PENDAHULUAN Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang melekat, dan perwujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya untuk menskenario kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan. Adapun yang dimaksud dengan kuantitas penduduk meliputi jumlah, struktur komposisi, dan pertumbuhan penduduk yang ideal melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian,dan persebaran penduduk yang merata. Jumlah penduduk, komposisi umur, dan laju pertambahan atau penurunan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas kelahiran, mortalitas kematian, dan migrasi perpindahan tempat karena ketiga variabel tersebut merupakan komponen–komponen yang berpengaruh terhadap perubahan penduduk Lucas, 1990. Salah satu filosofi yang berkembang di sebagian besar masyarakat Indonesia mengatakan banyak anak, banyak rejeki. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah anak yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah 1 Universita Sumatera Utara pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai suatu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang tua Haryono, 2011. Jumlah kelahiran di dunia lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kematian. Dengan 19 kelahiran per 1000 populasi, diperkirakan ada 360.000 kelahiran per hari terjadi di dunia. Dan dengan 8 kematian per 1000 populasi, ada sekitar 151.600 orang yang meninggal setiap hari di seluruh dunia. Jumlah penduduk dunia yang mencapai 7 milliar di bulan Oktober 2011, jumlahnya lebih banyak 1 milliar dibandingkan 12 sampai 13 tahun lalu. Artinya, setiap 13 tahun penduduk dunia bertambah 1 milliar orang. Dari jumlah 7 milliar orang di dunia, Indonesia adalah Negara penyumbang pertambahan penduduk kelima terbesar di dunia. Sedangkan Negara yang jumlah penduduknya besar belum tentu menjadi penyumbang terbanyak. Meski Cina memiliki populasi terbanyak penduduk dunia 1,34 milliar, namun untuk pertambahan penduduknya Cina kalah jauh dari India. Indonesia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari Amerika justru pertambahan penduduknya melebihi Amerika UNFPA, 2011. Negara Republik Indonesia yang memiliki luas kurang lebih 1,904,569 km 2 dan saat ini jumlah penduduk Indonesia 2012 diperkirakan sekitar 257.516.167 jiwa. Berdasarkan sensus penduduk 2010, diketahui bahwa pertumbuhan penduduk sudah melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk LPP mencapai 1,49 persen pertahun. Universita Sumatera Utara Karenanya, di tahun 2012, pertumbuhan penduduk ditargetkan harus mencapai 1,3 atau menurun dibanding tahun 2011 yang mencapai 1,49 BPS, 2012. Hasil survey penduduk 2004-2008, rata-rata kelahiran di Provinsi Sumatera Utara adalah pada tahun 2004 mencapai 2,96, 2005 mencapai 2,63, 2006 mencapai 2,58, 2007 mencapai 2,52 dan di tahun 2008 mencapai 2,49. Laju pertumbuhan penduduk ini harus segera dikendalikan untuk menghindari ledakan penduduk 50 tahun mendatang BPS, 2010. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN Sugiri Syarief, mengatakan laju pertumbuhan penduduk atau LPP tahun 2012 ditargetkan menjadi 1,3 pertahun. Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini mencapai 240 juta lebih dengan laju pertumbuhan 1,49 per tahun. LPP 1,49. Ini harus diturunkan agar tidak terjadi ledakan penduduk, kata Sugiri. Sugiri menjelaskan ledakan jumlah penduduk akan menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya ancaman ketersediaan pangan, lahan, energi, dan sebagainya. Pengendalian jumlah penduduk merupakan salah satu cara untuk mengendalikan banyaknya penduduk. Dan pengendalian jumlah penduduk lainnya adalah mortalitas kematian dan migrasi perpindahan tempat. Laju pertumbuhan ini disebabkan tiga faktor, yakni kelahiran, kematian dan migrasi BKKBN, 2012. Fertilitas yang tinggi cenderung merugikan kesehatan ibu dan anak. Jarak anak, Jarak kelahiran yang dekat cenderung menurunkan berat badan bayi dan resiko kematian bayi DepKes RI, 2011. Universita Sumatera Utara Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu dari delapan Tujuan Pembangunan Milenium MDGs yang diadopsi pada KTT Milenium 2000. Target utama adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu AKI sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Menurut data terbaru yang diliris PBB perkiraan jumlah global kematian ibu dan angka kematian ibu turun sebesar sepertiga sejak 1990. Meskipun ada kemajuan yang signifikan di seluruh wilayah berkembang, penurunan persentase rata-rata tahunan AKI global adalah 2,3, kurang dari target MDGs sebesar 5,5. Tingkat penurunan tahunan sebesar 1,7 di Afrika Sub Sahara, dimana tingkat kematian ibu paling tinggi, lebih lambat daripada di wilayah lain Childinfo, 2011. Angka kematian ibu AKI di Indonesia telah mengalami penurunan menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003 bila dibandingkan dengan angka tahun 1994 yang mencapai 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Tetapi akibat komplikasi kehamilan atau persalinan yang belum sepenuhnya dapat ditangani, masih terdapat 20.000 ibu yang meninggal setiap tahunnya. Dengan kondisi ini, pencapaian target MDGs untuk AKI akan sulit dicapai. BPS memproyeksikan bahwa pencapaian AKI baru mencapai angka 163 kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan target MDGs akan dapat terwujud hanya jika dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya Bappenas, 2007, 2010. Laporan tahunan yang telah diliris oleh organisasi Save the Children, mengatakan bahwa Indonesia berhasil mengurangi angka kematian bayi sebesar 48 antara tahun 1990-2011. Laporan tersebut juga melaporkan indeks resiko kelahiran Universita Sumatera Utara bayi di 186 negara. Dimana terhitung melebihi dari sepertiga dari semua angka kematian bayi baru lahir. Tiga penyebab utama dari kematian bayi adalah kelahiran premature, infeksi berat, dan komplikasi selama kelahiran. Indonesia masih menjadi salah satu Negara dengan angka kematian tertinggi dengan indeks dua pertiga dari tiga juta angka kematian bayi yang terjadi secara global per tahun. Hal ini terjadi karena populasi yang besar di Indonesia BPS, 2012. Hasil sensus penduduk 2010 menunjukkan rata-rata usia kawin pertama justru cenderung menurun lebih muda menjadi sekitar 19 tahun. Putus sekolah mendorong orang untuk menikah muda. Semakin muda menikah, semakin besar peluang memiliki banyak anak. Hal ini akan diperparah oleh kondisi tanpa pelayanan KB. Dampaknya, resiko kematian ibu, bayi, dan anak akan meningkat. Ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian IPM dan Millenium Development Goals MDGs. Kematian ibu karena hamil dan melahirkan juga merupakan akibat dari adanya “”empat terlalu” yaitu terlalu muda usia kurang dari 20 tahun, terlalu tua usia lebih dari 35 tahun, terlalu banyaksering hamil dan melahirkan jumlah anak lebih dari 4 orang, serta terlalu dekatrapat jarak antar kelahiran jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun. Kondisi kehamilan yang tidak ideal kehamilan dengan 4 terlalu saat ini di Indonesia berdasarkan hasil SDKI 2007, seperti yang disampaikan Kepala BKKBN pada Pertemuan Tahunan PKMI tahun 2010, yaitu: kehamilan yang terlalu muda 3 ; kehamilan yang terlalu tua 4,7 ; jarak kehamilan terlalu dekat 5,5 ; kehamilan yang terlalu banyak 8,1 BKKBN, 2009; Syarief, 2010. Universita Sumatera Utara Penduduk, masyarakat dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat antara satu sama lainnya. Dimana penduduk adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Sedangkan masyarakat merupakan sekumpulan penduduk yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan terikat oleh peraturan-peraturan yang berlaku di dalam wilayah tersebut. Masyarakat tersebutlah yang menciptakan dan melestarikan kebudayaan, baik yang mereka dapat dari nenek moyang mereka ataupun kebudayaan baru yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Gibson 1989, dalam buku Organisasi dan manajemen Perilaku Notoatmodjo 2003, Struktur memberikan definisi tentang persepsi yaitu sebagi proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya terhadap objeknya. Gibson juga menjelaskan bahwa setiap individu memberi arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi sering sekali dipengaruhi oleh perhatian, kebutuhan, pengalaman dan budaya. Oleh karena itu penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan sendiri berarti hasil karya manusia untuk melangsungkan ataupun melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas dari pada manusia masyarakat tersebut. Masyarakat dan kebudayaan terus berkembang dari masa ke masa BPS, 2011. Salah satu upaya pengendalian jumlah penduduk adalah pendekatan sosiokultural, yaitu pandangan pasangan usia subur PUS yang berbeda mengenai Universita Sumatera Utara anak. Anak memiliki nilai universal yang dipengaruhi oleh faktor sosiokultural. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orangtua adalah merupakan tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki di antara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka untuk situasi yang datangnya dari luar BKKBN, 2009. Bulatao dan Lee 1983 dalam Shapiro 1997, menemukan hubungan positif antara nilai anak dan jumlah anak yang diinginkan. Ketika anak dipersepsikan memiliki kegunaan dan manfaat yang besar maka orang tua menginginkan jumlah anak yang lebih banyak. Sementara itu, ketika orang tua berpersepsi bahwa biaya atau beban karena memiliki anak lebih besar, maka orang tua menginginkan anak yang lebih sedikit Shapiro, 1997. Walaupun demikian, ada faktor lain, seperti pendapatan, latar belakang sosial dan budaya, modernisasi, serta kebijakan pemerintah yang secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap jumlah anak yang diinginkan. Fawcett 1986 dalam Lucas 1990, mengemukakan bahwa ada enam nilai anak bagi orang tua, yaitu 1 perekat cinta kasih, 2 sumber tenaga kerja, 3 asuransi di hari tua, 4 pelangsung keturunan, 5 sumber rezeki, 6 anak sebagai teman, penolong dan pelindung. Persepsi tentang nilai anak akan dapat mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan atau dimiliki. Sebagian orang berpendapat bahwa jumlah anak banyak dapat merupakan asset keluarga yang menguntungkan karena dapat diharapkan untuk membantu keluarga, khususnya di bidang ekonomi. Akan tetapi sebagian orang lain berpendapat sebaliknya, yaitu anak Universita Sumatera Utara banyak hanyalah merupakan beban ekonomi keluarga yang tidak ringan. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya jumlah anak akan menyebabkan juga banyaknya waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan sebagai kewajiban dan rasa tanggung jawab orang tua. Dalam kultur masyarakat Batak, pencapaian manusia terdiri dari 3 tingkatan 3 H yaitu hamoraon kekayaan, hagabeon kebahagiaan, dan hasangapon kehormatan. Bagi manusia Batak, pencapaian 3 H merupakan ukuran keberhasilan pencapaian dan kesuksesan seseorang. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai 3H tersebut, bekerja keras menuntut ilmu agar bisa mamora kaya. Maka manusia Batak menjadi petarung, berjuang keras untuk mencapai hamoraon, dan menjadi kaya secara finansial dan material. Manusia Batak tidak akan segan-segan mangaranto, pergi meninggalkan kampung halaman untuk mencari kekayaan material. Berjuang dengan segala usaha dan modal di pangarantoan, perantauan, untuk bisa mendapatkan kekayaan. Kalau perlu merantau ke seluruh penjuru dunia Silaban, 2013. Ukuran umum hagabeon dalam bangso Batak adalah bila mempunyai keturunan baoa laki dan boru perempuan yang juga kemudian mempunyai keturunan lagi. Jadi bila seseorang dalam hidupnya sudah mempunyai cucu dari anak laki-laki, cucu dari anak perempuan, serta semua anaknya baik laki dan perempuan sudah berumah tangga dan mempunyai keturunan, maka ia disebut gabe. Hagabeonnya menjadi sempurna ketika masih hidup ia masih bisa melihat cicit apalagi kalau dari cucu perempuan dan cucu laki-laki. Itulah puncak sempurna hagabeon manusia Batak. Universita Sumatera Utara Adapun hasangapon, agak sulit mencari padanan katanya dalam Bahasa Indonesia. Secara harafiah, sangap bisa diartikan sebagai terpuji, atau tauladan, terhormat, nyaris tanpa cela. Seseorang yang dianggap sangap, berarti ia menjadi pribadi sempurna, manusia yang mencapai status tinggi dalam kehidupan, dan tidak ada cemoohan dari orang lain. Biasanya seseorang menjadi sangap, bila dalam tingkat tertentu ia juga mempunyai hamoraon dan mempunyai hagabeon. Karena itu , sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan seseorang sudah mencapai hasangapon sekarang ini. Filosofi 3 H tersebut sebenarnya sah-sah saja, dan sepanjang itu digunakan secara positif. Seseorang berusaha dalam hidupnya untuk mencapai 3H secara utuh dan tanpa cacat. Tapi bila hal itu dilakukan dengan cara-cara yang kurang terpuji, maka masyarakat tentu akan menilai apa sesungguhnya yang bisa dicapai dalam 3 H hasangapon, hamoraon, hagabeon. Dan sesungguhnya ia tidak mencapai hasangapon. Prinsip 3 H hasangapon, hamoraon, hagabeon ini kurang lebih mempunyai persamaan dengan Teori Kebutuhan dari Maslow. Menurut Maslow pencapaian tertinggi seseorang dalam memenuhi kebutuhannya ketika ia bisa mencapai jati diri yang “self esteem”, bijaksana dan welas asih, penuh kasih sayang Silaban, 2008. Di Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata angka kelahiran pada tahun 2008 mencapai 3,05, tahun 2009 mencapai 2,9, tahun 2010 mencapai 2,95, dan tahun 2011 mencapai 3,03. Dari angka tersebut Kabupeten Humbang Hasundutan berkontribusi dalam menyumbangkan tingginya jumlah penduduk BPS, 2012. Universita Sumatera Utara Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Bapak Simamora, mengatakan pada masyarakat Kecamatan Baktiraja, pengaruh budaya sangat erat kaitannya dengan penentuan jumlah anak, dengan banyak anak maka pencapaian filosofi 3 H menjadi sempurna. Khususnya di Kecamatan Baktiraja, karena merupakan daerah bonaposogit dari beberapa marga maka penilaian tentang nilai anak tinggi untuk meneruskan keturunan dari masing-masing marga. Dalam Profil Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah rata-rata anak di Kabupaten Humbang Hasundutan di tiap kecamatan pada tahun 2012 adalah Kecamatan Parlilitan sebanyak 188 jiwa, Baktiraja 112 jiwa, Paranginan sebanyak 157 jiwa, Paranginan 265 jiwa, Sigompul sebanyak 625 jiwa, Matiti sebanyak 541 jiwa, Onan ganjang sebanyak 179 jiwa, Pakkat sebanyak 471 jiwa, Tarabintang sebanyak 181 jiwa, Hutapaung sebanyak 401 jiwa dan Kecamatan Bonan dolok sebanyak 101 jiwa. Secara keseluruhan jumlah kelahiran di Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2012 sebanyak 3.482 jiwa. Data pada Profil Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan, jumlah pasangan yang istrinya berumur ≥ 45 tahun adalah sebanyak 642 orang. Tersebar di 7 desa di Kecamatan Baktiraja yaitu 53 keluarga di Desa Siunong-unong Julu, 71 keluarga di Desa Simamora, 122 keluarga di Desa Sinambela, 162 keluarga di Desa Simanullang, 72 keluarga di Desa Simangulampe, 60 keluarga di Desa Marbun Tonga dan 102 keluarga di Desa Tipang. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa Pakkat Toruan Kecamatan Doloksanggul, dari 20 orang ibu yang berumur ≥ 50 , prevalensi ibu yang Universita Sumatera Utara mengatakan banyak anak, banyak rejeki 68 32 di antaranya mengatakan banyak anak, beban ekonomi meningkat. Alasan mengatakan banyak anak banyak rejeki adalah karena anak adalah tempat berlindung di hari tua 57, anak dapat membantu orangtua bekerja 31, anak memberikan kesenangan kepada orang tua 12. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh persepsi nilai anak pada istri ≥ 45 tahun terhadap jumlah anak di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.2 Permasalahan

Masih tingginya persepsi nilai anak terhadap jumlah anak pada masyarakat di Kecamatan Baktiraja dan belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nilai anak terhadap jumlah anak.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh persepsi nilai anak yang meliputi pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi dan budaya nilai anak terhadap jumlah anak pada masyarakat di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2013. 1.4 Hipotesis Ada pengaruh persepsi nilai anak yang meliputi pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi, dan budaya nilai anak terhadap jumlah anak pada masyarakat di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan. Universita Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian

Setelah dilakukannya penelitian ini, dapat menambah wawasan dan kemampuan peneliti dalam penerapan teori yang telah didapat selama pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, sehingga diharapkan ada perubahan perilaku yang lebih baik di lapangan pekerjaan dan masyarakat. Universita Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA