Pengawasan Berkala BPH Kerangka Konsep Penelitian Definisi Operasional

diregangkan, tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut dan reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika dirusak Presti et al,2013; Loughlin et al,2011. c. Trans Urethral Needle Ablation TUNA Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk menghasilkan ablasi termal pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik guna mencapai tujuan untuk menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal, tidak invasif dan mekanisme ejakulasi dapat dipertahankan Muruve et al, 2012 d. Stent Urethra Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja kateter tersebut dipasang pada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang spiral dibuat dari logam bercampur emas yang dipasang diujung kateter Prostacath. Stents ini digunakan sebagai protesis indwelling permanen yang ditempatkan dengan bantuan endoskopi atau bimbingan pencitraan. Untuk memasangnya, panjang uretra pars prostatika diukur dengan USG dan kemudian dipilih alat yang panjangnya sesuai, lalu alat tersebut dimasukkan dengan kateter pendorong dan bila letak sudah benar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut dapat dilepas dari kateter pendorong. Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi infravesikal yang juga kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi penderita belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi yang lebih invasif. Bentuk lain ialah adanya mesh dari logam yang juga dipasang di uretra pars prostatika dengan kateter pendorong dan kemudian didilatasi dengan balon sampai mesh logam tersebut melekat pada dinding uretra Presti et al,2013

2.9 Pengawasan Berkala BPH

Semua pasien BPH setelah mendapatkan terapi atau petunjuk watchful waiting perlu mendapatkan pengawasan berkala follow up untuk mengetahui hasil terapi serta perjalanan penyakitnya sehingga mungkin perlu dilakukan pemilihan terapi lain atau dilakukan terapi ulang jika dijumpai adanya kegagalan Universitas Sumatera Utara dari terapi itu. Secara rutin dilakukan pemeriksaan IPSS, uroflometri, atau pengukuran volume residu urine pasca miksi. Pasien yang menjalani tindakan intervensi perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine untuk melihat kemungkinan penyulit infeksi saluran kemih akibat tindakan itu Homma et al,2011. Universitas Sumatera Utara BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian tentang karakteristik pasien Benign Prostate Hiperplasia yang menjalani Transurethral Resection of Prostate TURP di Divisi Urologi, Departemen Bedah, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Kota Medan adalah:

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. BPH adalah kondisi patalogis yang mengalami pembesaran, organ ini dapat menjepit uretra pars prostatika dari bagian luar dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli. Pasien Benign Prostate Hiperplasia adalah pasien yang datanya terdapat dari Divisi Urologi dan didiagnosis menderita Benign Prostate Hiperplasia berdasarkan pemeriksaan DRE dan PSA. Karakteristik Pasien Benign Prostate Hyperplasia Yang Menjalani Transurethral Resection of Prostate Sosiodemografi  Umur  Pendidikan  Pekerjaan  Status perkawinan Indikasi Absolut  Retensi urine yang berulang.  Infeksi saluran kemih rekuren akibat pembesaran prostat.  Gross hematuria berulang.  Insufisiensi ginjal akibat obstruksi saluran kemih pada buli.  Calculi Bladder Universitas Sumatera Utara 3.2.2 Sosiodemografi a Umur adalah lamanya hidup pasien BPH yang dihitung berdasarkan tahun sejak pasien itu lahir sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis, yang dikelompokan berdasarkan rumus Sturges. Kemudian untuk analisa statisk, umur dikelompokkan atas: 1. 53 - 57 tahun 2. 58 - 62 tahun 3. 63 - 67 tahun 4. 68 - 72 tahun 5. 73 - 77 tahun 6. 78 - 82 tahun 7. 83 - 87 tahun 8. 88 - 92 tahun Skala pengukuran : Skala Rasio b Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi dari pasien BPH sesuai dengan tercatat pada rekam medis, yang dikategorikan atas: 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Akademi PT Skala pengukuran : Skala Ordinal c Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukana oleh pasien BPH sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis, yang dikategorikan atas: 1. Pegawai Negeri 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Pensiunan Universitas Sumatera Utara 5. Petani Skala pengukuran : Skala Nominal d Status perkawinan adalah status pasien BPH berdasarkan riwayat pernikahan, sesuai yang tercatat pada rekam medis, yang dikategorikan atas: 1. Menikah 2. Belum Menikah 3. Duda Skala pengukuran : Skala Nominal 3.2.3 Terdapat beberapa indikasi absolut intervensi bedah pada BPH, yang tercatat pada rekam medis, yang merangkumi : 1. Retensi urine yang berulang 2. Infeksi saluran kemih rekuren akibat pembesaran prostat . 3. Gross hematuria berulang 4. Insufisiensi ginjal akibat obstruksi saluran kemih pada buli 5. Calculi bladder Skala pengukuran : Nominal 3.2.4 Transurethral Resection of Prostate adalah tindakan reseksi endoskopik melalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya terdiri dari jaringan kelenjar prostat, yang tercatat pada rekam medis. Skala pengkuruan: Nominal

3.3 Pengukuran