Teori S – O – R dapat digambarkan sebagai berikut :
Organisme : Respon :
- Perhatian
- Kognitif
Stimulus -
Pengertian -
Afektif -
Penerimaan -
Konatif
Gambar 2.1. Teori S – O – R
2.1.5. Kewaspadaan Pemirsa Melihat Berita di Televisi
Kewaspadaan berarti sikap berhati-hati terhadap segala kemungkinan yang mengandung resiko maupun bahaya. Pada dasarnya setiap orang harus
memiliki kewaspadaan baik terhadap dirinya sendiri maupun pada lingkungannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kamisa, 1997 :
576, waspada mengandung makna awas, teliti, siap-siap. Waspada dapat diartikan sebagai bersiap-siap atau berhati-hati terhadap suatu hal. Waspada
dapat juga diartikan sebagai suatu sikap berhati – hati atau lebih sadar aware terhadap segala kemungkinan baik berupa penyebab maupun akibat
dari suatu hal yang ada di sekitar lingkungan kita. Menurut Kamus Psikologi Dr. Kartini Dali Gulo, 1995 : 14,
mekanisme waspada alerting mechanism adalah “mekanisme, siap-siap berjaga-jaga: sesuatu yang membuat organisme menjadi bersiap siaga,
penuh perhatian terhadap benda-benda dan peristiwa-peristiwa tertentu.”.
Berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi, kewaspadaan alertness berarti “kesiapan, kesiagaan, kewaspadaan, ketajaman perasaan menanggapi
sebelumnya; 1. Penuh perhatian; kondisi kesiagaan; atau kondisi berjaga- jaga penuh perhatian. 2. Kecepatan reaktivitas. 3. Suatu kondisi neurologis,
dalam mana daya elektroensefalogram menyatakan suatu tingkat yang tinggi dari kegiatan kortikal kulit otak, sebagai akibat dari rangsangan buatan pada
formasi rektikuler.”. C.P. Chaplin – Penerjemah: Dr. Kartini Kartono, 1997 : 17.
Waspada bukan berarti takut untuk melakukan suatu hal atau perbuatan, tetapi waspada lebih menunjukkan kesiapan kita baik secara fisik
maupun mental dalam menghadapi suatu hal. Dengan waspada seseorang tidak akan mudah menyerah dan berputus asa, karena dia telah siap dengan
segala kemungkinan yang akan dia terima. kewaspadaan menunjukkan seberapa besar kesiapan seseorang dalam menghadapi suatu hal dalam hal ini
adalah segala kemungkinan penculikan anak yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Indikator kewaspadaan antara lain waspada dengan tidak mudah
percaya pada orang asing yang belum dikenal serta waspada dengan selalu mendampingi anak.
Waspada dengan tidak mudah percaya pada orang asing yang belum dikenal. Misalnya dengan beberapa cara berikut, yaitu :
a. Menggunakan pengalaman sehari-hari untuk mengajarkan anak mengenai
keamanan dirinya sendiri. Katakan pada anak agar jangan mau pergi dengan orang yang belum dikenal di manapun, meskipun orang tersebut
terlihat baik atau ramah serta menjanjikan sesuatu. Dan jika anak merasa tidak aman, ajarkan untuk pergi ke restoran, pos polisi terdekat atau
tempat umum lainnya untuk meminta pertolongan. b.
Memberitahu anak agar selalu menjaga jarak dengan orang asing dan sebaiknya segera lari atau berteriak jika orang asing tersebut semakin
mendekat. c.
Beritahu anak agar selalu berjalan atau bermain bersama teman-temannya dan jangan pergi sendirian.
d. Memberitahu anak batasan mengenai sikap yang boleh atau tidak boleh
dilakukan orang lain terhadap dirinya. Seperti tidak boleh memegang bagian tubuh si anak, sehingga anak akan berusaha untuk menghindar
jika ada orang lain yang ingin menyentuhnya. Jika orang tersebut tetap memaksa, beri tahu anak agar segera menghindar atau berlari.
e. Menggunakan pengalaman orang lain atau teman dalam mengajarkan
anak, karena anak akan lebih mudah mengingat sebuah cerita. Setelah itu beritahu anak hal apa yang harus dilakukannya jika berada pada situasi
seperti itu. f.
Ajarkan anak agar tidak menerima atau mengonsumsi apapun yang diberikan oleh orang lain. Beritahu anak bagaimana menolak yang sopan,
jika anak terpaksa menerima sebaiknya jangan langsung dikonsumsi. g.
Beritahu anak mengenai nama orangtua dan nomor telepon yang bisa dihubungi, hal ini berguna jika anak dalam masalah dan ingin meminta
pertolongan. Serta ajarkan anak-anak untuk mempercayai apa kata
nalurinya, jika anak merasakan sesuatu yang aneh maka segera melarikan diri.
http:health.detik.comread200910271305071229337764penculika n-merajalela-bekali-anak-sikap-waspada
.
Selain itu, waspada dengan selalu mendampingi anak, dapat dilakukan berikut ini :
1. Jika jarak sekolah dan rumah cukup jauh, maka anak bisa diantar jemput.
Beritahu anak agar jangan mau pulang dengan orang asing atau orang tidak biasa menjemputnya. Orangtua juga bisa berpesan pada gurunya agar
menemani sang anak sampai dirinya atau orang yang sudah dikenal menjemputnya.
2. Jika pergi ke mal yang ramai pengunjungnya, sebaiknya orangtua tetap
menggenggam tangan sang anak dan jangan sampai terlepas. Namun, jika anak masih kecil tidak ada salahnya untuk menggendongnya.
3. Jangan meninggalkan anak sendirian dimanapun dan kapanpun, termasuk
saat anak ingin ke kamar mandi di mal atau tempat umum lainnya. 4.
Saat anak bermain di tempat bermain umum, dampingi selalu anak di sampingnya. Jika tidak bisa masuk ke dalam, jangan melepaskan
pandangan mata atau pengawasan dari sang anak. 5.
Saat anak berada di rumah, pastikan pintu dan jendela tertutup dan terkunci agar anak tidak keluar rumah.
6. Jangan biarkan anak mengangkat telepon atau membukakan pintu, karena
hal ini sangat berisiko. Penculik saat ini sangat berani dan hanya butuh waktu beberapa menit untuk membawa kabur sang anak.
7. Cari informasi lebih banyak tentang pencegahan terjadinya penculikan
anak dari buku,televisi, internet, maupun dari mulut ke mulut untuk mengindari anak agar tidak menjadi korban.
http:health.detik.comread200910271305071229337764penculikan- merajalela-bekali-anak-sikap-waspada
.
Kewaspadaan berarti meningkatkan kesadaran para pemirsa terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar mereka yang rentan atau memiliki resiko
menjadi penyebab terjadinya penculikan anak. Waspada akan lebih menjadikan para pemirsa sadar tentang pentingnya memiliki perilaku
waspada alert serta menghindarkan anak dari resiko terjadinya penculikan. Hal ini dikarenakan adanya penayangan berita penculikan anak di
berbagai stasiun televisi merupakan informasi yang dapat digunakan untuk informasi dan pengetahuan, sebagai sikap kewaspadaan ibu rumah tangga
terhadap keselamatan sang anak, sehingga berita penculikan anak yang ditayangkan itu dapat dilihat apakah direspon positif, negatif atau bahkan
netral. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti kewaspadaan ibu rumah tangga setelah mendapat terpaan berita penculikan anak di televisi.
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang penting ialah bagaimana caranya agar suatu pesan isi, content yang
disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan, maka terdapat hubungan, yaitu antara sikap dan dampak yang
dihasilkan dari media televisi pada isi pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan, adapun dampak yang dapat diklasifikasikan menurut
kadarnya yaitu : a.
Dampak Kognitif b.
Dampak Afektif c.
Dampak Konatif behavioural Dampak Kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan.
Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.
Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi
tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, takut, cemas, gembira, marah dan sebagainya.
Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak konatif behavioural, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan,
atau kegiatan. Effendy, 1993 : 7.
Effendy mencontohkan mengenai tiga jenis dampak di atas dapat diambil dari berita di televisi tentang seorang anak yang menderita penyakit
kepala membesar berisi air Hydrocipallus. Peristiwa yang diberitakan secara lengkap itu menarik perhatian banyak orang, maka berita tersebut dapat
menimbulkan berbagai jenis efek. Jika seorang pemirsa hanya tertarik untuk melihat saja dan kemudian ia menjadi tahu, maka dampaknya hanya kognitif
saja. Apabila ia merasa iba atas penderitaan seorang anak yang terlahir dari orang tua yang tidak mampu, berita tersebut menimbulkan dampak afektif.
Tetapi jika pemirsa yang tersentuh hatinya itu kemudian menyumbangkan uang untuk diberikan kepada si penderita, maka berarti itu menimbulkan
dampak konatif behavioural. Herbert H. Hyman menjelaskan tentang hasil analisanya tentang isi
pesan melalui televisi tentang peningkatan acara-acara agresif seperti ; berita tentang ancaman, penculikan, kekerasan fisik, pembunuhan, peredaran ganja,
masalah sosial di luar nikah dan mabuk. Hyman menemukan dalam penelitiannya suatu sikap pemirsa yang cemas, tegang dan menimbulkan rasa
takut. Astrid, 1998 : 165. Dengan demikian teknologi informasi berpengaruh lewat 2 cara, yaitu :
lewat kehadirannya physical presence dan isinya contents. Dari segi kehadirannya physical presence disebutkan oleh Steven H. Chaffe, terdapat
5 efek televisi yaitu ; efek ekonomis, efek sosial, efek penyaluran, penghilangan perasaan tertentu dan efek perasaan orang terhadap media.
Rakhmat, 1999 : 220.
Adapun pengaruh televisi tidak harus langsung terlihat, namun terpaan yang berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dann tindakan
masyarakat pemirsa. Mulyana, 1999 : 143.
2.1.6. Ibu Rumah Tangga Sebagai Pemirsa Televisi