jangka pendek maupun jangka panjang disebut dengan kinerja manajer. Pengukuran hasil kerja para manajer itulah yang disebut dengan penilaian kinerja manajemen. Pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi 2001: 415 adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja dapat dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. 1. Manfaat Penilaian Kinerja. Proses penilaian kinerja perusahaan merupakan aktivitas yang harus dilakukan perusahaan. Menurut Rudianto 2006: 312 penilaian