skinfold thickness dengan kadar trigliserida pada Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.
Hasil dari uji korelasi menggunakan analisis Spearman adalah sebagai berikut :
Tabel VIII. Uji Korelasi Abdominal Skinfold Thickness dengan Kadar Trigliserida pada Responden Pria dan Wanita
p0,05 menunjukkan terdapat korelasi bermakna p0,05 menunjukkan tidak terdapat korelasi bermakna
1. Korelasi abdominal skinfold thickness dengan kadar trigliserida pada
diabetes melitus tipe 2 pada responden pria
Pengujian normalitas AST dan trigliserida pada responden pria didapatkan hasil distribusi yang tidak normal p0,05. Hasil uji korelasi Spearman
didapatkan nilai signifikansi atau p=0,647 yang menunjukkan ada korelasi yang tidak bermakna antara AST dan kadar trigliserida. Nilai korelasi Spearman
sebesar 0,074 menunjukkan arah korelasi yang positif searah, berarti bahwa semakin besar nilai AST semakin besar pula kadar trigliserida dalam darah. Besar
nilai korelasi Spearman 0,074 berarti bahwa kekuatan korelasi antara AST dan trigliserida sangat lemah.
Korelasi antara AST dan kadar trigliserida pada responden pria menunjukkan bahwa korelasi sangat lemah dan tidak bermakna. Hasil penelitian
ini didukung dengan adanya hasil pada penelitian lain yang dilakukan Koley
Variabel Responden Pria n=41
Responden Wanita n=60
Kadar Trigliserida Kadar Trigliserida
r p
r p
Abdominal Skinfold Thickness
0,074 0,647
0,060 0,649
2010. Pada penelitian Koley 2010 diketahui bahwa AST mempunyai korelasi positif dengan lemak subkutan namun tidak bermakna p005.
Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran antropometri abdominal skinfold thickness belum dapat menggambarkan total lemak tubuh secara optimal.
Pernyataan ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roopakala, et.al.
2009 terkait pengukuran antropometri sebagai prediktor lemak intraabdominal dengan jumlah subyek penelitian 60 orang sehat berusia 25-55
tahun 32 pria dan 28 wanita. Pengukuran lemak visceral diukur 1 cm di atas umbilicus menggunakan ultrasonography. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
BMI menunjukkan korelasi positif bermakna p0,001 dengan lemak subkutan pada subyek penelitian wanita sedangkan subyek penelitian pria terdapat korelasi
tidak bermakna. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Tresaco, et al. 2009 dengan
responden wanita dan pria dewasa di Spanyol menyatakan bahwa terdapat korelasi bermakna antara jaringan adiposa pada subscapular dan tricep terhadap
kadar trigliserida responden dengan nilai r=0,132 dan nilai p=0,006 yang berarti bahwa adanya korelasi positif bermakna dengan kekuatan lemah.
Berdasarkan perbandingan dengan beberapa penelitian acuan tersebut, dapat diketahui bahwa adanya hubungan positif antara AST dengan kadar
trigliserida baik pada DM tipe 2 maupun individu sehat. Hubungan positif inilah yang perlu ditinjau lebih dalam, nilai pada kondisi DM tipe 2 dibandingkan
dengan nilai pada individu sehat. Penelitian acuan memberikan gambaran bahwa kombinasi beberapa pengukuran lemak subkutan tubuh atau kombinasi dengan
beberapa pengukuran antropometri lain akan semakin memberikan hasil korelasi yang lebih kuat dibandingkan dengan hanya menggunakan pengukuran AST.
Abdominal skinfold thickness hanya mengukur lemak subkutan pada bagian abdominal. Menurut Fajar, Bakri, dan Supariasa 2002, total lemak dalam
tubuh dapat diukur dari pengukuran beberapa tempat seperti pada trisep, bisep, subskapular, dan suprailiaka. Pengukuran keempat bagian tersebut dapat
digunakan untuk menghitung body fat percentage presentase lemak tubuh yang lebih menggambarkan total lemak tubuh dibandingkan hanya menggunakan
pengukuran tebal lipatan kulit pada bagian abdomen saja. Analisis korelasi juga dapat dilihat dengan adanya diagram sebar. Diagram
sebar akan menunjukkan ada tidaknya hubungan linier antara kedua variabel data dalam menentukan karakteristik mutu serta untuk memastikan hubungan antara
sebab dan akibat. Berikut diagram sebar analisis korelasi AST dan kadar trigliserida pada pria.
Gambar 9. Diagram Sebar Korelasi AST terhadap Kadar Trigliserida pada Responden Pria
Pada diagram sebar dapat diamati bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan penyebaran yang cenderung menjauhi garis linier. Pola hubungan antara AST
dengan kadar trigliserida adalah hubungan yang positif nilai = 0,003, artinya dengan semakin meningkatnya nilai AST, maka kadar trigliserida juga akan
meningkat.
2. Korelasi