kedua sisi dari verumontanum. Zona sentral mencakupi 25 dari jaringan kelenjar prostat dan membentuk konus sekitar duktus ejakulatorius sehingga ke
basis kandung kemih.
2.2 Anatomi zona dari kelenjar prostat, McNeal 1981, 1988
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara dikanan dari verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Disebelah depan
didapatkan ligamentum pubo prostatika, disebelah bawah ligamentum triangulare inferior dan disebelah belakang didapatkan fascia denonvilliers. Fascia
denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan
fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi
pleksus prostatovesikal. BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran
pada bagian posterior daripada lobus medius lobus posterior yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan
lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar. Roehrborn, 2012.
2.2 Definisi BPH
Hiperplasia prostat jinak adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker Basuki, 2000. Istilah benign prostatic hiperplasia BPH menjelaskan proses
Universitas Sumatera Utara
proliferasi elemen seluler pada prostat, suatu pembesaran prostat, atau disfungsi berkemih akibat pembesaran prostat dan bladder outlet obstruction BOO
Lepor, 2005. BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang
ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra Burnicardi, 2010.
2.3 Etiologi BPH
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia
prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron DHT dan proses penuaan Roehrborn, 2013. Beberapa teori atau hipotesis yang diduga
sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah: 2.3.1 Teori Hormonal
Teori ini dibuktikan bahwa sebelum pubertas dilakukan kastrasi maka tidak terjadi BPH, juga terjadinya regresi BPH bila dilakukan kastrasi. Selain
androgen testosteronDHT, estrogen juga berperan untuk terjadinya BPH. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu
antara hormon testosteron dan hormon estrogen, karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa
di perifer dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa
testosterone diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah
perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan
terjadinya pembesaran prostat Roehrborn, 2013. Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan,
bahwa dalam keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat.
Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler
Universitas Sumatera Utara
spermatogenesis yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen.
Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormone estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis,
prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen Roehrborn,
2013. Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis 90 dan sebagian dari kelenjar adrenal 10 masuk dalam peredaran darah dan 98 akan terikat
oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin SHBG. Sedang hanya 2 dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke
dalam target cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase
menjadi 5 dyhidro testosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex. Kemudian hormone receptor complex ini
mengalami transformasi reseptor, menjadi nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-
RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat Roehrborn, 2013.
2.3.2 Teori Growth Factor faktor pertumbuhan Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat. Pada berbagai penelitian, didapatkan ternyata ada hubungan
antara pertumbuhan sel epitel dan sel stroma prostat. Differensiasi dan perkembangan sel epitel prostat dikontrol secara tidak langsung oleh androgen
dependent mediator yang dihasilkan oleh stroma. Androgen dependent mediator mempunyai nama lain Stromal Growth Faktor. Growth Faktor ini akan berikatan
dengan GF reseptor pada sel stroma dan epitel. Selanjutnya terjadi pertumbuhan sel prostat. Growth Faktor yang diketahui adalah, Epitelial GF EGF, Insulin GF
IGF, Fibroblast GF FGF, Keratinosit GF KGF, Transforming GF β TGF-β.
EGF, IGF, FGF dan KGF diketahui memiliki aktivitas merangsang terjadinya mitosis pada sel epitel. Sedangkan TGF-
β memiliki aktivitas menghambat
Universitas Sumatera Utara
aktivitas mitosis. Pada BPH diduga aktivitas EGF, IGF, FGF dan KGF lebih tinggi daripada TGF-
β Roehrborn, 2013.
2.3.3 Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkuramgnya Sel yang Mati
Beberapa penelitian lainnya, mendapatkan bahwa BPH terjadi bukan karena proliferasi sel yang lebih dominan, tapi terjadi karena aktivitas kematian
sel atau apoptosis yang berkurang. 2.3.4 Teori Sel Stem stem cell hypothesis
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan “steady state”, antara
pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem
sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal
sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.
2.3.5 Teori Reawakening Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran
stroma pada kelenjar periuretral zone transisi melainkan suatu mekanisme “glandular budding” kemudian bercabang yang menyebabkan timbulnya alveoli
pada zona preprostatik. Persamaan epiteleal budding dan “glandular morphogenesis” yang terjadi pada embrio dengan perkembangan prostat ini,
men imbulkan perkiraan adanya “reawakening” yaitu jaringan kembali seperti
perkembangan pada masa tingkat embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya, sehingga teori ini terkenal dengan
nama teori reawakening of embryonic induction potential of prostatic stroma during adult hood Roehrborn, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkantentang penyebab terjadinya BPH seperti; teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial,
teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui, teori yang berhubungan dengan aktifitas hubungan seks, teori peningkatan kolesterol, dan Zinc yang kesemuanya
tersebut masih belum jelas hubungan sebab-akibatnya Roehrborn, 2013.
2.4 Patofisiologi BPH