Hubungan Terpaan Pemberitaan Di Media Online Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga (Studi Korelasi Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

(1)

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN DI MEDIA ONLINE

DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA

(Studi Korelasi Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga

di Surabaya) SKRIPSI

     

   

Oleh :

RESIA NORY FITRIANI NPM. 0743010085

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

iii   

TIM PENGUJI : 1. Ketua

Ir. H. Didiek Tranggano, M.Si NIP. 195812251990011001 2. Sekretaris

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 370069400351 3. Anggota

Drs. Kusnarto, MSi NIP. 195808011984021001

TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA

(Studi Korelasi Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya)

Oleh :

RESIA NORY FITRIANI NPM. 0743010085

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 14 Juni 2011                       Mengetahui, PEMBIMBING UTAMA

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 370069400351

D E K A N

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dra. Hj. Suparwati, MSi NIP. 195507181983022001


(3)

ii 

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN DI MEDIA ONLINE

DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA

(Studi Korelasi Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii

Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya)

Disusun Oleh :

Resia Nory Fitriani 0743010085

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 370069400351  

D E K A N

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dra. Hj. Suparwati, MSi NIP. 195507181983022001


(4)

iv   

“HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN DI MEDIA ONLINE DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA” (Studi Korelasi Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya) ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Syaifuddin Zuhri, M.Si selaku dosen pembimbing yang selama ini telah banyak memberikan kritik, saran dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih yang setinggi – tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.

2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

3. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

4. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.


(5)

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

6. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Joko Suharno dan Ibunda Riani sebagai sumber motivasi tersendiri untuk membuat bangga keluarga.

7. Sahabat-sahabat yang memotivasi dari sebelum berlangsungnya proses skripsi hingga selesainya skripsi ini: Akhmad, Risca Puspitarini, Siti Zarofah, Indriana Saprita, Diajeng Retno S, Lulut Nilot, Rika Prirachmaning, dan Desy susanti. 8. Keluarga besar AK. UPN Radio semua angkatan.

9. Temen-temen yang membantu suksesnya kuisioner skripsi ini.

10. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, Mei 2011


(6)

vi   

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... ... xv

ABSTRAKSI ... ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10


(7)

vii 

1.4.2 Manfaat Praktis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Komunikasi Massa ... 11

2.1.2 Media Massa ... 13

2.1.3 Fungsi Media Massa Sebagai Penyaji Informasi ... 15

2.1.4 Terpaan Media (Media Exposure) ... 16

2.1.5 Media Online ... 18

2.1.6 Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula ... 20

2.1.7 Tingkat Pengetahuan ... 22

2.1.8 Susu Formula ... 23

2.1.9 Bakteri Enterobacter Sakazakii ... 25

2.1.10 Khalayak Media Massa ... 26

2.1.11 Ibu Rumah Tangga Sektor Publik yang Memiliki Balita ... 29

2.1.12 Teori S-O-R ... 30


(8)

viii   

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

3.1.1 Variabel Bebas (X) : Terpaan Pemberitaan Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula di media Online ... 37

3.1.2 Variabel Terikat (Y) : Tingkat Pengetahuan Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki anak... 38

3.1.3 Pengukuran Variabel ... 41

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengukuran Sampel ... 48

3.2.1 Populasi ... 48

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengukuran Sampel ... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.4 Metode Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54


(9)

ix 

4.2 Kota Surabaya ... 55

4.3 Penyajian Data ... 57

4.3.1 Identitas Responden ... 57

4.3.1.1 Usia Responden ... 57

4.3.1.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 58

4.3.2 Terpaan Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula di Media Internet atau Online ... 60

4.3.2.1 Frekuensi Melihat dan Membaca Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula ... 61

4.3.2.2 Durasi Melihat dan Membaca Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula ... 64

4.3.3 Tingkat Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik di Surabaya Terhadap Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula ... 70


(10)

x   

4.3.3.2 Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik

tentang Kapan Awal Pemberitaan Susu Formula

yang Mengandung Bakteri Sakazakii Muncul di Media ... 73

4.3.3.3 Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik

tentang Apa itu Bakteri Sakazakii ... 75

4.3.3.4 Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik

tentang Bahaya Bakteri Sakazakii ... 77

4.3.3.5 Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik

tentang Dampak yang Timbul Jika Anak Mengkonsumsi

Susu Formula yang Mengandung Bakteri Sakazakii... 79

4.3.3.6 Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik

tentang Cara Mengantisipasi Agar Susu Formula


(11)

xi 

4.3.3.7 Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik

tentang Permasalahan Susu Formula yang Mengandung

Bakteri Sakazakii Sudah Menjadi Masalah Hukum ... 83

4.3.3.8 Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga dengan Nama Institusi yang Meneliti Susu Formula yang Mengandung Bakteri Sakazakii ... 85

4.3.3.9 Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga dengan Kelompok Bayi yang Memiliki Resiko Tertiggi Terinfeksi Bakteri Sakazakii ... 87

4.4 Analisis Data dari Pengujian Hipotesis ... 92

4.5 Interpretasi Hasil ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ...100

DAFTAR PUSTAKA ...101


(12)

xv   

Gambar 1 : Teori S-O-R ... ... 31


(13)

xii 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Penolong Koefisiensi Korelasi Rank Spearman ... 52

Tabel 2 : Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisiensi Korelasi ... 53

Tabel 3 : Usia Responden ... 57

Tabel 4 : Tingkat Pendidikan Responden ... 58

Tabel 5 : Frekuensi Melihat dan Membaca Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula di Media Internet atau Online ... 63

Tabel 6 : Durasi Melihat dan Membaca Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula di Media Internet atau Online ... 66

Tabel 7 : Terpaan Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula di Media Internet atau Online ... 69

Tabel 8 : Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik Tentang Pemberitaan Adanya Susu Formula yang Mengandung Bakteri Sakazakii ... 72

Tabel 9 : Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik Tentang Kapan Awal Pemberitaan Susu Formula yang Mengandung Bakteri Sakazakii Muncul di Media ... 74


(14)

xiii   

Bakteri Sakazakii ... 78

Tabel 12 : Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik Tentang Dampak yang Timbul Jika Anak Mengkonsumsi Susu Formula yang Mengandung Bakteri Sakazakii ... 80

Tabel 13 : Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik Tentang Cara

Mengantisipasi Agar Susu Formula yang Dikonsumsi Aman ... 82

Tabel 14 : Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik Tentang Permasalahan Susu Formula yang Mengandung Bakteri Sakazkii sudah Menjadi Masalah Hukum ... 84

Tabel 15 : Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik Tentang Nama Institusi yang Meniliti Susu Formula yang Mengandung Bakteri Sakazakii ... 86

Tabel 16 : Pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga Sektor Publik Tentang Kelompok Bayi yang Memiliki Resiko Tertinggi Terinfeksi Bakteri Sakazakii ... 88


(15)

xiv 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Tabel Jawaban Kuisioner Durasi, Frekuensi dan Terpaan...102

Lampiran 2 : Tabel Jawaban Kuisioner Tingkat Pengetahuan ...105

Lampiran 3 : Tabel Penghitungan Koefisiensi Korelasi ...108

Lampiran 4 : Kuisioner ...109


(16)

xvi   

Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

Penelitian ini didasarkan pada bagaimana sebenarnya pengetahuan ibu-ibu rumah tangga sektor publik di Surabaya mengenai Bakteri Sakazakii. Apakah pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tersebut sudah cukup atau malah kurang. Karena hampir seluruh ibu-ibu rumah tangga sektor publik atau pekerja memberikan susu formula sebagai pendamping atau bahkan pengganti ASI. Pemberian ASI secara rutin pada anak-anak mereka bisa saja mempengaruhi rutinitas tersebut setelah mengetahui adanya pemberitaan bakteri sakazakii dalam susu formula di media.

Penelitian ini menaruh perhatian pada bagaimana sebuah pemberitaan adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula dapat memberikan efek bagi pembaca yang memiliki anak yang masih mengkonsumsi susu formula. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori S-O-R. Menurut stimulasi response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulasi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah Pesan (Stimulus, S), Komunikan (Organism, O), Efek (Response, R).

Metode yang digunakan adalah analisis korelasi yang termasuk penelitian kuantitatif. Data didapat dengan menggunakan kuisioner dan penentuan sampel menggunakan Sample Random Sampling. Selanjutnya data akan diolah dengan menggunakan rumus metode korelasi Spearman Rank. Signifikan hubungan antara terpaan tayangan dengan tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang pemberitaan adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula tersebut didapat setelah penghitungan akhir dengan melihat perbandingan antara hasil akhir ttest dengan hasil akhir ttabel (nilai 0,05).

Dari data yang dianalisis menyimpulkan bahwa secara statistik variabel terpaan pemberitaan adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula di Media Internet atau Online “Viva news dan Detik.com” (X) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan Pengetahuan Ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya (Y), hal tersebut ditunjukkan dari nilai ttest dimana nilainya lebih kecil dari nilai ttabel.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan zaman yang terus berkembang selalu diiringi dengan perkembangan informasi. Hal tersebut terjadi karena masyarakat selalu membutuhkan informasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat juga dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman guna mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan. Dalam memenuhi kebutuhan informasi tersebut terdapat adanya proses komunikasi. Agar informasi yang dibutuhkan untuk masyarakat dapat diterima dengan baik, maka diperlukan pemilihan sarana atau media yang tepat.

Kehadiran media massa merupakan awal dari kehidupan modern saat ini. Terbukti dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media massa yang menawarkan banyaknya pilihan dan pada akhirnya menimbulkan ketergantungan masyarakat pada media massa. Kebutuhan masyarakat pada media massa dapat terpenuhi melalui surat kabar, majalah, internet, radio, tv dan film.

Media massa adalah bagian yang tidak terpisahkan oleh masyarakat karena media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan


(18)

informasi, sedangkan masyarakat sendiri adalah bagian dari bahan pemberitaan atau informasi yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri. Fakta yang akurat dan aktual masyarakat merupakan sebuah perwujudan dari informasi yang seimbang. Karena itu setiap perspektif media dalam mengelola berita dan informasi akan selalu berbeda dalam kemasannya serta yang paling penting penampilannya. Hal ini bisa jadi dikarenakan visi, misi serta manajemen perusahaan yang dibangun oleh perusahaan media itu sendiri berdasarkan segmentasinya.

Media massa memiliki berbagai macam bentuk, antara lain media elektronik seperti televisi dan radio. Media cetak yaitu surat kabar, majalah, tabloid dan buku. Film (film bioskop dan bukan negatif film yang dihasilkan kamera). Dan internet sebagai media online. (Nurudin, 2007:5)

Terdapat empat fungsi media massa menurut Alexis S Tan, yaitu pertama memberi informasi, tujuan dari fungsi ini yaitu agar komunikan dapat memperlajari ancaman dan peluang memahami lingkungan, menguji kenyataan, serta meraih keputusan. Kedua, mendidik, tujuan dari fungsi ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi komunikan untuk memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakat mempelajari nilai dan tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakat. Ketiga, mempersuasi, tujuan dari fungsi ini adalah memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar


(19)

3   

diterima dalam masyarakat. Keempat, fungsi menyenangkan dan memuaskan kebutuhan komunikan.

Pengaruh dari pemberitaan media terhadap khalayak umumnya dapat menambah pengetahuan dan memberi informasi, diharapkan masyarakat atau khalayak mendapatkan acuan atau pedoman dalam mengambil keputusan dan dapat mempengaruhi sikap, pandangan persepsi dan perasaan. (Effendy, 1993:92)

Munculnya media massa baru yaitu internet sebagai media online dapat membuat informasi berpindah dengan sangat cepat. Media online didefinisikan sebagai jaringan luas komputer, yang dengan perizinan, dapat saling berkoneksi antara satu dengan yang lainnya untuk menyebarluaskan dan membagikan digital files, serta memperpendek jarak antar negara.

Salah satu syarat utama sebuah berita adalah aktualitas, dimana berita harus mengandung unsur baru dan termassa. Karena khalayak akan lebih menaruh perhatian dan ketertarikan pada berita yang masih hangat dibicarakan oleh media massa. Bagi khalayak, kasus maupun berita yang sedang hangat diberitakan itu menarik untuk diikuti. Khalayak dapat menentukan sikap sesuai dengan ingatan mereka yang masih segar mengenai pemberitaan sebuah kasus yag terjadi dan diberitakan oleh media massa.

Salah satu kasus yang saat ini sedang marak dibicarakan di media massa adalah adanya bakteri dalam susu formula. Pada awalnya berita ini


(20)

muncul karena Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan adanya makanan bayi dan susu formula yang mengandung bakteri Enterobacter Sakazakii. Penenlitian tersebut dilakukan oleh dr. Sri Estuningsih dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, yang mengungkapkan sebanyak 22,73 % susu formula (dari 22 sampel) dan 40% makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April-Juni 2006 telah terkontaminasi Bakteri Enterobacter Sakazakii. Sampel makanan dan susu formula yang diteliti berasal dari produk lokal. Penelitian ini menyimpulkan di Indonesia terdapat susu formula dan makanan bayi yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Bakteri Enterobacter Sakazakii akan menghasilkan Enterotoksin tahan panas dna menyebabkan entritis, sepsis dan meningtis pada bayi. Dari hasil pengamatan histopatologis yang diperoleh masih dibutuhkan penelitian senada yang lebih mendalam untuk mendukung hasil penelitian tersebut. Sangat penting dipahami bahwa susu formula bayi bukanlah produk steril, sehingga dalam penggunaannya serta penyimpanannya perlu perhatian khusus untuk menghindari kejadian infeksi karena mengkonsumsi produk tersebut. (http://www.detiknews .com/read/2008/02/28/154022/901555/10/rilis-lengkap-ipb-soal-susu-formula-bayi-terkontaminasi-bakteri)

Setelah berita tersebut muncul di media massa, pihak terkait, IPB tidak juga menyebutkan nama-nama susu formula yang terbukti terdapat adanya bakteri Enterobacter Sakazakii. IPB dan Badan Pengawasa Obat dan Makanan


(21)

5   

(BPOM) dipandang melanggar UU Perlindungan Konsumen kalau masih menyebunyikan informasi tentang nama-nama susu formula tersebut. Dalam UU Perlindungan Konsumen dinyatakan, pelaku usaha dilarang membuat produk yang tercemar dan dilarang membuat produk yang tidak standart. Karena hal tersebut tergolong tindak pidana. Sedangkan alasan kode etik yang dikemukakan Kepala BPOM bahwa informasi ini tidak untuk dibuka ke publik, dalam konsekuensi pidana hal-hal yang perdata seperti alasan kode etik ditinggalkan dan harus batal demi hukum.

(http://www.detiknews.com/read/2008/02/27/01/0029/900449/10/soal-susu-berbakter-jangan-ada-informasi-yang-disembunyikan)

Dalam kasus berikutnya konsumen susu formula, David Tobing yang geram dengan isu susu formula berbakteri. Untuk memperoleh kejelasan David menggugat Institut Pertanian Bogor (IPB), BPOM, dan Menteri Kesehatan. David menggugat IPB sebagai tergugat I, BPOM sebagai tergugat II, dan Menkes sebagai tergugat III. Menurut David, gugatan itu didasarkan atas kekhawatiran dan keresahan penggugat terhadap hasil penelitian dari Tergugat I yang tidak diumumkan oleh Tergugat kepada masyarakat mengenai nama-nama susu formula yang terkontaminasi oleh Enterobacter Sakazakii. David yang bergelar S.H, M.Kn ini mengaku saat ini memiliki dua anak balita yang sejak bayi telah mengkonsumsi susu formula.


(22)

(http://www.detiknews.com/read /2008/04 /05 /150840/918813/10/konsumen-susu-formula-gugat-ipb-bpom-dan-menkes)

Berita tentang Susu Formula yang terkontaminasi Enterobacter Sakazakii sempat hilang dari pemberitaan. Namun sekarang berita itu muncul lagi. Pada Tahun 2011, tepatnya bulan Februari Ketua Mahkamah Agung Harifin Tumpa menyatakan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Badan Pengawasab Obat dan Makanan, serta Institut Pertanian Bogor bisa dikenai hukuman pidana bila tidak mau mengumumkan daftar merek susu formula berbakteri. Tiga institusi tersebut bisa dijerat dengan UU Keterbukaan Informasi Publik. Sesuai dengan hukum acara perdata, putusan kasasi kasus susu formula berbakteri yang kemudian menjadi polemik itu pelaksanaannya tidak dapat dipaksakan. Sekalipun pelaksanaannya dipaksakan, maka akan dilakukan dengan menyita hasil riset. Namun, Menteri Endang bersikukuh menolak melaksanakan putusan MA mengumumkan susu yang berbakteri karena Menkes tidak mempunyai data penelitian yang dilakukan oleh IPB itu. Sedangkan bagi rektor IPB, Herry Suhardiyanto, penelitian yang dilakukan itu bersifat riset isolasi dan uji purilensi IPB.

(http://nasional.vivanews.com/news/read/206537-ma--menkes-cs-bisa-dipidana )

Berita terakhir tentang susu formula yang terkontaminasi Enterobacter Sakazakii yaitu pada tanggal 4 Maret 2011, dimana Menkes melakukan


(23)

7   

pemeriksaan ulang semua produk susu formula. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mencari tahu apakah ada kontaminasi Enterobacter Sakazakii dalam susu formula. Pemeriksaan menggunakan sistem sampel. Artinya tidak semua kaleng susu dibuka dan dicari tahu namunhanya satu merek diambil sampelnya. Dan batas maksimumnya 6 bulan, tujuannya untuk memastkan seluruh susu formula yang ada di Indonesia aman. (http://nasional.vivanews.com/news/read/207780-menkes-cek-ulang-semua-produk-susu-formula )

Tingkat pada tingkat pengetahuan disini adalah variabel pengetahuan. Pengetahuan adalah konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi dari efek komunikasi massa, yang diklasifikasikan dalam efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui atau dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. (Rakhmat, 2004:219)

Sedangkan mengapa peneliti memilih Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita, karena Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita kebanyakan tidak memiliki waktu luang dirumah untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak mereka, sehingga mereka lebih memilih untuk memberikan susu formula.

Untuk pemilihan kota Surabaya, dikarenakan di kota ini terhitung mulai tahun 2008 (awal berita susu formula mencuat) banyak juga berita yang


(24)

mengabarkan anak-anak kecil maupun balita terserang diare maupun muntah-muntah. Media massa di Surabaya pun memuat berita tentang susu berbakteri yang akhirnya menjadi headline. Sehingga berpengaruh pada tingkat pengetahuan masyarakat di Surabaya. Surabaya juga merupakan kota kedua terbesar setelah kota Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa di Surabaya akan banyak ditemui Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita yang tidak mengabaikan berita pada media massa. Dimana mereka menyadari bahwa susu formula merupakan sebuah kebutuhan untuk anak mereka sehari-hari.

Dalam hal ini peneliti memilih sumber pemberitaan media online, disesuaikan dengan objek penelitian yaitu Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita. Dimana ibu rumah tangga tersebut identik dengan kesibukannya diluar rumah sehingga dapat diperkirakan jarang memiliki waktu untuk duduk sambil membaca koran ataupun istirahat sambil menonton televisi juga mendengarkan radio. Sedangkan media online atau internet itu ada dimana saja dan kapan saja, misalnya di Handphone, laptop maupun komputer kantor. Dengan beberapa kali mengklik tombol mouse maka dapat memasuki lautan informasi dan hiburan yang ada di seluruh dunia.


(25)

9   

Berdasarkan uraian yang ada diatas maka peneliti tertarik untuk memberi judul penelitian “Hubungan Terpaan Pemberitaan Di Media Online Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga” (Studi Korelasi Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu rumah tangga yang memiliki balita terhadap berita adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula di media online.


(26)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian dengan mengaplikasikan teori-teori, khusunya teori komunikasi tentang pemahaman pesan yang dikemas oleh media massa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Kegunaan praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah agar pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang sama, dapat mengambil manfaat. Selain itu juga bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak yang terkait untuk lebih mensosialisasikan tentang penelitian terhadap beberapa susu formula tersebut, agar tidak menimbulkan kecemasan terhadap ibu rumah tangga.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal atau tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen.

Sedangkan komunikasi massa menurut Josep A Devito ada dua, yang pertama adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa dapat didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku.

Selanjutnya, definisi komunikasi massa menurut Michael W Gamble dan Teri Kwal Gambel (1986). Bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal dibawah ini :

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat


(28)

   

kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan tersebut disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.

3. Pesan adalah milik publik. Bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang.

4. Komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan.

5. Komunikasi masssa dikontrol oleh gatekeeper. Pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan telah dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga sebelum sebelum disiarkan lewat media massa.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya (delayed) tertunda. Menurut Alexis S Tan, dalam komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang banyak yang terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya media massa (surat kabar, majalah atau penerbit buku, stasiun atau jaringan televisi). Media massa adalah “organisasi sosial” sebab individu di dalamnya mempunyai tanggung


(29)

13 

 

 

jawab yang sudah dirumuskan seperti dalam sebuah organisasi. (Nurudin, 2007:11)

Dari pengertian diatas, maka komunikasi massa adalah pesan yang diproduksi secara massa dan ditujukkan kepada khalayak luas kemudian disalurkan melalui media massa. Media massa yang dimaksud adalah media cetak, media elektronik dan media online, seperti : internet, televisi, radio, surat kabar, majalah, film dan buku.

2.1.2 Media Massa

Media massa adalah channel, media/medium, saluran atau sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak (channel of mass communication). Yang termasuk media massa adalah, surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film sebagai The Big Mass Media (Lima Besar Media Massa), juga internet (cybermedia, media online).

Jenis-jenis media massa dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Media massa cetak (Printed Media). Media massa yang dicetak dalam lembaran kertas. Dari segi format dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi (a) koran atau suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano), (b) tabloid (1/2 broadsheet), (c) majalah


(30)

   

(1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto), (d) buku (1/2 majalah), (e) newsletter (folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan (f) buletin (1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8). Isi media massa umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini, dan feature.

2. Media Massa Elektronik (Electronic Media). Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.

3. Media Online (Online Media, Cybermedia), yakni media massa yang dapat ditemukan di internet (situs web).

Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat baik yang bertaraf nasional maupun yang bertaraf internasional. Media seringkali berpeeran sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan


(31)

15 

 

 

kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan (Mc. Quail, 2005:3)

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama dimasyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, dan lain-lain, tidak lepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. (Sugiharti, 2000:3)

Menurut beberapa pengertian media massa diatas, maka media massa adalah sebuah inovasi dalam masyarakat yang dapat digunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Inovasi tersebut berupa channel, media, saluran, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak.


(32)

   

2.1.3 Fungsi Media Massa Sebagai Penyaji Informasi

Fungsi informasi merupakan fungsi yang paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Fakta-fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkannya dalam tulisan juga merupakan informasi. Fakta yang dimaksud adanya kejadian yang benar-benar terjadi di masyarakat. Dalam istilah jurnalistik, fakta –fakta tersebut biasa diringkas dalam istilah 5W+1H (What, Where, Who, When, Why, +How) atau Apa, Dimana, Siapa, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana.

Definisi berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi (Assegaff,1983 : 24).

Selain itu juga terdapat beberapa definisi berita menurut para pakar komunikasi, diantaranya :

1. Dean M Lyle Spencer : Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca.

2. Williard C Bleyer : Berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar.


(33)

17 

 

 

Dari beberapa teori yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa salah satu fungsi media massa adalah sebagai penyaji informasi. Informasi disini dapat diartikan sebagai berita, dimana sebuah kenyataan yang benar dan menarik perhatian khalayak dimuat dalam sebuah media berkonsep informasi.

2.1.4 Terpaan Media (Media Exposure)

Media exposure merupakan terpaan media dengan melibatkan kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan media massa. Dalam periklanan, memahami terpan media adalah berkaitan dengan berapa banyak orang yang melihat iklan ditayangkan disuatu media. (Rakhmat, 1981:16)

Masri Singarimbun mengartikan Media Exposure dengan Terpaan media massa. Terpaan media massa ini tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, akan tetapi juga meliputi keterbukaan seseorang dengan pesan-pesan yang ada di media tersebut. Exposure merupakan kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan media massa yang terjadi ada individu atau kelompok. (Singarimbun, 1998:99)

Media exposure (terpaan media) menurut Sari (1993:29) adalah berusaha mencari data audience tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan, maupun durasi penggunaan (longevity). Pola ini yang


(34)

   

sering dilakukan adalah pengukuran variabel durasi penggunaan media dengan menghitung berapa lama audience bergabung dengan suatu media atau berapa lama audience mengikuti suatu program.

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan media exposure adalah terpaan media yang melibatkan kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesa-pesan media massa. Terpaan media ini dioperasionalisasikan melalui frekuensi menonton televisi, membaca surat kabar atau majalah, online dan mendengarkan radio.

Dalam penelitian ini, media exposure atau terpaan media dioperasionalisasikan sebagai frekuensi membaca berita adanya bakteri Enterobacter Sakazakii dalam susu formula di media online atau internet.

2.1.5 Media Online

Media online atau internet adalah sebuah jaringan kabel dan telepon juga satelit yang menghubungkan komputer. Dengan beberapa kali mengklik tombol mouse maka kita akan masuk kedalam lautan informasi dan hiburan yang ada di seluruh dunia. (Vivian, 2008:262)

Internet bersifat interakif. Internet mempunyai kapasitas untuk memampukan orang berkomunikasi, bukan sekedar menerima pesan, namun juga bisa melakukan secara real time (Vivian, 2008:262)


(35)

19 

 

 

Terdapat lima hal yang menjadi kekuatan situs internet, antara lain yaitu : 1. Isi, ini dari pesan media massa adalah nilai dari isi (content). Untuk

aspek ini, penggukuran tradisional atas keunggulan suatu bentuk komunikasi bisa dipakai, seperti akurasi, kejelasan, dan koherensi. 2. Daya Navigasi, situs punya link internal sehingga pengguna (user)

dapat dengan mudah berpindah dari satu halaman ke halaman lain dan berpindah dari beberapa lokasi di sius itu. Di antara media massa lain, navigabilitas ini adalah ciri khas dari internet.

3. Link internal, situs berhubungan dengan situs terkait yang ada di internet. Ciri paling unik dari internet sebagai medium massa adalah interkonektivitas dengan situs lain di jaringan global. Situs yang baik harus memanfaatkan keunggulan ini.

4. Intuitif untuk dipakai, situs terbaik punya tambahan navigasi untuk berkeliling di seputar situs secara efisien dan lancar. Aspek ini mencakup peta situs, termasuk link-link.

5. Waktu loading, situs yang didesain dengan baik memanfaatkan keunggulan internet sebagai medium visual. Pada saat yang sama, halaman web harus bisa cepat dibuka sehingga pengguna tidak perlu menggu lama untuk menyaksikan halaman web terpampang di layar komputer.


(36)

   

Sedangkan untuk kelemahan situs internet adalah Akurasi. Internet sebagai medium massa demokratis karena banyak orang dapat menciptakan isi internet sendiri-sendiri. Hampir semua orang bisa menempatkan situs di internet. Kelemahan dari begitu banyaknya input dari banyak orang adalah gatekeeper media tradisional menjadi tidak bisa dihadirkan untuk menjamin akurasi.

2.1.6 Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula

Pemberitaan yang dimaksud adalah tayangan atau berita susu formula yang mengandung bakteri sakazakii dan dipublikasikan melalui media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun internet. Terpaan pemberitaan tersebut dilihat, dibaca dan juga didengar oleh ibu rumah tangga.

Pemberitaan ini berawal dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh IPB (Institut Pertanian Bogor) yang menemukan adanya kandungan bakteri sakazakii dalam susu formula tahun 2003-2006 dari 22 sampel produk susu formula. Namun, dalam penelitian tersebut pihak terkait tidak kunjung menbeberkan nama-nama produk susu tersebut.

Sampai pengacara, David ML Tobing yang mengaku memiliki dua anak balita yan sejak bayi telah mengkonsumsi susu formula, menggugat agar Institut Pertanian Bogor (IPB), Badan Pengawasan Obat dan Makanan, serta


(37)

21 

 

 

Menkes untuk segera mengumumkan merek susu formula yang terbukti mengandung Enterobacter Sakazakii pada tahun 2008. Dan kasusnya menang sampai tahap kasasi.

Namun baik Menkes maupun BPOM menolak untuk mengumumkannya karena memang tidak memiliki data penelitian. Data tersebut hanya dimiliki oleh pihak peneliti, yaitu IPB. IPB pun ikut-ikutan menolak untuk membeberkan nama-nama susu formula dengan alasan penelitian yang dilakukan bersifat riset isolasi dan uji purilensi. Kemenkes lantas memberikan surat kuasa khusus untuk Kejaksaan Agung selaku pengacara negara dalam mengajukan upaya Peninjauan Kembali (PK).

Dan saat ini Kementrian Kesehatan melakukan pemeriksaan ulang semua produk susu formula untuk mencari tahu apakah ada kontaminasi bakteri Enterobacter Sakazakii didalamnya. Pemeriksaan itu menggunakan sistem sample, simana tidak semua kaleng susu dibuka dan dicari tau namun setiap merek diambil sampelnya.


(38)

   

2.1.7 Tingkat Pengetahuan

Tingkat adalah ukuran tentang tinggi rendahnya sesuatu, misalnya : derajat, kelas, taraf pendidikan dan pengetahuan. Tingkat pada tingkat pengetahuan disini adalah variabel pengetahuan. Pengetahuan adalah konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi dari efek komunikasi massa, yang diklasifikasikan dalam efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui atau dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. (Rakhmat, 2004:219)

Pengertian yang lain menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan adalah suatu konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi, yang diklasifikasikan ke dalam efek kognitif. Dari efek kognitif itulah terjadi bila ada perubahan pada apa yang ia ketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak serta juga terkait dengan pentransmisian pengetahuan. (Rakhmat, 2001:67)

Terdapat tiga jenis efek dalam komunikasi, dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Efek tersebut adalah efek kognitif yang berhubungan dengan pikiran atau penalaran. Efek afektif berkaitan dengan perasaan akibat terpaan media massa. Dan yang terakhir adalah efek konatif yang bersangkutan


(39)

23 

 

 

dengan niat, tekad, upaya, dan usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan.

Sedangkan definisi pengetahuan masuk kedalam efek kognitif yang berhubungan dengan pikiran atau penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya binggung menjadi merasa jelas. (Effendy, 2003:318)

Jadi yang dimaksud tingkat pengetahuan adalah ukuran tentang tinggi rendahnya pengetahuan yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi, sehingga dapat diklasifikasikan ke dalam efek kognitif melalui pikiran maupun penalaran.

2.1.8 Susu Formula

Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya sehingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Pudjiadi, 2002). Jenis-jenis Susu Formula yang biasa dikenal, yaitu : (a). Formula adaptasi, untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI dan sangat baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. (b). Formula awal lengkap, berarti susunan zat gizinya lengkap dan pemberiannya


(40)

   

dapat dimulai setelah bayi dilahirkan. (c). Formula Follow-Up, bagi bayi berumur 6 bulan keatas.

Jika susu formula dibandingkan dengan ASI (Air Susu Ibu) maka terdapat banyak keunggulan yang dimiliki ASI :

1. ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Antara lain, faktor pembentukan sel otak, terutama DHA dalam kadar tinggi. Sedangkan susu formula, kandungan zat gizinya tidak dapat diserap oleh tubuh bayi seluruhnya karena kandungan casein.

2. Komposisi zat gizi ASI sejak hari pertama menyusui biasanya berubah dari hari ke hari. Perubahan komposisi ASI ini terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhan gizi bayi. Sedangkan pada susu formula, komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali minum (sesuai aturan pakai).

3. ASI mengandung banyak zat pelindung, antara lain imunoglobulin dan sel-sel darah putih hidup, yang perlu untuk membantu kekebalan tubuh bayi. Selain itu, ASI mengandung zat yang tidak terdapat dalam susu sapi, dan tidak dapat dibuat duplikasi atau tiruannya dalam susu formula, yaitu faktor bifidus. Zat ini penting untuk merangsang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan atau penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi


(41)

25 

 

 

beberapa jenis bakteri merugikan, seperti keluarga coli . Sedangkan, susu formula hanya sedikit mengandung immunoglobulin. Selain itu, tidak mengandung sel-sel darah putih dan sel-sel lain dalam keadaan hidup. Sehingga tidak dapat membantu sistem kekebalan tubuh bayi.

2.1.9 Bakteri Enterobacter Sakazakii

Enterobacter sakazakii adalah bakteri yang termasuk ke dalam

keluarga Enterobacteriaceae. Keluarga enterobacter merupakan bakteri yang sering ditemukan pada usus hewan, manusia dan lingkungan. Bakteri sakazakii dapat menyebabkan wabah radang otak/meningitis dan diare/enteritis khususnya pada bayi.

Pada beberapa kejadian wabah dilaporkan, sebanyak 20 – 50% bayi yang terinfeksi sakazakii meninggal dunia sedangkan sisanya mengalami gangguan saraf menetap. Pada orang dewasa, infeksi sakazakii hanya menimbulkan gejala yang sifatnya ringan dan mudah disembuhkan. Habitat alami Enterobacter sakazakii masih belum bisa dipastikan. Bakteri ini sering ditemukan pada usus manusia yang sehat, hewan dan lingkungan.

Pada dasarnya, bakteri sakazakii mengkontaminasi susu formula melalui tiga cara, yaitu :


(42)

   

2. Kontaminasi oleh bahan bahan yang ditambahkan ke susu formula setelah dilakukan pasteurisasi.

3. Kontaminasi pada saat susu formula disajikan ke bayi oleh ibunya dan proses penyimpanan sisa susu formula yang tidak bagus.

Bakteri sakazakii juga ditemukan pada jenis makanan lain namun hanya pada susu formula yang dilaporkan dapat menimbulkan wabah. Enterobacter sakazakii dapat menimbulkan penyakit pada semua kelompok umur. Pada beberapa kasus yang dilaporkan, bayi usia dibawah setahun adalah yang paling berisiko terutama yang berumur dibawah 28 hari. Bayi prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah dan bayi yang mengalami gangguan sistem pertahanan tubuh juga memiliki risiko yang sama.

2.1.10 Khalayak Media Massa

Khalayak dalam komunikasi massa sangat beragam yaitu penonton televisi, pendengar radio dan pembaca koran, majalah, dan juga pengaakses internet. Sedangkan tidak mungkin penonton televisi hanya satu ada dua orang melainkan jumlahnya yang mencapai jutaan. Masing-masing masyarakat berbeda satu dan lainnya, namun masing-masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya. (Hidayat, 2009:105)


(43)

27 

 

 

Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audience dalam komunikasi massa setidaknya memiliki karakter dapat berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Audience cenderung tersebar di berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Audience cenderung heterogen dan berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial sehingga anonim atau tidak saling kenal. Sementara, secara fisik audience terpisah dari komunikatornya. Komunikan juga memiliki ciri aktif jika mengetahui adanya pemberitaan yan mereka sukai di media massa, dan juga terkadang selektif dalam memilih pemberitaan yang sesuai kebutuhannya.

Khalayak memiliki sifat-sifat sebagaimana yang ada pada konsep massa, namun lebih spesifik pada suatu media massa. Sifat dari audiens massa antara lain, yaitu :

1. Terdiri dari jumlah yang besar. Pendengar radio, penonton televisi, atau pembaca koran adalah massa dalam jumlah besar. Sulit diprediksi jumlah mereka. Peran media elektronik semakin sulit karena sifat pemberitaan di media massa elektronik semakin sulit karena sifat pemberitaan media massa elektronik yang cepat dan sesaat.

2. Suatu pemberitaan media massa dapat ditangkap oleh masyarakat di berbagai tempat, sehingga sifat audiens massa juga ada tersebar dimana-mana, terpencar dan tidak mengelompok pada wilayah tertentu.


(44)

   

3. Pada mulanya audiensi massa tidak interaktif, artinya media massa dan pendengar atau pemirsanya tidak saling berhubungan, namun saat ini konsep itu mulai ditinggal karena audiensi massa dan media massa dapat berinteraksi satu degan lainnya melalui komunikasi telepon. Dengan demikian maka audiensi massa memiliki pilihan berinteraksi atau tidak berinteraksi dengan media massa.

4. Terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang sangat heterogen. Audiensi massa tidak dapat dikategorikan dari segmentasi tertentu, kalaupun ada seperti dalam acara-acara televisi dan radio maupun media cetak, maka heterogenitas dalam segmen tersebut tidak dapat dihindari.

5. Tidak terorganisir dan bergerak sendiri. Karena sifatnya yang besar maka audiensi massa sulit diorganisir dan akhirnya bergerak sendiri-sendiri. Kalau kemudian ada audiensi yang bergerak secara bersama-sama, maka gerakan media itu dikendalikan oleh sel-sel mereka masing-masing dan cepat bisa berubah dengan gerakan sel itu sendiri. (Bugin, 2006:75-76)


(45)

29 

 

 

2.1.11 Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita

Dalam penelitian ini, pengertian rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal dibawah satu atap atau satu bangunan yang mempunyai anggaran rumah tangga yang sama. Dapat terdiri dari anggota-anggota tambahan atau terdiri dari beberapa keluarga yang masih mempunyai hubungan dan dipimpin oleh satu kepala keluarga.

Seorang wanita dikatakan sebagai ibu rumah tangga jika sudah dalam status menikah. Dalam hal ini ibu rumah tanggga sektor publik adalah ibu rumah tangga yang menjalankan fungsinya tidak hanya sebagai seorang istri dan ibu, namun juga sebagai pencari nafkah atau bekerja diluar rumah.

Secara spesifik dikarenakan penelitian ini terkait dengan susu formula, maka ibu rumah tangga yang dimaksud adalah ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita. Karena, ibu rumah tangga yang bekerja diluar rumah kurang memiliki waktu untuk memberikan ASI sehingga terkadang mereka lebih memilih memberikan susu formula kepada anak mereka.

Melihat beberapa ciri yang dijelaskan diatas sebagai khalayak media massa, maka ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita juga bisa dikatakan sebagai komunikan dari media massa. Ibu rumah tangga mempunyai sikap yang aktif dalam memilih pemeberitaan di media massa sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga mereka menjadi lebih aktif dalam mencari-cari pemberitaan yang mereka sukai di media massa.


(46)

   

Berkaitan dengan permaslahan yang diangkat oleh peneliti, maka terdapat hubungan yang kuat antara keaktifan ibu melihat pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media massa karena mereka menyadari bahwa anak-anak mereka juga mengkonsumsi susu formula. Memperhatikan hal tersebut, maka dalam penelitian ini difokuskan pada masyarakat Surabaya terutama pada ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita.

2.1.12 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi juga, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (Stimulus, S), b. Komunikan (Organism,O), c. Efek (Response, R). Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek, “how” bukan “what” dan “why”.


(47)

31 

 

 

Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof Dr. Mar’at dalam bukunya Sikap manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelly yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : a. Perhatian, b. Pengertian, dan c. Penerimaan.

Gambar 1 :

Teori S-O-R

Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikan akan

Stimulus

Response

(Perubahan Sikap)

Organisme :

d. Perhatian e. Pengertian f. Penerimaan


(48)

   

berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. (Effendy, 2003:256)

2.2 Kerangka Bepikir

Pemberitaan tentang adanya bakteri sakazakii dalam susu formula yang marak bermunculan di media massa akhir-akhir ini. Mulai dari media cetak seperti koran, media elektronik seperti radio dan televisi, hingga internet pun memberitakan permasalahan itu dengan gaya bahasanya masing-masing. Satu permasalahan tidak hanya diberitakan pada satu media massa saja, namun media-media lainnya juga memberitakan hal yang sama.

Pemberitaan tersebut dibaca, dilihat dan didengar oleh masyarakat Surabaya terutama ibu rumah tangga memberikan gambaran tentang apa itu bakteri sakazakii dan bahayanya bagi anak-anak yang mengkonsumsi susu formula terebut. Apalagi susu yang telah diteliti dan terbukti mengandung bakteri tersebut tidak kunjung disebutkan nama-nama perusahaan yang memproduksi susu tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media massa


(49)

33 

 

 

terhadap tingkat pengetahuan ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita. Dalam penelitian ini terpaan pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media massa dinyatakan sebagai variable X, sedangkan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita adalah variabel Y.

Untuk keterkaitan antara kedua variabel diatas akan diukur dengan melihat total skor yang dikumpulkan melalui data hasil penyebaran kuisioner kepada responden. Jika skor tinggi, maka tingkat pengetahuan ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita dikategorikan kuat setelah mengetahui pemberitaan di media massa. Namun jika skor sedang, maka tingkat pengetahuan ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita dikategorikan sedang setelah mengetahui pemberitaan di media massa. Maksud dari sedang disini adalah tingkat pengetahuan yang dialami oleh ibu rumah tangga tersebut tidak terlalu kuat namun juga tidak terlalu lemah. Jika skor rendah, maka tingkat pengetahuan ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita dikategorikan lemah setelah mengetahui pemberitaan di media massa. Hal ini berarti ibu-ibu rumah tangga tidak tau tentang bakteri sakazakii walau telah melihat terpaan pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media massa.

Secara sistematis kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(50)

   

Gambar 2 :

Kerangka Berpikir ( X ) Stimulus

Terpaan pemberitaan adanya bakteri E. Sakazakii dalam susu formula :

a. Frekuensi b. Durasi

Organisme : a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

( Y ) Response :

Tingkat pengetahuan orang tua tentang bakteri sakazakii :

a. Tahu mengenai pemberitaan adanya susu formula yang mengandung atau terkontaminasi Bakteri Sakazakii

b. Mengerti apa itu Bakteri Sakazakii c. Tahu bahaya dari Bakteri Sakazakii

d. Tahu dampak yang ditimbulkan jika mengkonsumsi susu formula terkait

e. Tahu cara mngantisipasi agar susu fomula yang dikonsumsi anak aman dari Bakteri Sakazakii f. Tahu bahwa susu formula yng mengandung

Bakteri Sakazakii sudah menjadi masalah hukum

g. Tahu institusi mana yang meneliti susu formula yang mengandung Bakteri Sakazakii

h. Tahu kapan awal pemberitaan susu formula yang mengandung Bakteri Sakazakii muncul di media

i. Tahu kelompok bayi yang memiliki resiko tertinggi terinfeksi bakteri sakazakii


(51)

35 

 

  2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis atau dugaan sementara dari penelitian ini yaitu Terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula dengan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya, dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut :

H0 = Tidak terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula dengan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya.

H1 = Terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula dengan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya.


(52)

36 

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk mengetahui perbedaan persepsi dari berbagai pihak mengenai definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan variabel dalam penelitian ini :

Pemberitaan yang dimaksud adalah tayangan atau berita susu formula yang mengandung bakteri sakazakii dan dipublikasikan melalui media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun internet. Terpaan pemberitaan tersebut dilihat, dibaca dan juga didengar oleh ibu rumah tangga.

Pemberitaan ini berawal dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh IPB (Institut Pertanian Bogor) yang menemukan adanya kandungan bakteri sakazakii dalam susu formula tahun 2003-2006 dari 22 sampel produk susu formula. Namun, dalam penelitian tersebut pihak terkait tidak kunjung menbeberkan nama-nama produk susu tersebut.

Sedangkan tingkat pengetahuan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu-Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita terhadap pemberitaan bakteri sakazakii di media online atau internet.


(53)

37 

 

Variabel bebas : Terpaan pemberitaan Bakteri Sakazakii dalam

susu formula di media online

Variabel terikat : Tingkat pengetahuan Ibu rumah tangga sektor

publik yang memiliki balita di Surabaya

3.1.1 Variabel Bebas ( X ) : Terpaan Pemberitaan Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula di Media Online

Pemberitaan yang dimaksud adalah berita tentang adanya bakteri sakazakii dalam susu formula yang dipublikasikan melalui media online, yang dibaca oleh Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya.

Definisi operasionalnya adalah frekuensi membaca pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media online dan jumlah waktu yang digunakan oleh ibu rumah tangga untuk membaca terpaan pemberitaan. Semakin sering pemberitaan dipublikasikan di media online maka akan menimbulkan dampak yang kuat dan besar bagi khalayaknya. Terpaan pemberitaan adanya Bakteri Sakazakii dalam susu formula di media online dapat diwujudkan dalam indikator :

1. Frekuensi, yaitu seberapa sering responden mengetahui pemberitaan


(54)

(vivanews dan detik.com) melalui kegiatan membaca berita di media online selama 1 minggu.

2. Durasi, seberapa lama responden mengetahui pemberitaan adanya

Bakteri Sakazakii dalam susu formula di media online (vivanews dan detik.com) melalui kegiatan membaca selama satu minggu.

3.1.2 Variabel Terikat ( Y ) : Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Sektor Publik yang Memiliki Balita

Tingkat pengetahuan dioperasionalkan sebagai penggambaran dari sejauh mana pengetahuan ibu rumah tangga terhadap Bakteri Sakazakii di media massa. Tingkat pengetahuan disini di maksudkan sebagai bentuk pengetahuan ibu-ibu rumah tangga terhadap bahaya dari bakteri sakazakii dalam susu formula yang akhir-akhir ini mencuat di media massa.

Dalam hal pengetahuan yang terjadi tidak akan selalu sama pada setiap orang, itu berarti pengetahuaan tidak memiliki sifat mutlak. Pengetahuan setiap orang akan berbeda-beda walau media massa yang menyampaikannya bisa jadi sama. Tingkat pengetahuan tiap orang pun tidak sama, sehingga tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga pun bisa tergolong tinggi, sedang, hingga rendah. Adapun indikator dari tingkat pengetahuan ini, diantaranya adalah :


(55)

39 

 

1. Tahu mengenai pemberitaan adanya susu formula yang mengandung

atau terkontaminasi Bakteri Sakazakii. Ibu-ibu rumah tangga setidaknya tahu akan pemberitaan tersebut melalui media massa.

2. Mengerti apa itu Bakteri Sakazakii. Mencari tahu secara detail tentang

apa sebenarnya bakteri sakazakii sehingga dapat membahayakan anak-anak.

3. Tahu bahaya dari Bakteri Sakazakii. Ibu-ibu rumah tangga mengetahui

secara jelas bahaya yang ada pada bakteri sakazakii dalam susu formula.

4. Tahu dampak yang ditimbulkan jika mengkonsumsi susu formula

terkait. Ibu-ibu rumah tangga tahu apa saja dampak yang dapat ditimbulkan jika mengkonsumsi susu formula yang mengandung bakteri sakazakii.

5. Tahu cara mngantisipasi agar susu fomula yang dikonsumsi anak aman

dari Bakteri Sakazakii. Ibu-ibu runah tangga mengetahui cara-cara agar susu formula yang dikonsumsi anak aman dari bakteri sakazakii.

6. Tahu bahwa susu formula yang mengandung bakteri sudah menjadi

maslah hukum. Ibu-ibu rumah tangga telah mengetahui bahwa berita yang tadinya menyangkut paut kesehatan beralih menjadi berita hukum.


(56)

7. Tahu institusi mana yang meneliti susu formula yang mengandung bakteri sakazakii. Ibu rumah tangga mengetahui institusi mana yang telah meneliti susu formula tersebut.

8. Tahu kapan pemberitaan susu formula yang mengandung bakteri

sakazakii pertama kali muncul di media. Ibu-ibu rumah tangga mengetahui kapan tepatnya berita tersebut muncul di media.

9. Tahu kelompok bayi yang memiliki resiko tertinggi terinfeksi bakteri

sakazakii. Ibu-ibu rumha tangga mengetahui pada bayi umur berapa yang rentan terinfeksi bakteri sakazakii.

Indikator-indikator tersebut nantinya akan dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan yang lebih operasional. Pernyataan yang operasional inilah yang akan menjadi skala pengukur. (Singarimbun, 1989:134)

Cara pengukurannya yaitu dengan mengetahui jawaban atas pernyataan-pernyataan mengenai objek penelitian. Dalam penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga ini, responden diminta untuk menjawab sejumlah perntanyaan yang didasarkan oleh indikator yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pilihan jawaban yang disediakan pada setiap pertanyaan terbagi dalam empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Tahu (ST), Tahu (T), Sangat Tidak Tahu (STT), Tidak Tahu (TT).


(57)

41 

 

3.1.3 Pengukuran Variabel

Skala yang sering digunakan dalam polling adalah skala penilaian (rating scale) yaitu mengurutkan pengetahuan dari yang tertinggi sampai yang terendah. Skala ini sering disebut skala likert. Prosedurnya relatif mudah untuk dijalankan. Satu bagian pernyataan diseleksi yang menggambarjan dukungan atau penentangan akan suatu objek. Setelah setiap pernyataan siap, baru dibuat skala pengetahuan. Responden ditanyakan pengetahuan dalam skala singkat tahu atau ketidaktahuannya dalam setiap pernyataan. Skala pengetahuan ini boleh jadi mempunyai dua pilihan (Tahu-tidak Tahu) atau boleh jadi mempunyai lebih banyak pilihan tergantung pada tujuan dari pernyataan. Yang seringkali dipakai adalah lima kategori (sangat Tahu- Tahu- tidak menjawab- tidak Tahu- sangat tidak Tahu). (Eriyantono, 1999:216-217)

Dalam beberapa riset, skala likert dapat digunakan dengan meniadakan pilihan jawaban ragu-ragu. Alasanya karena kategori ragu-ragu memiliki makna ganda, yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral, dan ragu-ragu. Disediakannya jawaban ditengah-tengah terutama bagi responden yang ragu-ragu akan memilih jawaban yang mana. Selain itu responden memilih jawaban untuk memilih amannya. Yang terakhir, disediakannya jawaban ditengah-tengah akan menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data yang diperlukan banyak yang hilang. (Kriyantono, 2007:134)


(58)

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu-Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita dilakukan pemberian skor pada pilihan jawaban pertanyaan :

Sangat Tahu (ST) = Skor 4

Tahu (T) = Skor 3

Tidak Tahu (TT) = Skor 2

Sangat Tidak Tahu (STT) = Skor 1

Untuk jawaban sangat Tahu menunjukkan bahwa responden sanga Tahu dengan pernyataan yang dijelaskan dalam item pertanyaan, kemudian untuk pilihan jawaban Tahu menunjukkan bahwa responden Tahu dengan pernyataan yang disebutkan dalam item pertanyaan, untuk pilihan jawaban tidak Tahu menunjukkan bahwa responden tidak menyetujui pernyataan pada item pertanyaan, selanjutnya pilihan jawaban sangat tidak Tahu menunjukkan bahwa responden sangat tidak Tahu terhadap pernyataan yang disebutkan dalam item pertanyaan.

Menurut pendapat Hadi pilihan jawaban hanya digolongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan meniadakan jawaban ragu-ragu (undecided). Hal ini didasarkan menurut pendapat Hadi (1986:20) sebagai berikut :


(59)

43 

 

R (range) = skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

Jenjang yang diinginkan

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa

memberikan jawaban, netral dn ragu-ragu. Ketegori ini merupakan jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

2. Tersedianya jawaban ditengah yang emnimbulkan multi interpretable.

Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ketengah (central tendency), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

3. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data

penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden.

Setiap pilihan jawaban dikategorikan kedalam tiga interval, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan interval dilakukan dengan rumus :

Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

tertinggi (sangat Tahu, skor 4) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.


(60)

b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai terendah (sangat tidak tahu, skor 1) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item dalam kuisioner.

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3 yang dijadikan dalam bentuk

interval Tinggi, sedang dan rendah.

Jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 9 item. Sehingga penghitungannya :

Skor terendah = 9 x 1 = 9 Skor tertinggi = 9 x 4 = 36

Range = 36 – 9 = 9

3

Berdasarkan rumus diatas maka tingkat pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut :

Rendah = 9 - 18 Sedang = 19 - 28 Tinggi = 29 - 38

Maka dari perhitungan lebar interval tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


(61)

45 

 

I = Jarak Pengukuran (R)

Jarak Interval

1. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 9 -18

maka tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga cenderung rendah. Yaitu ibu-ibu rumah tangga tidak mengetahui pemberitaan mengenai adanya bakteri sakazakii dalam susu formula

2. Apabila perhitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara 19 -28

maka tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga cenderung sedang. Yaitu ibu rumah tangga tahu namun tidak begitu peduli dengan pemberitaan yang beredar dimedia massa.

3. Apabila penghitungan skor jawaban masuk dalam kategori antara

29-38 maka tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga cenderung tinggi. Yaitu ibu-ibu rumah tangga menjadi tahu dan peduli dengan pemberitaan yang ada saat ini.

Sementara itu untuk mengukur variabel terpaan pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media massa yaitu frekuensi dan durasi dapat dilakukan melalui :

1. Indikator frekuensi :

R = Frekuensi terpaan tinggi dikurangi terpaan rendah K = interval atau kategori yang diinginkan


(62)

I = Jarak Pengukuran (R)

Jarak Interval

Indikator frekuensi digolongkan menjadi Tinggi, sedang dan rendah yang dilihat dari jawaban responden melalui pertanyaan kuisioner.

Contoh :

Dari jawaban responden diketahui frekuensi membaca tertinggi dalam 1 bulan terakhir adalah 16 kali, sementara frekuensi membaca terendah dalam 1 bulan terakhir adalah 1 kali.

I = 16 – 1 = 15 = 5

3 3

Jadi interval untuk mengukur jawaban responden terdiri dari : 1 – 6 = Rendah, frekuensi responden membaca pemberitaan jarang 7 – 12 = Sedang, frekuensi responden membaca pemberitaan sering 13 – 18 = Tinggi, frekuensi responden membaca pemberitaan rutin 2. Indikator Durasi

R = Durasi terpaan tinggi dikurangi durasi terpaan terendah K = Interval atau kategori yang diinginkan


(63)

47 

 

Indikator durasi digolongkan menjadi tinggi, sedang, dan rendah yang dilihat dari jawaban responden melalui pertanyaan kuisioner.

Contoh :

Dari jawaban responden diketahui bahwa waktu tertinggi yang dibutuhkan oleh responden pada 1 pemberitaan adalah 30 menit. Sementara durasi terendah 1 menit.

I = 30 – 1 = 29 = 9,7 dibulatkan menjadi 10 3 3

Jadi interval untuk mengukur jawaban responden terdiri dari :

1 – 10 menit = Rendah, waktu responden membaca pemberitaan sebentar 11 – 20 menit = Sedang, waktu responden membaca pemberitaan cukup 21 – 30 menit = Tinggi, waktu responden membaca pemberitaan lama

Untuk mengetahui frekuensi dan durasi responden tertinggi maupun terendah dapat dilihat melalui jawaban responden yang berupa pertanyaan terbuka.

Kemudian setelah mendapatkan hasil dari frekuensi dan durasi dengan menggunakan rumus diatas, maka untuk mengetahui tinggi rendahnya pada variabel terpaan pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media massa dapat menggukan rumus :


(64)

R (range) = skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

tertinggi dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.

b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

dengan nilai terendah dengan jum;ah keseluruhan item dalam kuisioner.

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3, yang disajikan dalam bentuk

tinggi, sedang dan rendah.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

Sesuai dengan judul yang telah diambil oleh peneliti, responden dari penelitian ini yaitu ibu-Ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya. Maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya, yaitu 711.262 jiwa. Sumber : BPS kota Surabaya (Surabaya in figure 2010).


(65)

49 

 

3.2.3 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu jumlah ibu umah tangga di Surabaya. Teknik penarikan sampel yang dilakukan adalah teknik sample random sampling. Teknik random sampling adalah salah satu jenis sampling yang membeikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam teknik pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dan karakteristik tertentu. Anggota populasi dianggap relatif homogen atau sama. Ibu-ibu rumah tangga disini dianggap homogen, yaitu sama-sama menggunakan susu formula untuk anak-anak mereka. Homogenitas dari ibu-ibu rumah tangga itu lah salah satu yang menjadi acuan peneliti memilih teknik ini.

Jumlah populasi ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya yaitu 711.262 jiwa. Penarikan sampel dari jumlah ibu rumah tangga di Surabaya akan ditentukan dengan rumus Yamane :

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diperlukan n = N


(66)

N = Jumlah populasi

D = Pesisi 10% derajat ketelitian (0,1)

Jadi : n = 711.262

711.262 . (0,1)2+ 1

= 711.262

7112,62

= 99,9 dibulatkan menjadi 100

Didapatkan 100 responden, ini berarti 100 sampel yang digunakan dari keseluruhan jumlah populasi ibu-ibu rumah tangga di Surabaya yaitu sebanyak 100 orang. Ibu-ibu rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah di Surabaya berpotensi untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan bisa dikategorikan dalam dua jenis, yaitu : 1. Data pimer :

Data yang diperoleh secara langsung melalui daftar pertanyaan secara terstruktur kepada responden yang berisi daftar pertanyaan yang ada pada kuisioner. Selain itu dalam menyebarkan kuisioner yang diajukan jika


(67)

51 

 

terdapat pertanyaan yang kuang dipahami oleh responden maka peneliti dapat menjelaskan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengisian kuisioner. 2. Data sekunder :

Data sekunder diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang terkait dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Bahan-bahan pustaka didapat dai buku literatur atau informasi tertulis lainnya. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan beberapa instansi terkait.

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode statistik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terkait.

Untuk menguji hubungan antara keduanya maka digunakan koefisien korelasi rank Spearman, karena data dalam penelitian ini berbentuk data ordinal yaitu berjenjang atau betingkat antara satu data dengan yang lainnya tidaklah sama. Rumus Rank Spearman dapat dijelaskan sebagai berikut :

(Supangat, 2007:362) rS = 1- 6 Σ di2 n (n2-1)


(68)

Keterangan :

rS = Koofisien korelasi Rank Spearman

n = Jumlah sampel

Σ di = jumlah total hitungan rank X dan rank Y

Untuk mempermudah menghitung data variabel X dan Y ke dalam rumus Rank Spearman maka diperlukan tabel penolong sebagai berikut :

Tabel 1 : Tabel Penolong Koofesien Korelasi Rank Spearman

Responden X Y Rank X Rank Y Di di2

1

2

3

4

Dst

Jumlah Σdi2

Ada ataupun tidak adanya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks. Betapapun kecilnya indeks korelasi, jika bukan 0,0000 dapat diartikan bahwa kedua variabel yang dikorelasikan terdapat korelasi.

Interpretasi kuat atau lemahnya korelasi dapat juga diketahui dari besar kecilnya angka dalam indeks korelasi. Semakin besar angka dalam indeks koelasi, semakin tinggi pula korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.


(69)

53 

 

Tabel 2 : Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0 - 0,55 Hubungan Tidak Kuat

0,56 - 0,65 Hubungan Cukup Kuat

0,66 - 0,75 Hubungan Kuat

0,76 - 0,99 Hubungan Sangat Kuat

1 Hubungan Sangat Sempurna


(70)

54 

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Media Internet atau Online

Terdapat berbagai macam situs portal berita di Internet. Salah satunya yang menjadi acuan peneliti adalah www.detik.com dan www.vivanews.com. Situs-situs tersebut merupakan situs portal berita terbesar, terlengkap dan paling sering diakses oleh pengguna internet.

Situs berita detik.com sudah bisa diakses sejak tahun 1998, pendirinya adalah Budiono Darsono, Yayan Sofyan, Abdul Rahman, dan Didi Nugrahadi yang rata-rata mantan wartawan. Berita-berita yang ditampilkan mencangkup berita tentang politik, ekonomi, hiburan, teknologi, informasi dan olahraga.

Vivanews merupakan portal berita dengan mengandalkan kedalaman, kecepatan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih cepat. Dikelola oleh PT viva media baru, anak perusahaan PT uni media asia yang juga mengelola bisnis penyiaran (antv, tvone). Situs ini diluncurkan sejak tahun 2008 dan merupakan situs web berita pertama di Indonesia yang dapat menerima informasi dari pembaca vivanews yang pernah melihat peristiwa penting yang ingin dibaca oleh pembaca lainnya melalui FITUR-U. Vivanews didirikan


(71)

55 

 

sebagai upaya mencerdaskan bangsa melalui jurnalisme yang cerdas, tajam, berimbang dan menghibur.

4.2 Kota Surabaya

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Surabaya merupakan kota pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan di kawasan indonesia timur.

Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kota surabaya konon berasala dari cerita mitos pertempuran antara Sura (Ikan Hiu) dan Baya (Buaya). Meskipun Jawa merupakan suku mayoritas (83,68%), tetapi Surabaya juga menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa Indonesia, termasuk suku Madura (7,5%), Tionghoa (7,25%), Arab (2,04%), dan sisanya merupakan suku bangsa lain atau warga asing.

Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan Boso Suroboyoan. Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya dan sekitarnya , dan memiliki pengaruh di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Dialek ini


(72)

dikenal blak-blakan dan tidak mengenal ragam tingkatan bahasa seperti bahasa standart pada umumnya. Masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya. Tetapi semakin majunya peradaban dan banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya telah mencampuradukkan Boso Suroboyo,jawa ngoko dan madura sehingga bahasa asli suroboyo menjadi luntur.

Kota Surabaya terdiri atas 31 kecamatan, berikut adalah daftar kecamatan dibagi mnjadi lima wilayah :

1. Surabaya Pusat : wilayah Tegalsari, Simokerto, Genteng, Bubutan.

2. Surabaya Utara : wilayah Bulak, Kenjeran, Semampir, Pabean,

Cantikan, Krembangan.

3. Surabaya Timur : wilayah Gubeng, Gununganyar, Sukolilo, Tambaksari,

Mulyorejo, Rungkut, Tenggilis Mejoyo.

4. Surabaya Selatan :wilayah Wonokromo, Wonocolo, Wiyung,

Karangpilang, Jambangan, Gayungan, Dukuh Pakis, Sawahan.

5. Surabaya Barat : wilayah Benowo, Pakal, Asemrowo, Sukomanunggal,


(73)

57 

 

4.3 Penyajian Data

4.3.1 Identitas Responden

4.3.1.1 Usia Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga sektor publik di Surabaya. Usia ibu-ibu rumah tangga di Surabaya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.1

Usia Responden

No Keterangan Frekuensi %

1 20 – 25 15 15

2 26 – 30 36 36

3 31 – 35 27 27

4 36 – 40 22 22

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner no 1.2

Dari tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa usia responden dalam penelitian ini bersifat heterogen mulai dari usia 20 tahun hingga 40 tahun. Responden terbanyak yaitu responden dengan usia 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 36 %. 27 % responden berusia 31 – 35 tahun. Selanjutnya dengan


(74)

usia terbanyak ketiga yaitu 36 – 40 tahun yaitu sebanyak 22 %. Dan yang terakhir adalah berusia 20 – 25 tahun sebanyak 15 %.

Sehingga dari data tersebut dapat dikategorikan bahwa ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya terbanyak dalam penelitian ini adalah dengan kisaran usia 26 - 30 tahun.

4.3.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya. Tingkat pendidikan ibu-ibu rumah tangga di Surabaya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Tingkat Pendidikan Responden

No Keterangan Frekuensi %

1 SD - -

2 SMP 9 9

3 SMA 40 40

4 Akademik / Diploma 28 28

5 Sarjana 23 23

Jumlah 100 100


(75)

59 

 

Dari tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini bersifat heterogen mulai dari tamat SMP hingga Sarjana. Responden terbanyak yaitu responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 40 %. Selanjutnya responden dengan tingkat pendidikan Akademik atau diploma sebanyak 28 %. Kemudian responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 23 %. Dan yang terakhir adalah jumlah responden yang paling kecil dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 9 %.

Sehingga dari data tersebut dapat dikategorikan bahwa ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya yang menjadi responden terbanyak dalam penelitian ini adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 40 % dari jumlah total 100 responden. Sehingga dapat ditarik kesimpulan ibu-ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan SMA yang cenderung lebih sering melihat dan membaca pemberitaan adanya Bakteri Sakazakii dalam susu formula di media internet atau online.


(76)

4.3.2 Terpaan Pemberitaan Adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula

Terpaan disini yang dimaksud adalah kegiatan melihat dan membaca pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula di media internet atau online.

Terpaan pemberitaan terdiri dari frekuensi (tingkat keseringan) dalam melihat dan membaca pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media internet atau online. Serta durasi yaitu lama waktu melihat dan membaca pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula di media online.

Terpaan pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula di media internet atau online telah ada dalam dua pertanyaan di kuisioner. Yang terdiri dari pertanyaan berapa kali melihat dan membaca pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula dalam satu minggu. Serta berapa menit waktu yang dibutuhkan dalam melihat dan membaca satu pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula di media internet atau online.


(77)

61 

 

 

4.3.2.1 Frekuensi Melihat dan Membaca Pemberitaan Adanya bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula

Pertanyaan untuk menentukan frekuensi digolongkan dalam pertanyaan terbuka yaitu dengan tidak memberikan pilihan jawaban kepada responden. Responden diberi kebebasan untuk menentukan seberapa sering dia melihat dan membaca pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula di media internet atau online dalam satu minggu. Yaitu terhitung dari tanggal 13 – 19 Februari. Peneliti tidak memberikan pilihan jawaban karena tidak dapat dipastikan berapa kali reponden melihat dan membaca berita tentang bakteri Sakazakii dalam susu formula muncul di media internet atau online.

Untuk mempermudah penghitungan frekuensi melihat dan membaca pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula di media internet atau online, maka dapat ditetapkan interval dari tiap jawaban yang ada dengan menggunakan rumus :

I = Jarak Pengukuran (R)

Jarak Interval kelas (K)


(1)

4.5 Interpretasi Hasil

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik analisis rank spearman diketahui bahwa secara statistik, variabel terpaan pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula di internet atau media online (X) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya (Y). Hal ini terlihat dari nilai ttest sebesar 1,78 dimana nilainya lebih kecil dari nilai ttabel sebesar 1,984. Dan hasil penelitian ini diketahui bahwa terpaan pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media internet atau online (X) tidak memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya yaitu sebesar 0,177, hal tersebut menunjukkan bahwa pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula di media internet atau online bukanlah faktor utama atau kunci yang dapat mengukur pengetahuan seseorang terhadap informasi tentang bakteri sakazakii.

Dari penelitian yang dilakukan juga menunjukan bahwa kesadaran menggunakan media online untuk mendapatkan informasi dikalangan ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya tergolong rendah. Karena 79% dari 100 responden yang mencari informasi pemberitaan


(2)

98   

Faktor berikutnya dapat dilihat dari presentase tingkat pendidikan responden yaitu sebanyak 9% dari 100% responden berada pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama), 40% dari 100 responden ibu-ibu rumah tangga sektor pubik yang memiliki anak di Surabaya berada pada tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) sederajat dan hanya 28% dalam tingkat pendidikan akademik/diploma. Untuk pendidikan sarjana hanya sebesar 23%. Sehingga faktor tersebut dapat mempengaruhi responden dalam menerima dan menanggapi pemberitaan yang ada terutama pemeberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula. Dan itulah mengapa dalam penelitian ini ditemukan hasil dimana antara terpaan pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula dengan tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabayan tidak memiliki hubungan yang kuat.


(3)

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Rank Spearman diketahui bahwa secara statistik variabel terpaan pemberitaan adanya susu formula yang mengandung bakteri sakazakii di internet atau media online (X) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya (Y), hal ini ditunjukkan dari nilai ttest dimana nilainya lebih kecil dari nilai ttabel. Selain itu penelitian ini menunjukkan bahwa terpaan pemberitaan adanya bakteri Sakazakii dalam susu formula di internet atau media online (X) memiliki hubungan yang tidak kuat dengan tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya.

Didalam penelitian ini penulis berusaha melihat fenomena hubungan terpaan pemberitaan susu formula yang mengandung bakteri sakazakii di internet atau media online dengan tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga sektor publik yang memiliki balita di Surabaya, menggunakan teori S-O-R.


(4)

100   

diperhatikan, dimengerti dn diterima oleh indera dan pikiran, maka akan menimbulkan respon yaitu tingkat pengetahuan. Pemberitaan adanya bakteri sakazakii dalam susu formula yang didajikan setiap saat dan waktu mampu memberikan tingkat pengetahuan tentang bagaimana mengantisipasi agar anak aman atau terlindungi dari bakteri sakazakii.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan penelitian ini diantaranya adalah : seharusnya media online atau internet lebih memperhatikan kualitas daripada kuantitas dari setiap pemberitaan yang disajikan untuk khalayak. Hal ini dimaksudkan agar khalayak bisa lebih mencerna maksud dari pemberitaan tersebut. Dan untuk khalayak seharusnya lebih sadar akan pentingnya sebuah berita. Karena tidak dipungkiri nantinya sebuah berita akan memiliki dampak postif yang ditularkan kepada khalayak luas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Ardianto, Elvinaro, 2004 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Budyatna, Muhammad, 2009 Jurnalistik Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Bugin, Burhan, 2008 Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Effendy, Uchjana, Onong, 2006 Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Hudaniah, dan Dayakisni Tri, 2006 Psikologi Sosial, Malang : Universitas Muhammadiyah Malang

Irianto, Agus, 2004 Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta : Prenada Media

Kriyantono, Rachmat, 2006 Teknik Praktis, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyana Deddy, 2007 Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mc Quail, Denis, 1999 Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga

Nurudin, 2003 Komunikasi Massa, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Singarimbun, Masri, dan Effendy, Sofian, 1989 Metode Penelitian Survai, Jakarta : PT. Pustaka LP3ES.

Sugiyono, 2008 Metode Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta, cv.


(6)

102   

Non Buku :

www.detiknews.com

www.vivanews.com


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DENGAN KECEMASAN IBU RUMAH TANGGA (Studi Korelasional Pemberitaan Kekerasan Seksual Pada Anak di Televisi Dengan Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

0 0 133

HUBUNGAN ANTARA TERPAAN IKLAN HILO SCHOOL VERSI JUNGKAT JUNGKIT DI TELEVISI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA.

0 16 82

Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya (Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

0 0 128

HUBUNGAN TERPAAN BERITA PENCULIKAN ANAK DI TELEVISI DENGAN KEWASPADAAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Kuantatif Tentang Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

0 2 114

TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA TENTANG IKLAN PRENAGEN (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya Tentang Iklan Prenagen di Televisi).

0 0 96

TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA TENTANG IKLAN PRENAGEN (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya Tentang Iklan Prenagen di Televisi)

0 0 23

Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya (Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

1 1 26

Hubungan Terpaan Pemberitaan Di Media Online Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga (Studi Korelasi Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya)

0 0 26

HUBUNGAN TERPAAN BERITA PENCULIKAN ANAK DI TELEVISI DENGAN KEWASPADAAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Kuantatif Tentang Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

0 0 31

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DENGAN KECEMASAN IBU RUMAH TANGGA (Studi Korelasional Pemberitaan Kekerasan Seksual Pada Anak di Televisi Dengan Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Surabaya) SKRIPSI

0 0 43