Perbandingan trigliserida pada abdominal skinfold thickness 24,00 mm

berusia lebih dari 50 tahun usia responden wanita 50 tahun = 4 dari 60 responden.

B. Perbandingan Kadar Trigliserida pada kelompok Abdominal Skinfold

Thickness nilai pusat dan Abdominal Skinfold Thickness nilai pusat Pada penelitian ini masing-masing kelompok responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan AST kurang dari nilai pusat dan AST lebih dari sama dengan nilai pusat. Nilai median digunakan sebagai ukuran pemusatan nilai pusat apabila data terdistribusi tidak normal, sedangkan nilai mean digunakan sebagai ukuran pemusatan nilai pusat apabila data terdistribusi normal Dahlan, 2011.

1. Perbandingan trigliserida pada abdominal skinfold thickness 24,00 mm

dan abdominal skinfold thickness 24,00 mm kelompok responden pria Pengujian komparatif data diperlukan uji normalitas data yang akan dibandingkan terlebih dahulu untuk dapat diketahui uji komparatif yang tepat. Berdasarkan dengan uji normalitas pada data AST responden pria secara keseluruhan didapatkan distribusi data yang tidak normal, oleh karena itu digunakan nilai median sebagai ukuran pemusatan. Uji normalitas data kadar trigliserida juga dilakukan pada masing-masing kelompok responden pria dengan AST 24,00 mm dan AST 24,00 mm. Dari hasil uji normalitas didapatkan nilai signifikansi atau p pada responden AST 24,00 mm adalah p=0,000 tidak normal. Sedangkan nilai p pada responden AST 24,00mm adalah p=0,529 normal. Hasil uji normalitas yang menunjukkan adanya data yang tidak normal, maka analisis komparatif yang digunakan adalah uji Mann-Whitney. Analisis Mann-Whitney digunakan untuk analisis membandingkan dua kelompok tidak berpasangan dan apabila variabel terdistribusi tidak normal Dahlan, 2011. Berikut adalah hasil uji komparatif pada dua klasifikasi Abdominal Skinfold Thickness dengan uji komparatif Mann-Whitney. Tabel VI. Uji Komparatif pada Kelompok AST 24,00 mm dan AST 24,00 p 0,05 menunjukan ada perbedaan yang bermakna p 0,05 menunjukan ada perbedaan tidak bermakna Kadar trigliserida rata-rata pada responden dengan AST 24,00mm adalah sebesar 136,7 mgdL. Sedangkan pada responden AST 24,00mm diketahui rata- rata kadar trigliserida sebesar 126,9 mgdL. Hasil rata-rata dari kedua data menunjukkan bahwa kadar rata-rata trigliserida pada kedua kelompok responden masih berada dalam rentang normal, yaitu 150 mgdL, namun AST 24,00mm lebih tinggi dibanding pada responden AST 24,00. Pada uji komparatif didapatkan nilai p 0,05 p=0,927 yang menunjukkan bahwa kadar trigliserida pada kelompok AST 24,00mm berbeda tidak bermakna dengan kadar trigliserida pada kelompok AST 24,00mm, maka ada 92,7 sebagai faktor peluang untuk dapat menerangkan hasil yang diperoleh. Besarnya faktor peluang 5 menunjukkan hasil yang dapat dianggap tidak bermakna. Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa kadar trigliserida antara kelompok responden AST 24,00mm dengan responden AST 24,00mm Karakteristik AST mm p 24,00 n=22 24,00 n=19 Mean + SD Mean + SD Kadar Trigliserida 136,7mgdL + 47,5 126,9mgdL+ 24,6 0,927 berbeda tidak bermakna, sehingga asumsi bahwa semakin tingginya nilai AST seiring dengan peningkatan kadar trigliserida dalam darah, hanya saja peningkatan yang terjadi tidak bermakna secara statistik. Pada teori, lemak subkutan pada bagian abdominal merupakan tempat penyimpanan trigliserida. Selain itu, akumulasi pada lemak subkutan akan memicu peningkatan FFA Free Fat Acid sebagai prekusor sintesis trigliserida di hati. Kondisi resistensi insulin pada DM tipe 2 juga memicu terjadinya lipogenesis sintesis trigliserida serta mengaktivasi LPL Lipoprotein Lipase yang menstimulasi lipolisis atau pembentukan FFA dari trigliserida. Dengan demikian, asumsi teoritis yang dapat diambil adalah semakin tebal lemak subkutan pada bagian abdominal, semakin tinggi pula kadar trigliserida yang terkandung, terlebih pada penyandang DM tipe 2. Penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut telah banyak dilakukan, dan sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan jaringan lemak akan berdampak pada akumulasi asam lemak bebas di dalam tubuh yang menyebabkan adanya peningkatan kadar lemak jahat dalam tubuh Soegondo, 2005; Syukran, Mardianto, dan Lindarto, 2004. Nilai perbandingan yang tidak bermakna secara statistik tersebut dan dilihat dari asumsi teoritis, menggambarkan bahwa adanya hal-hal yang kemungkinan mempengaruhi hasil. Tagoe dan Amo-Kodieh 2013 melakukan penelitian tentang pengaruh DM tipe 2 pada profil lipid yang dilakukan pada 143 pasien diabetes dan 50 kontrol dengan mayoritas pasien berusia 50-59 tahun. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa kasus hipertrigliserida pada DM tipe 2 didapatkan nilai 21, sedangkan kasus dengan kadar kolesterol tinggi pada DM tipe 2 didapatkan nilai 41. Hal ini sesuai dengan acuan penelitian dari kriteria American Diabetes Association ADA, gaya hidup dan lingkungan memegang peranan dalam perbedaan hasil pada penelitian. Salah satu kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak ada penggalian informasi mendalam terkait gaya hidup merokok, konsumsi kopi atau alkohol yang kemudian dapat mempengaruhi hasil penelitian.

2. Perbandingan kadar trigliserida pada abdominal skinfold thickness