Pengertian Kesejahteraan Psikologis Hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan pola kelekatan dewasa pada ibu bekerja.

sulit dalam kehidupan dengan mengandalkan kemampuan yang ada dalam dirinya dan menjalankan fungsi psikologis positif yang ada dalam dirinya sendiri sehingga individu tersebut dapat merasakan adanya kesejahteraan batin dalam hidupnya.

2. Dimesi Kesejahteraan Psikologis

Ryff 1989 menjelaskan kesejahteraan psikologis dengan enam dimesi yang dimiliki individu. Keenam dimensi tersebut adalah: a. Penerimaan diri self-acceptance Penerimaan diri merupakan sikap yang dapat menerima diri sendiri apa adanya. Penerimaan diri dapat dicapai saat individu mengetahui diri sendiri dengan berusaha memahami tingkah laku diri sendiri, melakukan evaluasi diri, menyadari kesalahan dan keterbatasan diri serta menyadari akan kelebihan dan kelemahan diri sendiri. Individu dapat menerima diri sendiri dengan baik apabila individu tersebut memiliki kesadaran dan penerimaan yang positif terhadap diri sendiri dengan mengakui kelebihan dan kelemahan diri sendiri serta merasa positif pada masa lalu yang individu miliki. Sebaliknya, individu yang merasa kurang puas terhadap dirinya sendiri, merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi pada kehidupannya dimasa lalu, memiliki masalah dengan kelebihan maupun kelemahan dirinya dan berharap untuk menjadi orang yang berbeda dengan dirinya sendiri dapat dikatakan memiliki nilai yang rendah dalam penerimaan diri. Individu dikatakan memiliki taraf kesejahteraan psikologis dalam aspek penerimaan diri apabila individu tersebut: 1. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. 2. Mengakui dan menerima diri sendiri apa adanya baik positif maupun negatif. 3. Merasa positif terhadap kehidupan masa lalu dan masa sekarang. b. Otonomi diri autonomy Otonomi diri dicirikan dengan individu yang menentukan pilihan sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Dengan kata lain, individu ini memiliki kemampuan untuk mengevaluasi diri tanpa memperhitungkan persetujuan orang lain melainkan mengevaluasi dengan standar personal yang dimiliki. Kemampuan ini ditandai dengan sikap mandiri, dapat membuat keputusan sendiri dan dapat menghadapi tekanan sosial serta mengatur atau mengendalikan diri secara internal. Sebaliknya, individu yang kurang memiliki otonomi diri akan memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain, berpegangan pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, serta bersikap konformis terhadap tekanan sosial. Jadi, taraf kesejahteraan psikologis psychological well-being seorang individu dalam aspek otonomi terlihat dari sejauh mana individu tersebut: 1. Mampu mengevaluasi standar personal bagi perilakunya. 2. Mampu mengendalikan diri dan bersikap mandiri. 3. Mampu bertahan terhadap tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dengan cara tertentu. c. Hubungan positif dengan orang lain positive relationship with others Aspek ini menekankan pentingnya hubungan interpersonal yang hangat dan positif dengan orang lain serta adanya rasa kepercayaan antara individu pada orang lain. Individu yang memiliki hubungan yang positif dengan orang lain mempunyai rasa empati dan afeksi yang kuat pada orang lain, dan mampu memiliki rasa cinta dan persahabatan yang mendalam, membina hubungan yang intim dengan orang lain serta kemampuan untuk mengarahkan atau membimbing orang lain dan juga berkonsentrasi pada kesejahteraan orang lain. Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam aspek hubungan positif dengan orang lain ditandai dengan tingkah laku yang tertutup dalam berhubungan dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat, sulit peduli dan terbuka dengan orang lain, terisolasi dan merasa frustasi dalam membina hubungan interpersonal dengan orang lain serta tidak memiliki keinginan untuk berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain. Jadi, dapat disimpulkan taraf kesejahteraan psikologis individu dalam aspek hubungan positif dengan orang lain dapat dilihat dari sejauh mana ia: 1. Memiliki hubungan hangat, rasa cinta dan persahabatan yang mendalam. 2. Memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain. 3. Mampu membina hubungan yang intim pada orang lain. d. Penguasaan lingkungan environmental mastery Penguasaan lingkungan merupakan aspek yang menekankan pada kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi psikis dan kepribadiannya. Individu dikatakan mampu menguasai lingkungannya apabila individu tersebutmemiliki kemampuan untuk mengatur dan mengontrol lingkungan yang beragam, berpartisipasi dalam lingkungan diluar dirinya, serta menguasai dan melakukan perubahan secara kreatif melalui aktifitas fisik maupun mental. Dengan kata lain, aspek ini melihat kemampuan individu dalam menghadapi berbagai kejadian di luar dirinya dan mengatur sesuai dengan keadaan dirinya sendiri. Individu yang kurang baik dalam aspek penguasaan lingkungan akan mengalami kesulitan dalam mengatur situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan keadaan di lingkungan sekitarnya, kurang peka terhadap kesempatan yang ada di lingkungannya dan kurang memiliki kontrol terhadap lingkungan. Taraf kesejahteraan psikologis psychological well-being inidvidu dalam aspek penguasaan lingkungan dapat terlihat dari sejauh mana individu tersebut: 1. Mampu mengelola dan mengontrol lingkungan. 2. Mampu memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi dirinya dan kepribadiannya. 3. Memiliki kompetensi dalam mengelola lingkungan. 4. Mampu melakukan perubahan secara kreatif. e. Tujuan hidup purpose in life Aspek ini menekankan pada keyakinan perasaan terhadap tujuan dan makna hidup. Kemampuan ini ditunjukkan dengan sikap individu yang memiliki pemahaman menyeluruh mengenai tujuan hidup, mempunyai keyakinan terhadap tujuan hidup, serta memiliki tujuan dan objektif untuk kehidupan. Selain itu, individu memiliki perubahan tujuan dalam hidup seperti menjadi individu yang lebih produktif dan kreatif dalam mencapai integrasi emosional pada tahapan perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, kemampuan tersebut dapat membantu individu dalam menemukan tujuan dan makna hidup melalui pengalaman individu sendiri. Individu dapat dikatakan kurang memiliki tujuan hidup apabila ia kehilangan makna hidup, kurang memiliki tujuan hidup, merasa kehilangan arah dalam hidup, kehilangan keyakinan yang memberikan tujuan hidup dan tidak melihat kejadian masa lalu sebagai makna dalam hidupnya. Jadi, taraf kesejahteraan psikologis individu dalam aspek tujuan hidup terlihat dari sejauh mana ia: