Jenis Indikasi Absolut Intervensi Bedah yang Dialami Penderita BPH Karakteristik Penderita BPH dengan Indikasi Absolut Intervensi

menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita BPH di Divisi Urologi Department Bedah RSUP Haji Adam Malik Medan lebih banyak berumur 73-77 tahun 24,6, berpendidikan Dasartidak sekolah 44,6, dan mempunyai status tidak bekerja pensiunan yaitu 40 serta berstatus menikah atau mempunyai pasangan hidup 83,1. Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Singodimedjo 2000 bahwa prevalensi dari BPH bergejala meningkat dengan bertambahnya umur, dimana penderta BPH interval umur 40 - 49 tahun sebesar 14, berumur diantara 50 - 59 tahun sebesar 24 dan pada umur lebih dari 60 tahun prevalensinya lebih 45. Temuan penelitian Erkadius 2010 bahwa penderita BPH yang pasca TURP di RS. DR. M. Djamil Padang lebih banyak berumur 65-82 tahun sebanyak 19 orang dengan latar belakang pendidikan SLTA sebanyak 23 orang dan bekerja sebagai pegawai sebanyak 23 orang

5.2.2 Jenis Indikasi Absolut Intervensi Bedah yang Dialami Penderita BPH

Transurethral resection of the prostate TURP merupakan standar pembedahan endoskopik untuk Benign Prostat Hypertrophy pembesaran prostat jinak. TURP dilakukan dengan cara bedah elektro electrosurgical atau metode alternative lain yang bertujuan untuk mengurangi perdarahan, masa rawat inap, dan absorbsi cairan saat operasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita BPH di Divisi Urologi Department Bedah RSUP Haji Adam Malik Medan yang menjalani Transurethral resection of prostate mengalami indikasi bedah retensi urine yang berulang 90,8, gross hematuria berulang 35,4, dan insufisiensi ginjal akibat obstruksi saluran kemih pada buli 26,2. Penderita BPH lebih banyak yang tidak mengalami indikasi infeksi saluran kemih rekuren akibat pembesaran prostat setelah selesai dilakukan intervensi bedah 96,9. Indikasi absolut intervensi bedah yang dialami penderita BPH cenderung mengalami retensi urine yang berulang. Sesuai pendapat Marszalek 2009 retensi urin setelah pengangkatan kateter terjadi pada 3-9 kasus dan biasanya dihubungkan dengan kegagalan Universitas Sumatera Utara detrusor daripada reseksi tidak lengkap, sehingga terjadi obstruksi persisten. Tingkat ISK biasanya rendah , walaupun persentase yang dilaporkan dalam literatur bervariasi dari 4 hingga 20 kasus. Dalam sebuah penelitian jangka 10 tahun 1990-2000, Wilson et al. telah menyatakan bahwa pasien dengan retensi urin yang mengindikasikan TURP telah pun meningkat dari 33 hingga 58, dimana didapatkan peningkatan 75.8 kasus.

5.2.3 Karakteristik Penderita BPH dengan Indikasi Absolut Intervensi

Bedah Penderita BPH yang mengalami indikasi retensi urine yang berulang lebih banyak berumur 73-77 tahun tahun yaitu 21,5. Dalam sebuah penelitian menurut Baker et al. 2010 rata-rata usia pasien yang dindikasikan menjalani TURP adalah 67,6 tahun rentang, 55 – 85 tahun yang cenderung mengalami retensi urin. Sesuai pendapat Presti et al 2013, pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan hipertrofi otot detrusor. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Sedangkan ditinjau dari segi latar belakang pendidikan SDTidak sekolah dan SMA. Dalam suatu penelitian yang dilakukan di India dilaporkan bahwa pengetahuan tentang pembesaran prostat, responden yang berpelajaran, didapatkan lebih berpengetahuan 57,6 dibandingkan dengan responden yang tidak bersekolah 13,6; p0.05. Kemudian penderita BPH yang mengalami indikasi absolut intervensi bedah pada umumnya tidak memiliki pekerjaan pensiunan, wiraswasta dan bekerja sebagai petani. Gambaran ini menunjukkan bahwa penderita sudah tidak mempunyai pekerjaan yang tentunya sudah memasuki masa usia tidak produktif lagi. Sedangkan penderita BPH mengalami indikasi aboslut bedah lebih banyak berstatus menikah. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan hasil penelitian, penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Penderita BPH menjalani TURP lebih banyak berumur 73-77 tahun 24,6, berpendidikan Dasartidak sekolah 44,6, dan mempunyai status tidak bekerja pensiunan yaitu 40 serta berstatus menikah atau mempunyai pasangan hidup 83,1. 2. Penderita BPH yang menjalani TURP mengalami indikasi bedah retensi urine yang berulang 90,8, gross hematuria berulang 35,4, dan insufisiensi ginjal akibat obstruksi saluran kemih pada buli 26,2. Penderita BPH lebih banyak yang tidak mengalami indikasi infeksi saluran kemih rekuren akibat pembesaran prostat setelah selesai dilakukan intervensi bedah 96,9. Indikasi absolut intervensi bedah yang dialami penderita BPH cenderung mengalami retensi urine yang berulang.

6.2. Saran

Saran-saran yang dapat penulis sampaikan pada penelitian ini adalah : 1. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan Sebagai masukan dalam memberikan informasi kesehatan tentang penderita BPH yang menjalani TURP dan bahan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan keshatan pasien BPH. 2. Bagi Penderita BPH Dapat menambah informasi dan pemahaman tentang indikasi yang terjadi pada panderita BPH yang menjalani TURP setelah dilakukan edukasi oleh petugas RSUP H. Adam Malik 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menambah jumlah responden yang lebih besar dan mengidentifikasi keterkaitan penyakit BPH terhadap indikasi TURP. Universitas Sumatera Utara