diterimanya. Luas sempitnya individu dalam mempersepsikan sesuatu akan dipengaruhi oleh latar belakang individu.
2.3.3 Proses Terbentuknya Persepsi
Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada
informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi
individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi Hill, 2000.
Menurut Mulyana 2005 persepsi sosial adalah proses menangkap arti obyek- obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia
bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip
penting yang menjadi pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :
1. Persepsi berdasarkan pengalaman Pola-pola perilaku manusia berdasarkan
persepsi mereka mengenai realitas sosial yang telah dipelajari pengalaman. Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan
membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip.
2. Persepsi bersifat selektif Alat indera kita bersifat lemah dan selektif selective
attention. Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita lihat, kita mendengar
Universita Sumatera Utara
apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut. Perhatian
adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
3. Persepsi bersifat dugaan Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung
pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap kelima indera
kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang
manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses pengorganisasian informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu
skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh suatu makna lebih umum.
4. Persepsi bersifat evaluatif Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena
masing-masing melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis yang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat pribadi dan subjektif yang digunakan untuk memaknai persepsi.
5. Persepsi bersifat kontekstual Konteks merupakan salah satu pengaruh paling
kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan
Universita Sumatera Utara
oleh karenanya juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan sosial. Struktur
objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan.
Agar seseorang dapat menyadari dan dapat melakukan persepsi ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu : a Adanya objek yang dipersepsi. Objek
menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang
langsung mengenai syaraf penerima sensoris tapi berfungsi sebagai reseptor. b. Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus. c.
Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi. Jika rangsangan merupakan faktor eksternal dalam proses pengamatan maka faktor individu
merupakan faktor internal. Menghadapi rangsangan dari luar itu seseorang bersikap selektif untuk menentukan rangsangan mana yang akan diperhatikan sehingga
menimbulkan kesadaran. Melalui proses selektif terhadap suatu rangsangan, seseorang dapat mempunyai tanggapan atau pendapat tentang objek tertentu. Dalam
hal ini persepsi dapat diukur dari proses memberikan nilai terhadap objek tertentu dari orang tersebut.
2.3.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi
Notoatmodjo 2005, menyebutkan ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian kita. Faktor penyebab
ini dapat kita bagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Universita Sumatera Utara
Faktor eksternal adalah faktor melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.
a. Faktor eksternal 1. Kontras: cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat
kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan. 2. Perubahan intensitas: suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya
yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian tinggi akan menarik perhatian kita.
3. Pengulangan repetition: iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian kita, walaupun sering kali kita merasa jengkel dibuatnya.
4. Sesuatu yang baru novelty: suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.
5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan orang yang menjadi perhatian orang banyak akan
menarik perhatian kita. b. Faktor internal
Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang
sama dapat dipersepsikan secara berbeda. 1. Pengalaman Pengetahuan
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.
Universita Sumatera Utara
Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.
2. Harapan expectation Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.
3. Kebutuhan Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara
berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar 25 juta akan merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, tetapi ia akan
merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah. 4. Motivasi
Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu
yang negative. 5. Emosi
Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya
serba indah. 6. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan
orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja.
Universita Sumatera Utara
Krech dan Crutchfield 1977, menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis
atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf
individu. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang
berkonsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsikan. Jalaludin Rakhmat 1999 :55-56 dengan rinci mengemukakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut : a. Faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman,
motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati. b. Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuran
rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan. c. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh
individu. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sarlito Wirawan 1984 : 97 yang
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :
Universita Sumatera Utara
a. Kuat lemahnya rangsangan, yang ditemukan oleh kejelasan, pengulangan gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat
pula kerja indera. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses terjadinya persepsi.
b. Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yang dimiliki individu menyebabkan terjadinya persepsi.
c. Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi
oleh faktor rangsangan yang datang dari objek maupun peristiwa, dan faktor individu yang bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat diasumsikan dari
persepsi ini bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan adanya kesiapan untuk menerima
ataupun menolak rangsangan yang diterimanya. Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah sebagai
berikut : a. Informasi yang kurang cukup, faktor ini merupakan penyebab utama dalam
kesalahan menafsirkan pesan. b. Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai
sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu. c. Kesalahan dalam logika, kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita
mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila seseorang memperlihatkan sifst-sifat serius, tidak pernah humor, kemudian
Universita Sumatera Utara
d. Kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan menjadi penyebab kesalahan persepsi.
e. Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut
akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula.
2.4 Landasan Teori