kinerja lainnya, seperti mutu produksi, biaya produksi, dan pemeliharaan peralatan bagi manajer produksi.
b. Kriteria beragam, yaitu ukuran penilaian kinerja dengan menggunakan
bermacam ukuran. Tujuan dari penggunaan kriteria beragam adalah supaya manajer divisi mengarahkan kinerjanya pada berbagai ukuran
kinerja seperti, profitabilitas, pangsa pasar, pengembangan karyawan, tanggungjawab masyarakat, dan sebagainya. Masing-masing ukuran
diberikan penilaian yang tersendiri dan terpisah. c.
Kriteria gabungan, yaitu ukuran penilaian kinerja dengan menggunakan metode penilaian gabungan antara beberapa ukuran seperti profitabilitas
dan pangsa pasar untuk manajer pemasaran. 3.
Pelaporan Kinerja. Laporan kinerja digunakan untuk melaporkan kinerja unit
organisasi atau kinerja manajer unit organisasi tersebut. Menurut Adisaputro dan Anggarini 2007: 48, karakteristik penting dalam laporan
kinerja adalah sebagai berikut: a.
Kinerja diklasifikasikan menurut tanggungjawab yang dibebankan, sehingga laporan harus sesuai dengan struktur organisasi.
b. Hal-hal yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan harus
ditentukan. Padahal ini harus dibedakan dengan jelas, karena kinerja manajer dinilai diukur di bawah wewenang dan tanggungjawab
manajemen yang dapat dipengaruhinya dapat dikendalikan oleh manajer.
c. Dibuat laporan yang tepat waktu. Untuk pengendalian yang efektif,
laporan kinerja harus diterbitkan dalam periode interim, seperti bulanan, mingguan atau bahkan dalam beberapa kasus, secara harian.
d. Penekanan diberikan pada perbandingan antara hasil yang direncanakan
dengan yang aktual. Laporan kinerja harus diperhatikan untuk mencari kemungkinan penyebab terjadinya perbedaan varians.
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, laporan dari setiap tingkatan manajemen pada tingkatan manajemen yang lebih tinggi
disajikan dalam
bentuk laporan
pertanggungjawaban. Laporan
pertanggungjawaban mencerminkan pelaksanaan tanggungjawab dari setiap pusat pertanggungjawaban, sehingga dapat digunakan sebagai
sasaran penilaian prestasi dan motivasi para manajer. Laporan pertanggungjawaban yang lengkap terdiri atas: anggaran, realisasi, dan
selisih dari biaya terkendali serta anggaran, realisasi, dan selisih dari biaya yang dikeluarkan untuk memperlancar aktivitas pusat yang bersangkutan.
E. Tahap Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi 2001: 420, penilaian kinerja tidak dapat dilakukan hanya pada satu tahap, tetapi ada dua tahap, yaitu: tahap persiapan dan tahap
penilaian. 1.
Tahap persiapan. Pada tahap ini seluruh fase perencanaan penilaian kinerja bagi para
manajer yang membawahi suatu unit kerja tertentu. Fase ini untuk
pemberian informasi yang jelas pada para manajer sebelum memulai aktivitasnya. Fase ini dibagi menjadi tiga langkah persiapan, yaitu:
a. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggungjawab. Ketika seseorang diminta untuk bertanggung jawab atas sesuatu maka
langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan dengan jelas daerah pertanggungjawaban yang menjadi wewenangnya. Dalam
daerah pertanggungjawaban tersebut, ia diberi wewenang untuk mempengaruhi secara signifikan berbagai variabel yang menentukan
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja harus diawali dengan penetapan garis batas tanggung jawab yang jelas bagi
manajer yang akan dinilai kinerjanya agar kinerjanya lebih mudah dinilai. Dalam bagian ini ada tiga hal yang berkaitan dengan penentuan
daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab, yaitu:
kriteria penerapan
tanggung jawab,
tipe pusat
pertanggungjawaban dan karakteristik pertanggungjawaban. 1
Kriteria penerapan tanggung jawab. Untuk memotivasi manajer secara efektif, tanggung jawab yang
dibebankan kepada manajer harus memenuhi kriteria berikut ini: tanggung jawab harus konsisten dengan wewenang yang dimiliki
oleh manajer atas pendapatan danatau biaya, batas tanggung jawab harus teliti dan adil, daerah pertanggungjawaban yang dibebankan
kepada manajer harus dapat diukur efisiensi dan efektivitasnya
dalam pemenuhan tugas khusus tertentu, dan kriteria evaluasi kinerja yang dipilih harus sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawab yang
dibebankan kepada manajer. 2
Tipe pusat pertanggungjawaban. Suatu pusat pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu
sistem yang mengolah masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusat pertanggungjawaban yang diukur dalam satuan uang disebut
dengan biaya, sedangkan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban yang dinyatakan dalam satuan uang disebut dengan pendapatan.
Hubungan antara
masukan dan
keluaran suatu
pusat pertanggungjawaban mempunyai karakteristik tertentu. Berdasarkan
karakteristik masukan dan keluarannya dalam hubungan di antara keduanya, pusat pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi 4
macam, yaitu pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba dan pusat investasi.
3 Karakteristik pusat pertanggungjawaban
Berikut ini merupakan karakteristik dari pusat pertanggungjawaban Mulyadi, 2001: 426:
a Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya
diukur prestasinya atas dasar biayanya nilai masukannya. Setiap pusat pertanggungjawaban mengkonsumsi masukan dan
menghasilkan keluaran. Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam wujud pendapatan.