Analisa Data dan Uji Hipotesis

68 Berikut hasil uji normalitas seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 25 .0000000 507.26326033 .170 .170 -.168 .852 .462 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed Unstandardiz ed Residual Test distribution is Normal. a. Calculated from data. b. Sumber : lampiran 5 Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa nilai statistik Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh mempunyai taraf signifikan yang lebih besar dari dari 0,05 yaitu sebesar 0,462, dimana nilai tersebut telah sesuai dengan kriteria bahwa sebaran data disebut berdistribusi normal apabila nilai signifikan nilai probabilitas lebih dari 5. 4.3.2. Uji Asumsi Klasik Menurut Algifari 2000: 83 penggunaan analisis regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa Ordinary Least Squares OLS merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linear tak bias yang terbaik Best Linear Unbiased Estimator BLUE. Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik, sebagai berikut: 69 1. Tidak boleh terjadi Autokorelasi 2. Tidak boleh terjadi multikolinearitas 3. Tidak boleh terjadi heterokedastisitas Berikut ini uraian singkat mengenai ketiga asumsi tersebut dan bagaimana mendeteksinya.

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan waktu urut time series atau data yang diambil pada waktu tertentu atau data cross – sectional. Untuk menguji variabel – variabel yang diteliti, apakah terjadi Autokorelasi atau tidak, dapat digunakan Uji Durbin Watson. Dalam penelitian ini, besarnya Durbin Watson setelah dianalisis adalah 1,305 lampiran 7. Untuk mengetahui adanya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas K = 3 sedangkan jumlah pengamatan 25 maka diperoleh dl = 1,123 dan du = 1,654 lampiran 9. Selanjutnya nilai tersebut diplotkan ke kurva Durbin Watson dibawah ini: Gambar 4.1. Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi Daerah keragu- raguan Daerah keragu- raguan Ada Autokor elasi negatif Ada Autokor elasi positif 1,305 1,123 2,877 1,654 2,346 4 Tidak ada autokorelsi positif dan tidak ada autokorelasi negatif 70 Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa distribusi daerah penentuan keputusan dimulai dari 0 nol sampai 4 empat. Dan dapat disimpulkan karena nilai dari analisis sebesar 1,305 berada pada daerah keragu-raguan sehingga dapat diputuskan bahwa telah terbebas dari penyimpangan autokorelasi. 2. Multikolinieritas Multikolinearitas adalah terjadinya hubungan linier antar variabel bebas dalam persamaan regresi linier berganda. Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflantion Factor VIF, dengan rumus : Apabila nilai VIF 10 maka persamaan regresi linier berganda tersebut tidak terkena multikolinier Gurajati, 2007: 70. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: Tabel 4.6. Hasil Pengujian Multikolinier No Variabel Tolerance VIF Keterangan 1 2 3 P. Laba Bersih X 1 P. Piutang X 2 P. Persediaan X 3 0,713 0,276 0,232 1,403 3,618 4,307 Non Multikolinier Non Multikolinier Non Multikolinier Sumber : Lampiran 7 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel Laba Bersih, Piutang dan Persediaan, mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10, yang 71 berarti bahwa pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini sudah terbebas dari penyimpangan multikolinier

3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan lainnya. Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas digunakan uji Rank Spearman yaitu membandingkan antara residual dengan variabel bebas. Kriteria pengujian heteroskedastisitas : a. Apabila nilai signifikan hitung sig tingkat signifikan = 0,05 maka Ho diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. b. Apabila nilai signifikan hitung sig tingkat signifikan = 0,05 maka Ho diterima berarti terjadi heteroskedastisitas. Algifari, 2000: 86 Berikut ini hasil pengujian heteroskedastisitas seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 4.7. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas No Variabel Nilai mutlak dari residual Taraf Signifikansi Keterangan 1. 2. 3. P. Laba Bersih X 1 P. Piutang X 2 P. Persediaan X 3 0,340 -0,154 -0,097 0,096 0,463 0,645 Non Heteroskedastisitas Non Heteroskedastisitas Non Heteroskedastisitas Sumber : Lampiran 8 Dari hasil korelasi tersebut tidak diperoleh adanya korelasi yang signifikan antara Unstandardized Residual dengan masing-masing variabel bebas yang diteliti, dengan nilai taraf signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi penyimpangan heteroskedastisitas pada variabel-variabel bebas yang diteliti. 72

4.3.3. Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Tabel 4.8. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Sumber : Lampiran 7 Coefficients a 483.052 113.857 4.243 .000 3.15E-010 .000 .426 2.221 .037 .548 .436 .360 .713 1.403 -3.0E-011 .000 -.719 -2.331 .030 .046 -.453 -.378 .276 3.618 5.05E-010 .000 .729 2.166 .042 .340 .427 .351 .232 4.307 Constant P.Laba B sih er P.Piutang P.Persediaan Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Zero-order Partial Part Correlations Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Laba Per Lembar Saham a. Y = 483,052 + 3,15E-010 X 1 - 3,0E-011 X 2 + 5,05E-010 X 3 Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: β = 483,052 Nilai konstanta sebesar 483,052 menunjukkan apabila variabel Perubahan Laba Bersih X 1 , Perubahan Piutang X 2 dan Perubahan Persediaan X 3 sebesar nol atau konstan, maka besarnya nilai Laba Per Lembar Saham adalah sebesar 483,052. β 1 = 3,15E-010 Koefisien regresi untuk variabel Perubahan Laba Bersih X 1 sebesar 3,15E-010. Tanda positif menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dari variabel Perubahan Laba Bersih X 1 terhadap variabel Laba Per Lembar Saham Y, yang artinya apabila variabel Perubahan Laba Bersih X 1 mengalami peningkatan sebesar 1 rupiah Rp maka variabel nilai Laba Per Lembar Saham Y akan meningkat sebesar 73 3,15E-010, demikian sebaliknya apabila variabel Perubahan Laba Bersih X 1 mengalami penurunan sebesar 1 rupiah Rp maka variabel nilai Laba Per Lembar Saham Y akan menurun sebesar 3,15E-010 dengan asumsi bahwa variabel-variabel yang lain adalah konstan. β 2 = - 3,0E-011 Koefisien regresi untuk variabel Perubahan Piutang X 2 sebesar - 3,0E-011. Tanda negatif menunjukkan terjadinya perubahan yang berlawanan arah dari variabel Perubahan Piutang X 2 terhadap variabel Laba Per Lembar Saham Y, yang artinya apabila variabel Perubahan Piutang X 2 mengalami peningkatan sebesar 1 rupiah Rp maka variabel Laba Per Lembar Saham Y akan menurun sebesar - 3,0E-011, demikian sebaliknya apabila variabel Perubahan Piutang X 2 mengalami penurunan sebesar 1 rupiah Rp maka variabel Laba Per Lembar Saham Y akan meningkat sebesar - 3,0E- 011 dengan asumsi bahwa variabel-variabel yang lain adalah konstan. β 3 = 5,05E-010 Koefisien regresi untuk variabel Perubahan Persediaan X 3 sebesar 5,05E-010. Tanda positif menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dari variabel Perubahan Persediaan X 3 terhadap variabel Laba Per Lembar Saham Y, yang artinya apabila variabel Perubahan Persediaan X 3 mengalami peningkatan sebesar 1 rupiah Rp maka variabel nilai Laba Per Lembar Saham Y akan meningkat sebesar 74 5,05E-010, demikian sebaliknya apabila variabel Perubahan Persediaan X 3 mengalami penurunan sebesar 1 rupiah Rp maka variabel Laba Per Lembar Saham Y akan menurun sebesar 5,05E- 010 dengan asumsi bahwa variabel-variabel yang lain adalah konstan.

4.3.4. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis

4.3.4.1. Hasil Pengujian Kecocokan Model

Untuk menguji kesesuaian model persamaan regresi yang dihasilkan, digunakan uji F. Apabila nilai signifikansi uji F 0,05 =5, maka diputuskan untuk menolak H dan menerima H I . Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa besarnya nilai F hitung adalah sebesar 5,686 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005, karena nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05 yaitu 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh perubahan Laba Bersih X 1 , Perubahan Piutang X 2 dan Perubahan Persediaan X 3 Terhadap Laba Per Lembar Saham Y. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0,669 Lampiran 7 menunjukkan korelasi yang cukup kuat antara variabel Perubahan Laba Bersih X 1 , Perubahan Piutang X 2 , Perubahan Persediaan X 3 Terhadap Laba Per Lembar Saham Y. Nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,448 Lampiran 7 yang berarti bahwa variabel Perubahan Laba Bersih X 1 , Perubahan Piutang X 2 dan Perubahan Persediaan X 3 mampu menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel Laba Per Lembar Saham Y sebesar 44,8 dan sisanya sebesar 54,2 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini. 75 4.3.4.2.Hasil Uji t Adapun hasil dari pengujian dengan menggunakan uji t adalah sebagai berikut: Tabel 4.9. Hasil Uji t Sumber : Lampiran 7 Coefficients a 4.243 .000 2.221 .037 .548 .436 .360 -2.331 .030 .046 -.453 -.378 2.166 .042 .340 .427 .351 Constant P.Laba Bersih P.Piutang P.Persediaan Model 1 t Sig. Zero-order Partial Part Correlations Dependent Variable: Laba Per Lembar Saham a. Untuk pengaruh nyata tidaknya masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengaruh Variabel Perubahan Laba Bersih X 1 Terhadap Laba Per Lembar Saham Y. Nilai koefisien korelasi r parsial variabel Perubahan Laba Bersih X 1 dengan Laba Per Lembar Saham Y adalah sebesar 0,436. Sedangkan nilai koefisien determinasi atau pengaruh r 2 parsial variabel Perubahan Laba Bersih X 1 dengan Laba Per Lembar Saham Y adalah sebesar 0,436 2 = 0,190096 atau 19,00. Jadi pengaruh yang telah diberikan antara Variabel Perubahan Laba Bersih X 1 terhadap Laba Per Lembar Saham Y sebesar 19,00. Sedangkan nilai t hitung yang diperoleh adalah 2,221 dengan taraf signifikan sebesar 0,037. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka secara nyata Laba Bersih X 1 76 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Laba Per Lembar Saham Y. 2. Pengaruh Variabel Perubahan Piutang X 2 Terhadap Laba Per Lembar Saham Y Nilai koefisien korelasi r parsial variabel Perubahan Piutang X 2 dengan Laba Per Lembar Saham Y adalah sebesar -0,453. Sedangkan nilai koefisien determinasi atau pengaruh r 2 parsial variabel Perubahan Piutang X 2 terhadap Laba Per Lembar Saham Y adalah sebesar - 0,453 2 = 0,2052 atau 20,52. Jadi pengaruh yang telah diberikan antara variabel Perubahan Piutang X 2 terhadap Laba Per Lembar Saham Y sebesar 20,52. Sedangkan nilai t hitung yang diperoleh adalah -2,331 dengan taraf signifikan sebesar 0,030. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka secara nyata Perubahan Piutang X 2 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Laba Per Lembar Saham Y. 3. Pengaruh Variabel Perubahan Persediaan X 3 Terhadap Laba Per Lembar Saham Y Nilai koefisien korelasi r parsial variabel Perubahan Persediaan X 3 dengan Laba Per Lembar Saham Y adalah sebesar 0,427. Sedangkan nilai koefisien determinasi atau pengaruh r 2 parsial variabel Perubahan Persediaan X 3 terhadap Laba Per Lembar Saham Y adalah sebesar 0,427 2 = 0,182329 atau 18,23. Jadi pengaruh yang telah diberikan antara variabel Perubahan Persediaan X 3 terhadap Laba Per Lembar Saham Y sebesar 18,23. Sedangkan nilai t hitung yang diperoleh adalah 77 2,166 dengan taraf signifikan sebesar 0,042. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka secara nyata Perubahan Persediaan X 3 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Laba Per Lembar Saham Y. Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa dari ketiga variabel yang diteliti, variabel piutang memiliki pengaruh yang paling dominan yaitu sebesar 20,52 sedangkan variabel yang lain yaitu laba bersih memiliki pengaruh sebesar 19 dan persediaan mempunyai pengaruh sebesar 18,23. Dengan demikian hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ”diduga Perubahan laba bersih merupakan variabel bebas yang berpengaruh paling dominan dalam memprediksi laba di masa mendatang” tidak terbukti kebenarannya.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian di atas maka uji kecocokan model yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini cocok untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ”diduga informasi keuangan Perubahan laba bersih, Perubahan piutang dan Perubahan persediaan berpengaruh dalam memprediksi laba di masa mendatang” dapat terbukti kebenarannya. Berdasarkan hasil uji signifikan uji t dapat diketahui bahwa variabel Perubahan Laba Bersih berpengaruh secara signifikan terhadap Laba Per Lembar Saham, dengan nilai t hitung yang diperoleh adalah sebesar 2,221 dan 78 taraf signifikan sebesar 0,037, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti perubahan laba bersih mampu mempengaruhi potensi terhadap keputusan investasi, dimana investor tertarik pada tingkat keuntungan yang didapatkan untuk masa-masa mendatang berupa deviden atau gain. Investor lebih tetarik lagi pada perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan besar dan mempunyai tingkat resiko yang cenderung rendah. Hasil penelitian ini sama dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parawijati et.al, JRAI, 2000:217 yang menyatakan bahwa informasi laba menjadi penting bagi investor di pasar modal dan dapat diketahui melalui besarnya laba per lembar saham earnings per share, karena laba per lembar saham mencerminkan kinerja perusahaan. Variabel Perubahan Piutang berpengaruh secara signifikan terhadap Laba Per Lembar Saham, dengan nilai t hitung yang diperoleh adalah -2,331 dengan taraf signifikan sebesar 0,030, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini dikarenakan apabila terjadi peningkatan perubahan piutang, maka akan dapat timbul masalah dalam usaha peningkatan penjualan suatu produk, artinya akan memicu peningkatan kredit sehingga kemungkinan laba dimasa mendatang menurun. Perubahan piutang mengalami peningkatan, maka akan dapat timbul masalah dalam peningkatan kredit, sehigga kemungkinan laba dimasa mendatang menurun, hal ini akibat semakin besarnya kerugian piutang yang dibebankan. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Parawijati et.al, JRAI, 2000:221 yang menyatakan bahwa piutang dapat berpengaruh terhadap laba, kalau hari penagihan piutang lebih dari 60 hari

Dokumen yang terkait

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BEI Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEI (Studi Pada Sektor Industri Food And Baverages Di B

0 2 16

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BEI 2005-2007.

0 1 10

ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI LABA DALAM MEMPREDIKSI KEUNTUNGAN INVESTASI (Studi Empiris pada Industri Manufaktur Kelompok Food & Beverage pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI).

1 1 6

Kemampuan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keputusan Investasi Bagi Investor Di perusahaan Industri Pada Indotern Yang Terkait Di Bursa.

0 0 130

Kemampuan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keputusan Investasi Bagi Investor Di perusahaan Industri Pada Indotern Yang Terkait Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 0 130

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC.

0 0 139

PENGGUNAAN INFORMASI KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEUNTUNGAN INVESTASI BAGI INVESTOR PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIK DI BEI.

0 0 105

PENGGUNAAN INFORMASI KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEUNTUNGAN INVESTASI BAGI INVESTOR PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND COMPONENTS YANG GO PUBLIC DI BEI SKRIPSI

0 0 21

PENGGUNAAN INFORMASI KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEUNTUNGAN INVESTASI BAGI INVESTOR PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIK DI BEI SKRIPSI

0 0 20

Kemampuan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keputusan Investasi Bagi Investor Di perusahaan Industri Pada Indotern Yang Terkait Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 25