suaminya. Dengar, istri tidak boleh kalah pada suami. Dosa paling besar dalam kehidupan ini adalah kalau istri kalah pada suaminya.
Apalagi kita sudah berada di abad ke- 20.” hlm. 309.
Dari penjelasan latar sosial yang digambarkan dalam novel Namaku Mata Hari  karya  Remy  Sylado,  dapat  disimpulkan  bahwa  Mata  Hari  tidak  pernah
membeda-bedakan  sesama  manusia  dari  golongan  status  sosial.  Hal  ini  dapat dilihat  pada  kutipan  1,  2,  5,  dan  6.  Dengan  adanya  kondisi  seperti  ini,
membuat Mata Hari menjadi orang yang memiliki jiwa perasa dengan lingkungan sosialnya  tanpa  memandang  status  yang  ada.  Selain  itu  Mata  Hari  juga  selalu
memiliki  cara  berpikir  yang  luas  dan  sikap  positif,  bahwa  hubungannya  dengan Ruud akan menjadi baik, lihat 4.
Latar sosial  di  atas pun  ada  yang menyebabkan  konflik batin tokoh  Mata Hari,  hal  ini  dapat  dilihat  pada  kutipan  7,  8,  9,  13,  14,  16,  dan  18.
Latar  sosial  juga  terdapat  mengenai  pandangan  hidup  yang  ada  dalam  novel Namaku Mata Hari, hal ini dapat dilihat pada kutipan 3, 4, 10, 15, 19, dan
20. Latar sosial juga terjadi mengenai kebiasaan hidup, hal ini dapat dilihat pada kutipan 11 dan 17.
4.3 Analisis Unsur Alur
Menurut  Nurgiyantoro  2000:  110,  plot  alur  adalah  rangkaian  peristiwa yang  tersaji  secara  berurutan  sehingga  membentuk  sebuah  cerita.  Alur  dapat
dibedakan  menjadi  dua  kategori,  yaitu  alur  kronologis  dan  alur  tidak  kronologis Nurgiyantoro, 2007: 153-156.
Alur kronologis disebut juga alur lurus atau alur maju, yaitu struktur yang peristiwa-peristiwanya  disusun  secara  kronologis;  peristiwa-peristiwa  yang
pertama  diikuti  oleh  peristiwa-peristiwa  yang  kemudian  atau  secara  runtut  cerita dimulai  dari  tahap  awal  penyituasian,  pengenalan,  pemunculan  konflik,  tahap
tengah  konflik  meningkat,  klimaks,  dan  tahap  akhir  penyelesaian.  Dengan demikian,  peneliti  menganalisis  alur  cerita  dalam  novel  “Namaku  Mata  Hari”
karya  Remy  Sylado  berdasarkan  tiga  tahapan  di  atas  tahap  awal,  tengah,  dan akhir.
4.3.1 Tahap Awal
Tahap awal merupakan tahap perkenalan dalam sebuah cerita. Tahap awal terdiri  dari  penyituasian,  pengenalan,  pemunculan  konflik.  Fungsi  pokok  tahap
awal pembuka sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan seperlunya  khususnya  yang  berkaitan  dengan  pelataran  dan  penokohan
Nurgiyantoro, 2007: 142. Alur  cerita  dalam  novel  Namaku  Mata  Hari  diawali  dengan  peristiwa
tahun  kelahiran  Mata  Hari.  Mata  Hari  lahir  dari  rahim  dari  seorang  ibu  yang berdarah Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
1 Leeuwarden anno 1876
Itu  tahun  Masehi  di  mana  aku  lahir  dari  rahim  Antje  van  der Meulen yang berdarah Indonesia hlm. 15.
Pada umur 14 tahun setelah datang bulan, Mata Hari menemukan sesuatu yang ajaib dalam kelaminnya. Dia selalu meraba-raba alat kelaminnya dan selalu
membayangkan  jarinya  membesar  seperti  wortel  atau  kentang.  Akhirnya  pada
umur 18 tahun Mata Hari kawin dengan seorang opsir karena dia tidak tahan lagi untuk  terus  menerus  menikmati  apa  yang  dipikirkannya  sebagai  wortel  maupun
kentang.  Mata  hari  kawin  dengan  lelaki  yang  lebih  tua  dari  usianya.  Mata  Hari menikah  dengan  suaminya  yang  bernama  John  Rudolph  MacLeod  tahun  1895.
Pernikahan  Mata  Hari  dengan  suaminya  yang  bernama  John  Rudolph  MacLeod dengan upacara resmi kemiliteran. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
2 Aku  kawin  dengan  lelaki  berumur  dua  kali  lebih  tua  dari  usiaku
yan g  mencari  jodoh  lewat  iklan  di  surat  kabar  ‘s-Gravenhage.  Isi
iklannya memukau perhatianku: seorang opsir berkebangsaan Skot yang  bekerja  untuk  ketentaraan  Kerajaan  Belanda  mencari  istri
yang segera dibawanya ke negeri jajahan Belanda, Indonesia hlm. 16.
3 Aku kawin dengan John Rudolph MacLeod pada hari bagus anno
1895 hlm. 27.
Ruud  dipindah  tugaskan  di  Indonesia,  Mata  Hari  merasa  senang  dengan penugasan  Ruud  di  Indonesia.  Ruud  ditugaskan  di  Jawa  Tengah,  tepatnya  di
daerah Ambarawa. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 4
Aku  senang  sekali  akan  segera  berangkat  ke  Indonesia.  Sudah keluar  besluit  dari  pemerintahan  untuk  penugasan  Ruud  ke
Indonesia.  Dia  ditugaskan  bukan  di  Jawa  Timur,  melainkan  Jawa Tengah, ditempatkan di Ambarawa hlm. 46.
Mata  Hari  dan  Ruud  tiba  di  Indonesia  pada  hari  Minggu,  tepatnya  di daerah Batavia. Sebelum meneruskan perjalanan ke Ambarawa, mereka menginap
di perumahan tentara. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 5
Kami tiba di Batavia pada hari Minggu. Di  sini  kami  menginap  dua  malam  di  perumahan  tentara  di
Beierlaan  tak  terlalu  jauh  dari  Meester  Cornelis,  lantas  pada  hari Selasa  dengan  kapal  kami  ke  Semarang  dan  terus  ke  Ambarawa
hlm. 53.
Setiba di Ambarawa mereka tinggal di perumahan tentara yang tidak jauh dari  Stasion  Kereta  Api  Willem  I.  Di  Ambarawa  mereka  juga  mempunyai  babu
yang  bernama  Nyai  Kidhal.  Selain  Nyai  Kidhal,  Mata  Hari  juga  mempunyai pembantu  laki-laki  yang  mengurus  keperluan-keperluan  yang  dibutuhkan  setiap
bulannya. Nama lelaki itu adalah Didik, dia adalah pribumi asal Minahasa dan dia bekas kopral  yang dipulangkan dari perang di  Aceh. Hal ini ditunjukkan melalui
kutipan berikut: 6
Di Ambarawa kami tinggal di perumahan tentara tak seberapa jauh dari Stasion Kereta Api Willem I di mana angin sejuk dari Gunung
Ungaran  di  Barat  serasa  seperti  udara  musim  semi  di  Eropa  hlm. 53.
7 Nama asli babu kami ini Kinanti. Tapi karena tangan kirinya yang
aktif, maka orang-orang memanggilnya Nyai Kidhal hlm. 54. 8
Orang yang disebut ini panggil-panggilannya Didik dari nama asli Hendrik  yang  berubah  menjadi  Endik  adalah  pribumi  asal
Minahasa, salah satu suku dari bangsa Indonesia yang oleh alasan- alasan  tertentu  pemerintah  kolonial  antara  lain  warna  kulit  yang
kuning  dan  keyakinannya  yang  sama  dengan  orang  Belanda menjadi  ujung  tombak  pemerintahan  kolonial  untuk  tidak
mengatakan  ‘antek‟  yang  mengurus  pelbagai  keperluan  tuan- tuannya hlm. 84.
Sebagai  istrinya  John  Rudolph  MacLeod,  Mata  Hari  pun  mengalami ketidaknyamanan  saat  melakukan  hubungan  intim.  Suaminya  selalu  melakukan
hubungan  dengan  cara  liar  seperti  singa.  Hal  ini  ditunjukkan  melalui  kutipan berikut:
9 Mula-mula  aku  tersiksa  pada  kali  pertama  kami  bercinta,  dan  itu
akan menjadi gangguan konsentrasi setiap kami bersenggama. Aku kewalahan, karena dia berlaku seperti singa lapar hlm. 29.
10 Di dalam kamar kapal yang oleng di atas Laut Mediterania sebelum
memasuki  Port  Said  di  mulut  Terusan  Suez,  Ruud  meminta bersetubuh,  padahal  aku  masih  meneteki  Norman  John.  Aku
kewalahan, sebab selalu kata ‘minta‟ baginya adalah ‘paksa‟, dan
kelakuannya awet seperti singa lapar. Kayaknya untuk urusan seks, dia harus dibilang sakit jiwa hlm. 48.
4.3.2 Tahap Tengah
Tahap  tengah  cerita  yang  dapat  juga  disebut  sebagai  tahap  pertikaian, menampilkan  pertentangan  atau  konflik  yang  sudah  mulai  dimunculkan  pada
tahap  sebelumnya,  menjadi  semakin  meningkat,  semakin  menegangkan Nurgiyantoro,  2007:  145.  Tahap  pertikaian  yang  dialami  Mata  Hari  ketika  ia
diperlakukan kasar oleh suaminya yang bernama Ruud. Ruud melakukan tindakan seperti  itu  karena  istrinya  sudah  tidak  perawan  lagi.  Hal  ini  ditunjukkan  melalui
kutipan berikut: 11
Tiba-tiba  aku  terpelanting.  Mata  berkunang-kunang.  Ruud  telah main  tangan.  Dia  tampar  aku.  Kuat  sekali.  Aku  terhuyung  ke
dinding.  Jatuh.  Terjerembab  di  lantai.  Setelah  itu  aku  tidak  ingat apa-apa. Aku pingsan 33.
Kenyataan  pahit  pun  dirasakan  Mata  Hari,  saat  dia  mengandung  anaknya yang  kedua  buah  cintanya  dengan  suaminya.  Di  masa  kehamilannya  itu,  Ruud
meminta  ingin  bersetubuh  dengan  babunya  yang  bernama  Nyai  Kidhal.  Secara tidak langsung Ruud memanfaatkan Nyai Kidhal, ini dilakukan oleh Ruud dengan
alasan  supaya  tidak  mengganggu  masa  kehamilannya  Mata  Hari.  Hal  ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
12 Di  luar  akal  sehat,  di  saat  harusnya  Ruud  suka  cita  karena  akan
punya  anak  lagi  dari  istri  yang  mencintainya,  malah  tanpa  rasa kagok  atau  canggung,  bisa-bisanya  dia  mengajukan  kemauannya
bukan  usul  bahwa  dia  ingin  memanfaatkan  Nyai  Kidhal  untuk semata-mata bisa bersetubuh dalam masa berpantang supaya tidak
mengganggu kehamilanku 65.
Dengan  sikap  Ruud  yang  ingin  berhubungan  intim  dengan  Nyai  Kidhal seperti  itu  membuat  Mata  Hari  memutuskan  meninggalkan  rumah.  Walaupun
meninggalkan rumah seperti ini, ide yang tidak baik. Mata Hari tidak akan peduli, jika  suaminya  mencari.  Mata  Hari  akan  kembali  ke  rumahnya  lagi,  jika  merasa
mau. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 13
Aku  rasa  meninggalkan  rumah  dengan  cara  begini  bukanlah  ide yang  baik.  Tapi  aku  rasa  juga  ini  bukan  waktu  yang  tepat  untuk
menimbang-nimbang  perkara  baik  dan  buruk  istri  meninggalkan rumah,  jika  istri  berada  dalam  keadaan  marah  karena  kesalahan
suami yang keterlaluan hlm. 87.
14 Jadi, tidak peduli nanti senja, kalau Ruud ke rumah, dia akan kaget
Mrs MacLeod tidak ada di rumah hlm. 87. 15
Aku sengaja tidak pulang ke Ambarawa sampai aku merasa mau. Maksudku,  nanti  aku  pulang  ke  Ambarawa  kalau  aku  mau,  bukan
karena aku ingin hlm. 105.
Mata  Hari  pulang  ke  rumahnya  karena  Ruud  bingung  mencari  istrinya. Ruud senang akan kedatangan istri dan anaknya yang pulang ke rumah. Beberapa
hari  kemudian  masalah  di  dalam  rumah  tangganya  terjadi  lagi.  Di  setiap  akhir pekan,  Ruud  selalu  pergi  ke  Semarang.  Ini  semua  membuat  Mata  Hari  merasa
curiga,  walaupun  alasannya  suaminya  adalah  tugas.  Hal  ini  ditunjukkan  melalui kutipan berikut:
16 Asal-muasalnya,  karena  pada  bulan  terakhir  ini,  di  setiap  akhir
pekan Ruud ke Semarang: berangkat Sabtu pulang Minggu dengan membawa  oleh-oleh  dodol.  Aku  tanya  tugas  apa  dia  di  Semarang,
astaga jawabnya merengut, terbata-bata hlm. 120.
Keadaan  ini  membuat  Mata  Hari  merasa  curiga  jangan-jangan  menemui
seorang Nyai untuk dimanfaatkan sebagai pelampiasan nafsu. Mata Hari akhirnya
memutuskan ingin ikut ke Semarang. Ruud pun akhirnya tersentak dan kelihatan bingung. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
17 Pada  akhir  pekan  berikut  ini  aku  bilang  harus  ikut  dengannya  ke
Semarang. Aku mengajukan ini pagi-pagi di meja sarapan. Semua yang ada di
atas  meja,  aku  sendiri  yang  menyiapkannya,  karena  aku  menolak babu yang mau bekerja di rumahku.
Mendengar permintaanku, Ruud tersentak, menampik.
“Untuk apa ikut ke sana?” katanya. “Aku bertugas di sana.” “Aku  tahu  kamu  bertugas,”  kataku.  “Makanya,  kamu  pergi  ke
tempat tugasmu, aku pergi jalan-jalan, ke toko-toko, cuci- mata.”
Dia kelihatan bingung. Tapi dia cerdik membuat alasan hlm. 120.
Ruud  mengabulkan  permintaan  Mata  Hari  untuk  ikut  ke  Semarang. Setibanya  di  Semarang  Mata  Hari  bukannya  merasa  bahagia  dan  senang.  Mata
Hari  justru  merasa  dan  kaget  mendengar  informasi  dari  resepsionis  hotel. Resepsionis hotel itu memberitahukan kepada Mata Haru, bahwa Ruud sering ke
hotel  ini  bersama  dengan  seorang  wanita  yang  menginap  di  kamar  11.  Hal  ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
18 Mula-mula dia bertanya padaku, “Nyonya baru pertama menginap
di sini?” “Ya,” jawabku pendek, tak minat bersosial-sosial.
“Tuan MacLeod biasa ke sini, menginap di kamar 11,” katanya. Aku  kaget,  seperti  tersengat,  dan  percakapan  yang  tadinya  aku
hindari,  justru  sekarang  aku  lanjutkan  dengan  senang  sekaligus dengan deg-degan hlm. 135.
Kejadian yang terjadi pada suaminya dengan wanita lain tanpa Mata Hari tahu,  membuat  dirinya  menahan  diri  untuk  tidak  marah.  Mata  Hari  akan
melampiaskan kemarahan ini setelah tiba di Ambarawa. Sesampainya  di  Ambarawa,  pada  sore  hari  Mata  Hari  mengajak  Ruud
untuk  berbicara  secara  jantan.  Mata  Hari  bertanya  kepada  Ruud,  tentang  wanita
yang  selalu  diajak  ke  kamar  11  saat  berada  di  Semarang.  Ruud  hanya  nampak bingung.  Akhirnya  Mata  Hari  marah,  dia  memaki-maki  suaminya  itu.  Hal  ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 19
“Mengaku saja, siapa perempuan pribumi yang setiap akhir pekan tidur bersamamu di kamar hotel nomer 11 Hotel Swatow.”
Sekonyong  pula  wajah  Ruud  putih  seperti  tersiram  kapur,  jelek, dan  menjijikkan.  Baru  kali  ini  aku  melihat  seorang  opsir  dengan
kumis melintang, berwajah busuk, lebih dari tai. Aku tendang kursi ke hadapannya.
Dia loyo sebagai sontoloyo. Giliranku  menghujatnya  habis-habisan.  Sampai-sampai  aku  lupa,
kata-kata  jelek  apa  saja  yang  sudah  muncrat  dari  mulutku  hlm. 144.
Ruud  dipindah  tugaskan  di  Batavia,  itu  semua  permintaan  tuan  Cremer. Tuan Cremer adalah seorang pejabat yang kenal dengan Mata Hari saat dia menari
di daerah candi Borobudur. Dari situlah Mata Hari memohon kepada tuan Cremer agar  Ruud  dipindah  tugaskan  di  Batavia.  Setelah  bertugas  di  Batavia,  Ruud
dipindah tugaskan di Aceh. Mata Hari dan kedua anaknya tinggal di Batavia. Saat  tinggal  di  Batavia,  ada  seorang  tamu  laki-laki  yang  memberikan
dodol  untuk  Ruud.  Tetapi  Ruud  sudah  menjalankan  tugasnya  di  Aceh,  dodol tersebut akhirnya diterima oleh pembantunya yang bernama Mamah. Akan tetapi,
Nyo  merengek  ingin  memakan  dodol  tersebut.  Ternyata  dodol  itu  ada  racunnya, Nyo  memakan  dodol  itu.  Akhirnya  Nyo  meninggal  karena  telah  makan  dodol
tersebut. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 20
“Nyo mati,” jawabnya, diiringi lagi jeritan histeris. Sejam  kemudian,  setelah  teduh,  dan  aku  pun  lemas,  Mamah
bercerita kejadiannya. Katanya,  ada  seorang  lelaki  pribumi,  yang  digambarkannya
berbadan  kecil,  datang  ke  rumah  menanyakan  apakah  ini  benar rumah opsir Rudolph MacLeod.
Orang itu menitip dodol kesukaan Ruud. Melihat dodol itu, Nyo merengek memintanya hlm. 228.
Enam hari setelah kematian Nyo, datanglah seorang tamu. Ternyata tamu yang  datang  itu  adalah  Nyai  Kidhal.  Nyai  Kidhal  kemudian  sujud  kepada  Mata
Hari.  ini  semua  membuat  diri  Mata  Hari  menjadi  heran.  Nyai  Kidhal  kemudian menceritakan  bahwa  yang  membawa  dodol  itu  adalah  adiknya  Nyai  Kidhal.  Dia
ingin  balas  dendam  kepada  Ruud  karena  tidak  bertanggung  jawab  telah menghamili  Nyai  Kidhal.  Ternyata  wanita  pribumi  yang  berada  bersama  Ruud
saat  di  hotel  kamar  11  itu  adalah  Nyai  Kidhal.  Mata  Hari  syok  dan  lemas mendengar  cerita  dari  Nyai  Kidhal  tersebut.  Hal  ini  ditunjukkan  melalui kutipan
berikut: 21
Demi  melihat  aku  berdiri  tertegun  begini,  buru-buru  Nyai  Kidhal sujud, mencium kakiku, dan menangis sedu sedan.
“Ampun  saya,  Ndoro  Mevrouw,  ampun,”  katanya.  “Saya  sudah larang  adik  saya  supaya  jangan  melakukan  itu,  tapi  dia  nekat
membawanya  ke  sini.  Ampun  saya,  Ndoro  Mevro uw,  ampun”
hlm. 234. 22
“Ya, Ndoro Mevrouw, saya minta ampun. Adik saya yang menaruh racun dalam dodol itu. Maunya supaya dimakan Ndoro Tuan. Tapi,
demi Tuhan, Gusti, Sanghyang Widhi, saya merasa berdosa, sebab yang makan dodol itu Sinyo” hlm. 235.
23 Pertanyaan sekarang, kenapa adiknya ingin membunuh Ruud, dan
Nyai Kidhal merasa bersalah? Cepat aku melisankannya. “Kenapa adikmu ingin membunuh?” tanyaku.
“Adik saya marah pada Ndoro Tuan,” jawab Nyai Kidhal. “Kenapa dia marah?”
“Ampun, Ndoro Mevrouw. Saya susah bicara. Saya sedang hamil empat bulan” hlm. 235.
Setelah  dua  belas  hari  kematian  Nyo,  Ruud  tiba  di  Batavia.  Mengetahui Norman  John  mati,  dia  memaki-maki  Mata  Hari.  Hal  ini  ditunjukkan  melalui
kutipan berikut:
24 Mengetahui bahwa Norman John mati karena memakan dodol, dia
pun marah, memaki-maki, mencela, menista, mengatakan aku tidak becus  mengurus  anak,  dan  seterusnya,  dengan  suara  yang  tinggi
seperti bunyi gergaji besi hlm. 239.
Ruud  tidak  puas  hanya  dengan  memaki-maki  Mata  Hari  saja,  dia  pun melakukan  kekerasan  fisik  dan  mengancam  Mata  Hari.  Hal  ini  ditunjukkan
melalui kutipan berikut: 25
Ruud masih nekat Dia kejar aku di jalan.
Menangkap. Aku melepas diri.
Lari. Dia kejar lagi.
Dan dia berhasil menangkap aku. Lantas,  sambil  memegang  dengan  kuat  kedua  lenganku,  dia
mengguncang-guncang badanku hlm. 245.
26 Ruud menarik rambutku dengan kasar. Saking kuatnya tangan itu
menjambak rambutku, aku terjengkolet. Aku menjerit lebih keras.
Tapi  dia  terus  menyeret,  lalu  memuntir  tanganku,  sampai-sampai aku  merasa  kesakitan,  dan  untuk  sementara  gampang  dibawanya
sampai ke depan pintu. Di depan pintu aku meronta.
Maka dia mengancam.
“Jangan  macam-macam  kalau  kamu  ingin  tetap  hidup,”  katanya hlm. 246.
Mata Hari pun tidak ingin kalah dari suaminya yang melakukan kekerasan fisik  kepadanya.  Akhirnya,  Mata  Hari  memberontak  dengan  memaki-maki  Ruud
di depan banyak orang. Mata Hari secara langsung membongkar semua kesalahan dan  perbuatan  yang  dilakukan  oleh  Ruud.  Anaknya  itu  mati  karena  perbuatan
suaminya yang telah membuntingi seorang babu. Selain itu, anaknya cacat karena tertular penyakit sifilis pada ayahnya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
27 “Omonganmu tidak bermutu,” kataku, dan aku senang bisa leluasa
berb icara, sebab ketiga lelaki itu menahan badan Ruud. “Di mana
otakmu?  Seandainya  Norman  John  tidak  cacat,  tentu  dia  mengerti apa  yang  dikatakan  kepadanya.  Dia  sudah  dilarang  untuk  tidak
boleh  makan  dodol  itu,  tapi  dia  tidak  mengerti,  sebab  dia  cacat: tidak bisa jalan, tidak bisa bicara. Kamu tahu kenapa dia cacat? Dia
cacat  sebab  terbawa  penyakit  kotormu,  penyakit  darah  kotor  yang kamu  bawa  dari  Zeedijk,  penyakit  sifilismu.  Apa  kamu  tidak  tahu
itu?” hlm. 247. 28
“Tidak  benar?”  kataku,  mencibir,  mengejek,  dan  aku  benar-benar merasa sedang memenangkan pertikaian ini. “Kalau kamu kira ini
tidak benar, tanya saja Dokter Hoedt, orang Belgia itu. Tanya sana Kesalahan  berasal  dari  kamu.  Kamu  menularkan  sifilis  pada
anakku” hlm. 248.
Perlakuan kasar Ruud terhadap istrinya, membuat Mata Hari berfikir untuk meminta  cerai.  Mata  Hari  sebagai  seorang  wanita  tidak  terima  dirinya
diperlakukan seperti itu oleh Ruud. Di hadapan anggota PM Polisi Militer, Mata Hari meminta cerai dari suaminya itu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
29 Jawabku tanpa tedeng aling-aling, “Cerai.”
PM pemeriksa itu bertanya untuk yakin, “Apa Anda yakin?” Maka jawabku tegar, “Yakin sekali. Cerai. Ini hargamati hlm 252.
Untuk  membalas  perbuatan  suaminya  itu,  Mata  Hari  menjadi  seorang pelacur.  Dia  makin  pandai  bermain  seks  dengan  lelaki  yang  bukan  suaminya
sendiri. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 30
Aku  makin  pandai  -melebihi  tupai  yang  meloncat  di  sembarang ranting  pohon-  dalam  bermain  seks  dengan  lelaki  bukan  suamiku
hlm. 269.
Akhirnya,  Mata  Hari  sudah  resmi  bercerai  dengan  Ruud  saat  berada  di Belanda.  Menurut  Mata  Hari  bercerai  adalah  salah  satu  cara  agar  dirinya  tidak
tersiksa lagi. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
31 Karuan aku merasa plong.
Kami mengurus perceraian kami hari ini juga. Tidak  sulit,  sebab  tuntutanku  semua  tidak  dibantah  Ruud,  dan
akhirnya kami bercerai resmi hlm. 343.
Konflik pun terjadi saat Mata Hari diketahui telah menjadi mata-mata bagi negara  Prancis  dan  Jerman.  Mata  Hari  dituduh  berkhianat  terhadap  negara
Prancis.  Itu  semua  dilakukan  Mata  Hari  semata-mata  karena  ingin  mendapatkan uang  yang  banyak  sebagai  bayarannya.  Akan  tetapi,  perbuatan  yang  dilakukan
Mata Hari tidak membuahkan hasil yang membuatnya bahagia. Mata Hari malah di  penjara  karena  telah  mengkhianati  kedua  negara  tersebut.  Hal  ini  ditunjukkan
melalui kutipan berikut: 32
Namun,  ini  benar-benar  absurd,  dari  orang-orang  yang  aku  benci pandangannya, aku justru mencari dan menemukan yang aku maui:
uang. Dari  Jerman  aku  memperoleh  mark,  dan  dari  Prancis  aku
memperoleh franc hlm. 448.
33 Dari situ aku dibawa lagi ke rutan Fauborg Saint-Denis.
Belakangan aku dipindahkan ke penjara Saint-Lazare hlm. 525. 4.3.3 Tahap Akhir
Tahap akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan  adegan  tertentu  sebagai  akibat  klimaks  Nurgiyantoro,  2007:  145.
Tahap akhir merupakan tahap penyelesaian dari masalah yang terjadi dalam cerita tersebut. Mata Hari saat di dalam penjara menjalaninya dengan penuh keikhlasan.
Di  dalam  penjara  Mata  Hari  hanya  ditemani  oleh  Lintjens  yang  datang menjenguknya.  Setelah  itu  datanglah  Pere  dan  Soeur,  yang  selalu  memberikan
semangat  kepada  Mata  Hari.  Mata  Hari  merasakan  kedamaian  saat  melihat  Pere dan soeur. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
34 Sedang  dalam  kemauan  merenung,  terdiam,  tertegun,  datanglah
pula Pere dan Soeur. “Terimakasih kalian datang,” kataku.
Aku  merasa  damai  melihat  mereka.  Aku  melihat  mereka  seperti ayah rohani dan ibu rohani hlm. 544.
Mata Hari melewati masa-masa di penjara dengan pasrah. Pada tanggal  24 Juni  1917,  Mata  Hari  dibawa  ke  pengadilan  kota  untuk  disidang.  Hal  ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 35
Setelah  berkas  perkaraku  diserahkan  oleh  Bouchardon  kepada Jaksa Andre Mornet, letnan dalam ketentaraan Prancis, maka pada
hari ini, 24 Juni 1917, aku dibawa ke pengadilan kota yang disebut Istana Keadilan hlm. 551.
Penalti yang diputuskan oleh pengadilan bahwa Mata Hari harus dihukum mati karena sudah berkhianat. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
36 Di  mahkamah  militer  tempat  aku  diadili,  telah  tersedia  kalimat
pamungkas  yang berkekuatan hukum  tetap, bahwa aku dinyatakan bersalah  sebagai  pengkhianat,  dan  karenanya  harus  mati  hlm.
555.
Cerita  dalam  novel  Namaku  Mata  Hari  karya  Remy  Sylado  diakhiri dengan hal  yang menegangkan dan menyedihkan, tetapi disisi lain ada rasa salut
untuk  Mata  Hari.  Walaupun  dia  mati  dengan  cara  ditembak,  dia  tidak  ingin matanya ditutup dan tanpa memakai pakaian. Dia ingin telanjang bulat karena dia
mempunyai  filosofi  “Dengan  telanjang  aku  keluar  dari  rahim  ibuku,  dengan telanjang  pula  aku  akan  kembali  ke  dalamnya.”  Mata  Hari  ikhlas  menerima
hukuman  mati  dengan  cara  ditembak,  ia  pun  menjalaninya  secara  betina.  Rasa salut  yang  perlu  dipatuti  adalah  saat  dia  menyebut  nama  Tuhan  untuk  terakhir
kalinya,  walaupun  dia  seorang  vrijdenker.  Hal  ini  ditunjukkan  melalui  kutipan berikut:
37 “Saya  justru  ingin  melihat  bagaimana  saya  ditembak  mati.  Saya
tidak  mau  mata  ditutup  dengan  kain  hitam  apapun.  Saya  malah ingin  mencopot  semua  kain  yang  menjadi  pakaian  saya,  supaya
tubuh  saya  bisa  bebas  dari  segala  beban  peradaban  Barat  yang seluruhnya palsu.”
Tanpa  sungkan,  tanpa  kagok,  tanpa  peduli,  Mata  Hari  pun melepaskan pakaiannya, sampai tubuhnya telanjang hlm. 558.
38 “Sudah selesai, Tuan-tuan. Silakan tembak. Saya sudah milih mati
dengan cara betina seperti ini. Terimakasih, Tuhan” hlm. 559. 39
Mata Hari mati hari ini, 15 Oktober 1917, dengan menyebut nama Tuhan hlm. 559.
Berdasarkan  pernyataan  di  atas,  dapat  disimpulkan  alur  yang  terdapat dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado adalah alur kronologis atau
alur maju. Pengarang menceritakan dari awal hingga akhir secara jelas. Mulai dari tahun Mata Hari dilahirkan, berkenalan dengan suaminya lewat koran, tahun Mata
Hari menikah, saat tinggal di Ambarawa, di Batavia, saat Mata Hari diperlakukan dengan  menggunakan  kekerasan  oleh  Ruud,  saat  anaknya  yang  pertama
meninggal karena ulah Ruud, saat cerai, saat di dalam penjara, dan saat Mata Hari mati dengan cara ditembak. Alur  yang terdapat dalam novel Namaku Mata Hari
begitu jelas dan ceritanya mengalir dari awal hingga akhir.
115
BAB V ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH MATA HARI DAN