merupakan seorang guru norak yang telah membuat tidak perawan Mata Hari dan kini dia hilang entah kemana. Kedua tokoh tambahan inilah  yang mendukung dan
menyebabkan  konflik  batin  pada  tokoh  Mata  Hari,  terutama  John  Rudolph MacLeod Ruud.
4.2 Analisis Unsur Latar
Menurut  Sudjiman  1990:48,  latar  adalah  segala  keterangan  mengenai waktu,  ruang,  dan  suasana  terjadinya  lakuan  dalam  karya  sastra.  Menurut
Nurgiyantoro 2007:227, unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu  tempat,  waktu,  dan  sosial.  Latar  tempat  menyaran  pada  lokasi  terjadinya
peristiwa  yang  diceritakan  dalam  sebuah  karya  fiksi.  Latar  waktu  berhubungan dengan  mas
alah  “kapan”  terjadinya  peristiwa-peristiwa  yang  diceritakan  dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku  kehidupan  sosial  masyarakat  di  suatu  tempat  yang  diceritakan  dalam karya fiksi. Ketiga latar ini akan dikaitkan dalam novel Namaku Mata Hari karya
Remy Sylado, yang membentuk konflik batin dalam diri Mata Hari.
4.2.1 Latar Tempat
Latar  tempat  merupakan  tempat  di  mana  terjadinya  suatu  peristiwa. Penggambaran  latar  tempat  di  dalam  novel  Namaku  Mata  Hari  karya  Remy
Sylado terjadi di rumah saudara perempuan Ruud. Hal ini ditunjukkan bahwa latar tempat  ini  dapat  mempengaruhi  terbentuknya  konflik  batin  melalui  kutipan
berikut:
1 Satu hal di luar mauku, di rumah saudara perempuan Ruud ini aku
harus  mengaku,  merupakan  tempat  awal  mulanya  timbul  pikiran cemar terhadap sembarang lelaki hlm. 28.
Dari  kutipan  di  atas  dapat  di  ketahui,  bahwa  di  rumah  saudara  Ruud pertama kalinya Mata Hari berpikiran cemar kepada suaminya. Di rumah saudara
perempuan  Ruud  ini  juga,  Ruud  main  tangan  kepada  Mata  Hari.  Sehingga  Mata Hari  terhuyung  ke  dinding  dan  terjerembat  jatuh  di  lantai.  Hal  ini  ditunjukkan
bahwa  latar  tempat  ini  dapat  mempengaruhi  terbentuknya  konflik  batin  melalui kutipan berikut:
2 Tiba-tiba  aku  terpelanting.  Mata  berkunang-kunang.  Ruud  telah
main  tangan.  Dia  tampar  aku.  Kuat  sekali.  Aku  terhuyung  ke dinding. Terjerembab di lantai hlm. 33.
Latar tempat juga terjadi di dalam kamar kapal,  ketika itu Ruud meminta bersetubuh  dengan  Mata  Hari.  Ruud  melakukan  hubungan  pasangan  suami-istri
kepada Mata Hari itu dengan cara paksa dan kelakuannya seperti singa lapar. Hal ini ditunjukkan bahwa latar tempat ini dapat mempengaruhi terbentuknya konflik
batin melalui kutipan berikut: 3
Di dalam kamar kapal yang oleh di atas Laut Mediterania sebelum memasuki  Port  Said  di  mulut  Terusan  Suez,  Ruud  meminta
bersetubuh,  padahal  aku  masih  meneteki  Norman  John.  Aku kewalahan,  sebab  selalu  kata  ‘minta‟  baginya  adalah  ‘paksa‟  dan
kelakuannya awet seperti singa lapar. Kayaknya untuk urusan seks, dia harus dibilang sakit jiwa hlm. 48.
Latar  tempat  terjadi  di  Magelang,  di  Mendut  dan  di  pedalaman  pinggir Kali Elo. Ketika di sanggar seni Kali Elo ini, Mata Hari pun merasa dikajeni dan
dia merasa senang.  Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
4 Dengan  keretaapi  yang  berangkat  pada  jam  09.00  kami  ke
Magelang  dulu,  ke  rumah  Didik,  dan  dari  situ  kami  ke  desa  asal istri  Didik  di  Mendut,  dan  kemudian  ke  sanggar  kesenian  di
pedalaman pinggir Kali Elo yang dipimpin oleh Mbah Kung hlm. 88.
5 Aku  merasa  dikajeni  di  sanggar  seni  pinggir  Kali  Elo  ini.
Pemimpinnya  sendiri  merasa  senang  karena  aku  ikut-ikutan memanggilnya Mbah Kung hlm. 93.
Latar  tempat  juga  terjadi  ke  gedung  Societeit  de  Harmonie,  hal  ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
6 Aku masuk ke gedung Societeit de Harmonie atau orang Belanda
menyingkatnya ‘soos‟ dan pribumi menyebutnya ‘harmoni‟ dengan perasaan takjub. Terasa benar kemewahan gedung ini. Aku kagum
melihat  interior  gedung  yang  dulu,  80  tahun  lalu,  diarsiteki  oleh Schultze dan diresmikan oleh Raffles hlm. 189.
7 Kereta  ini  meluncur  di  Rijkswijk  menuju  ke  Barat,  ke  gedung
Harmonie yang lazim disebut soos itu hlm. 259. Latar  tempat  terjadi  di  Grand  National  Hotel  dan  hotel  Preanger,  hal  ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 8
Dua malam kami menginap di Grand National Hotel, lantas Cremer mengajak pindah diatur oleh pejabat kota ke hotel yang masih baru,
berusia  hampir  dua  tahun,  terletak  di  jalan  pos  Daendels,  sebelah tempat ditancapkannya patok angka nol.
Hotel  yang  aku  maksudkan  ini  adalah  Preanger,  sebuah  bangunan indah  gaya  klasik  dengan  pilar-pilar  model  ionic,  dilengkapi
tympanon  berhias  frieze  datar,  serta  di  depannya  tumbuh  pohon- pohon pinang yang mengelokkan halaman.
Di  hotel  ini  kami  menginap  tiga  hari,  dan  tak  lupa  saban  malam senggama.  Agaknya  ini  babak  latihan  memantapkan  bakat  jalang-
sundal-lacur  yang  wujud  dalam  kodratku,  ke  babak  selanjutnya, babak  tekateki  tentang  nasib  yang  kabur  dalam  takdirku    hlm.
215.
Latar  tempat  juga  terjadi  di  kota  Bandung  ketika  Cremer  ditugaskan  di sana.  Cremer  mengajak  Mata  Hari,  Mamah,  dan  kedua  anaknya.  Hal  ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 9
Cremer ditugaskan ke Bandung. Dia mengajak aku.
Aku  senang,  sebab  penasaran  ingin  melihat  kota  yang  dibangun, dan  awalnya  disebut-
sebut  sebagai  “De  Bloem  van  Indische Bergsteden” artinya Kembangnya Kota Pegunungan Indonesia dan
kemudian disebut-sebut pula sebagai De Stad van Bloemen artinya “Kota Kembang” hlm. 207.
10 Aku  krasan  di  Bandung.  Anak-anakku  juga.  Buktinya  Nyo  tidak
banyak menangis hlm. 215. 11
Aku tidak pernah menyangka, bahwa kesenangan yang aku alami di kota sejuk Bandung sebagai bagian pengalaman menempa bakat
untuk  menjadi  jalang-sundal-lacur  akan  begitu  segera  berakhir setelah kami pulang ke Batavia hlm. 223.
Latar tempat terjadi di jembatan kanal Ciliwung dan di ceruk pintu rumah orang Brabant. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
12 Aku  sudah  sampai  di  jembatan  kanal  Ciliwung  pinggir  Rijswijk,
tapi  karena  Non  terus  menangis  kedinginan  dibasahi  hujan  yang kian deras, terpaksa membuatku mundur, kembali ke belakang, dan
berteduh  di  ceruk  pintu  rumah  orang  Brabant  yang  selalu menunjukkan pedulinya padaku hlm. 283.
Latar  tempat  juga  terjadi  di  jalan  ketika  masih  tinggal  di  Batavia,  hal  ini ditunjukkan  bahwa  latar  tempat  ini  dapat  mempengaruhi  terbentuknya  konflik
batin melalui kutipan berikut: 13
Tetangga  yang  makin  banyak  menonton  kami  di  jalan,  ditambah lagi  dengan  orang-orang  yang  kebetulan  lewat  di  jalan  ini  hlm.
246. 14
Dan  inilah  saatnya  aku  merasa  menang,  membuat  ‘tontonan perangah‟ di jalan, disaksikan tetangga-tetangga dan siapapun yang
Lewat di situ hlm. 249.
Latar  tempat  juga  terjadi  di  dapur,  ketika  itu  Mata  hari  memeriksa  air panas  di  dalam  teko.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar  tempat  ini  dapat
mempengaruhi terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut: 15
Mendengar  suara  yang  menyakitkan  kupingku  itu,  aku  bangun, meloncat  dari  ranjangku,  lalu  keluar  pelan-pelan  dari  kamar,
sebolehnya tidak mengeluarkan suara, menuju ke dapur, memeriksa air  panas  dalam  teko.  Kalau  ada  air  panas,  aku  ingin  sadis  seperti
istri  Meneer  Breda.  Sungguh-sungguh  aku  akan  menyiram  air panas dari dalam teko itu ke kepala Ruud hlm. 290.
Latar  tempat  juga  terjadi  di  gereja,  hal  ini  ditunjukkan  melalui  kutipan berikut:
16 Tapi,  aneh,  tiba-tiba  aku  merasa  seperti  dibisiki  Setan,  supaya
masuk  ke  gereja,  menemui  pastor  yang  waktu  itu  berdoa  dalam penguburan Norman John hlm. 297.
17 Inilah  pertama  kali  selama  sekian  tahun  di  Indonesia,  aku
menginjakkan  kaki  di  depan  gereja,  dan  kayaknya  sebentar  lagi akan  masuk  ke  dalam:  bukan  mencari  Tuhan,  tapi  mencari  pastor
yang dulu berdoa pada hari kematian putraku dan ternyata namanya Mgr.  Edmundus  Sybrandus  Luypen  SJ,  vikaris  di  sini  sejak  1898
hlm. 298.
Dari kutipan di atas, Mata Hari dibisiki oleh Setan untuk masuk ke dalam gereja.  Mata  Hari  mengatakan  dibisiki  oleh  Setan  karena  dia  sudah  menjadi
vrijdenker.  Di  dalam  gereja  Mata  Hari  bukannya  mencari  Tuhan,  tetapi  mencari seorang pastor yang pada waktu itu berdoa pada kematian putranya.
Latar  tempat  juga  terjadi  di  biara  tempat  tinggalnya  zuster  Ursulin  yang sudah  menolong  Mata  Hari  untuk  menginap  di  biara  itu.  Hal  ini  ditunjukkan
melalui kutipan berikut: 18
O,  ya,  aku  baru  sadar,  kamar  berhias  salib  di  dinding  ini  adalah kamar  dalam  biara  tempat  tinggalnya  para  zuster  Ursulin  hlm.
306.
Latar tempat juga terjadi di kota kelahiran Mata Hari, Leuuwarden. Di sini Mata Hari berjumpa dengan ayahnya, tetapi dia langsung meninggalkan ayahnya.
Mata  Hari  juga  kecewa  di  rumahnya    karena  ayahnya  seperti  tidak  menganggap cucunya sendiri. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
19 Di Belanda aku langsung ke kota kelahiranku, Leuuwarden, jumpa
ayahku  yang  masih  setia  pada  satu-satunya  kesombongannya sebagai  pengusaha topi yang bangkrut.  Karenanya  aku tidak tahan
lama-lama  dengan  orang  yang  berusaha  mengalirkan  mimpi  dan frustasinya  padaku.  Aku  meninggalkannya.  Juga  aku  kecewa,  dia
tidak  melihat  anakku  sebagai  semestinya  seorang  kakek  kepada cucunya hlm. 341.
Latar  tempat  juga  terjadi  di  Paris,  di  tempat  itu  Mata  Hari  dapat mewujudkan  impiannya  menjadi  penari  yang  eksotik.  Publikasi  Mata  Hari
menjadi  mulai  populer  melalui    foto-foto  kartu  pos.  Hal  ini  ditunjukkan  melalui kutipan berikut:
20 Merasa  jangar  terus-terusan  menunggu  kesempatan  untuk  bisa
menari eksotik di Paris hlm. 349. 21
Apa yang aku lakukan hari ini, di sini, Paris, kota yang telah aku damba-dambakan  dalam  mimpi-mimpiku  selama  sekian  tahun,
dengan  tepuktangan  penonton  yang  gemuruh,  barulah  merupakan awal  dari  cerita  perjuangan  menjadi  diri  sendiri:  sosok  Barat
dengan jiwa Timur hlm. 379.
22 Publikasi atas diriku makin meluas melalui foto-foto kartupos yang
dijual di beberapa tempat ramai di Paris hlm. 381 Latar  tempat  juga  terjadi  di  kantor  Clunet,  dengan  bertemu  Clunet  di
kantor  ini  Mata  Hari  juga  menyadari  sensasi  pacaran  dengan  lelaki  yang  sudah tua. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
23 Kemudian Astruc membawa aku ke kantor Clunet. Aku baru tahu,
Clunet yang disebut-sebutnya ini tidak muda hlm. 362.
Latar  tempat  juga  terjadi  di  Belanda,  ketika  itu  Mata  Hari  ingin  bertemu dengan  anaknya Non karena kangen. Tetapi perteman  dengan putrinya itu selalu
tidak membuahkan hasil, karena Ruud tidak selalu mengijinkan Mata Hari untuk bertemu dengan Non. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
24 Bukankah aku ke Belanda semata-mata untuk bisa bertemu kangen
dengan Non? hlm. 385.
Latar tempat  juga terjadi di  penjara Saint-Lazare  yang merupakan tempat Mata  Hari  dipenjara.  Mata  Hari  di  penjara  karena  ketahuan  telah  menjadi  mata-
mata  negara  Prancis  dan  negara  Jerman.  Di  tempat  penjara  ini  pula  Mata  Hari kekurangan  air  untuk  mandi,  karena  tidak  tersedia  air  yang  cukup.  Hal  ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 25
Belakangan  aku  dipindahkan  ke  penjara  Saint-Lazare.  Yang terakhir ini, sudah aku ceritakan, adalah penjara busuk yang sangat
menyiksa diriku, karena tidak tersedia cukup air untuk mandi hlm. 525.
Latar  tempat  juga  terjadi  di  Bois  de  Vincennes  yang  merupakan  hutan  di pinggiran Paris. Di tempat ini Mata Hari dieksekusi untuk ditembak mati. Hal ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 26
Akhirnya Mata Hari dibawa ke Bois de Vincennes, hutan pinggiran Paris  untuk  dieksekusi  oleh  sebuah  squad,  regu  tembak  yang
terlatik menembak titis hlm. 557.
Dari  penjelasan  tentang  latar  tempat  yang  digambarkan  dalam  novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado, dapat disimpulkan bahwa penggambaran
latar tempat terjadi di rumah saudara perempuan Ruud,  di dalam kamar kapal, di Magelang,  di  Mendut,  di  pedalaman  pinggir  Kali  Elo,  di  gedung  Societeit  de
Harmonie,  di  Grand  National  Hotel  dan  hotel  Preanger,  di  kota  Bandung,  di jembatan  kanal  Ciliwung,  di  ceruk  pintu  rumah  orang  Brabant,  di  jalan,  di
dapur,di  gereja,  di  biara  tempat  tinggalnya  zuster  Ursulin  ,  di  Paris,  di  kantor Clunet,di Belanda, di penjara Saint-Lazare , dan di Bois de Vincennes.
Dari beberapa latar tempat yang telah disebutkan di atas ada beberapa latar tempat  yang  mendominasi  terbentuknya  konflik  batin  yang  di  alami  oleh  tokoh
Mata Hari. Latar itu terjadi ketika di Rumah saudara perempuan Ruud 1 dan 2 karena  saat  di  rumah  saudara  perempuan  Ruud,  pertama  kalinya  Ruud
memperlakukan  semena-mena  kepada  Mata  Hari.  Ruud  menampar  Mata  Hari, hingga  dia  terpelanting  dan  pingsan.  Ruud  pun  menyamakan  Mata  Hari  dengan
monyet  yang tidak memiliki selaput dara karena  Mata Hari sudah tidak perawan lagi.  Sehingga  di  tempat  itu  pula  Mata  Hari  pertama  kalinya  berpikiran  cemar
tentang suaminya itu. Latar  tempat  yang  selanjutnya  terletak  di  jalan  dekat  rumahnya  ketika
mereka  masih  tinggal  di  Batavia  13  dan  14.  Mata  Hari  dan  Ruud  bertengkar sampai jalan karena Mata Hari dituduh tidak becus mengurus anaknya Nyo yang
meninggal  dunia.  Padahal  yang  tidak  tahu  diri  dan  tidak  becus  itu  adalah  Ruud. Nyo  mati  gara-gara  Ruud  yang  tidak  tanggung  jawab  telah  menghamili  Nyai
Kidhal.  Sehingga  adik  Nyai  Kidhal  tidak  terima  lalu  memberikan  dodol  yang diberi racun untuk Ruud. Karena Ruud tidak ada di rumah dan dia sedang tugas di
Aceh,  dodol  tersebut  dimakan  oleh  Nyo.  Padahal  Mamah  sudah  melarang  Nyo memakannya,  akhirnya  Nyo  makan  dan  meninggal.  Selain  itu  Ruud  sudah
menularkan virus sifilis dari para pelacur ke anaknya sendiri Nyo dan Non. Latar tempat juga terjadi di dapur, lihat 15.
4.2.2 Latar Waktu
Latar  waktu  berhubungan  dengan  masalah  “kapan”  terjadinya  peristiwa- peristiwa  yang  diceritakan  dalam  sebuah  karya  fiksi.  Penggambaran  latar  waktu
ini dapat diceritakan kapan saja yang terkait dengan penceritaan yang dialami oleh tokoh.  Latar  waktu  yang  terjadi  ketika  Mata  Hari  lahir  pada  tahun  masehi,  yaitu
1876. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 1
Leeuwarden anno 1876 Itu  tahun  Masehi  di  mana  aku  lahir  dari  rahim  Antje  van  der
Meulen yang berdarah Indonesia hlm. 15.
Latar  waktu  juga  terjadi  pada  hari  Minggu,  ketika  hampir  sore.  Di  sini terlihat  bahwa Mata  Hari  diajak oleh  gurunya  yang memohon-mohon  menunggu
sampai  matahari  terbenam.  Padahal  Mata  Hari  sudah  nampak  gelisah  dan  gusar. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
2 Minggu  hari  ini,  ketika  hampir  sore,  dia  masih  sibuk  memohon-
mohon  padaku  supaya  mau  duduk  di  pasir  pantai  menunggu matahari terbenam di garis laut depan sana. Aku gelisah dan gusar,
sebab pada musim zomer, matahari masih akan nampak sampai jam 21.00 hlm. 23.
Latar waktu juga terjadi pada tahun 1985, ketika Mata Hari kawin dengan suaminya.  Bagi  Mata  Hari  hari  perkawinannya  dengan  John  Rudolph  MacLeod
merupakan hari bagus. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 3
Aku kawin dengan John Rudolph MacLeod pada hari bagus anno 1895 hlm. 27.
Latar waktu terjadi pada pagi hari, ketika kakak Ruud mengajak Mata Hari jalan-jalan. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
4 Beberapa kali, pada pagi hari dia menemani aku berjalan ke Dam,
sambil membawa roti untuk burung-burung camar hlm. 37.
Latar  waktu  terjadi  pada  bulan  kesembilan,  ketika  Mata  hari  melahirkan seorang  anak  laki-laki  yang  diberi  nama  Norman  John.  Hal  ini  ditunjukkan
melalui kutipan berikut: 5
Bulan  kesembilan,  tak  kurang  tak  lebih  dari  masa  mengandung antara  dipacu  rasa  bimbang  dan  geram  serta  cemburu  dan  girang,
akhirnya aku melahirkan seorang anak lelaki hlm. 45.
Latar  waktu  juga  menunjukkan  jam  17.00  dan  20.00,  hal  ini  ditunjukkan melalui kutipan berikut:
6 Sejak  jam  17.00  sudah  ada  orang-orang  yang  menabuh  gamelan,
memainkan beberapa gending hlm. 88. 7
Sekitar jam 20.00 ada empat lelaki mengggotong perempuan di atas tandu, membawanya ke tengah pelataran. Itulah pertunjukkan yang
sedang dilatihkan hlm. 88.
Dari  kutipan  di  atas,  merupakan  waktu  di  mana  Mata  Hari  melihat pertunjukkan  yang  sedang  dilatihkan  dan  Mata  Hari  tertarik  melihat  adegan  itu
semua. Latar  waktu  juga  terjadi  pada  malam  hari,  ketika  Mata  Hari  duduk  di
depan  rumah  dan  dirangkul  Ruud.  Pada  malam  hari  ini,  Mata  Hari  merasakan kemenangan  bukan  kedamaian.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar  waktu  ini  dapat
mempengaruhi terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut: 8
Malam ini, setelah menidurkan Norman John, aku duduk di depan rumah,  dirangkul  Ruud,  memandang  ke  langit  yang  sebentar  lagi
akan  dikunjungi  purnama.  Dalam  keadaan  begini,  rasanya  hatiku dirasuki kemenangan, tapi bukan kedamaian, dan entah bagaimana
mengubahnya,  lalu  memeliharanya  sebagai  kebun  bunga  di  ceruk sanubari hlm. 111.
Latar  waktu juga terjadi pada sore hari, ketika Mata hari ingin mengajak Ruud  bicara.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar  waktu  ini  dapat    mempengaruhi
terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut: 9
Pada sore hari, setelah mandi yang kedua, aku minta Ruud duduk berhadap-hadapan dengan aku di serambi tengah.
“Ruud,  silakan  duduk,”  kataku  sambil  duduk  juga.  “Kita  harus bicara. Aku sudah menunda-nunda ini. Dan aku rasa, kalau hari ini
kita  tidak  bicara,  aku  akan  meledak,  dan  tidak  pernah  ada  orang yang akan memujimu sebagai perwira hlm. 141.
Latar  waktu  terjadi  pada  tanggal  27  Juli  1899,  merupakan  hari  penting bagi Mata Hari. Hal ini ditunjukkan bahwa latar waktu ini dapat  mempengaruhi
terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut: 10
Ketika aku mencarinya, itu terjadi pada tanggal 27 Juli. Ada alasan khusus, mengapa aku harus serius mencatat tanggal ini.
Inilah  tanggal  dalam  ingatan  sejarah  hidupku  yang  membuat  aku sangat terpukul, sedih, meradang, seperti gila.
Muasalnya, pada tanggal 27 Juli tahun ini, 1899, seseorang datang ke rumahku mencari Ruud untuk suatu urusan balas dendam, ketika
di  saat  yang  sama  aku  mencari  Cremer  untuk  urusan  balas  jasa hlm. 224
Latar waktu terjadi sebelum tahun 1904 yang berakhir di ujung Desember, ketika Mata Hari menemui Ruud bekas suaminya itu. Hal ini ditunjukkan melalui
kutipan berikut: 11
Sekali  lagi  ini,  sebelum  tahun  1904  berakhir  di  ujung  Desember, aku  coba  menemui  bekas  suamiku  itu,  meminta  Non  ikut
bersamaku jalan-jalan ke Prancis hlm. 357.
Latar  waktu  juga  terjadi  dalam  sepuluh  tahun  ini,  hal  ini  ditunjukkan melalui kutipan berikut:
12 Dalam sepuluh tahun ini aku tidak merasa perlu menghitung-hitung
berapa  jumlah  pejabat  tinggi  negara  dari  Prancis  dan  Jerman  serta Spanyol  dan  Italia,  mulai  dari  menteri,  jenderal,  kolonel,  bahkan
kapten dan letnan,  yang sudah bersetubuh denganku dalam rangka bersenang-senang dengan kemewahan hlm. 387
Latar waktu juga terjadi ketika pertambahan usia yang dialami oleh Mata Hari. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
13 Dalam  pertambahan  usia  sampai  sepuluh  tahun  ini,  pada  tahun
sekarang,  1914,  umurku  38  tahun.  Sampai  usia  38  tahun  ini  aku tidak  ingat  berapa  lelaki  dari  kelas  perwira  tinggi  dan  pejabat-
pejabat teras atas yang sudah bersenggama denganku hlm. 397.
Latar waktu juga terjadi tanggal 15 Juni 1917, ketika Mata Hari dibawa ke pengadilan  kota.  Pada  hari  ini  pula,  para  hakim  memutuskan  Mata  Hari  untuk
dihukum  mati.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar  waktu  ini  dapat    mempengaruhi terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut:
14 Setelah  berkas  perkaraku  diserahkan  oleh  Bouchardon  kepada
Jaksa  andre  Mornet,  letnan  dalam  ketentaraan  Prancis,  maka  pada hari ini, 24 Juni 1917, aku dibawa ke pengadilan kota yang disebut
Istana Keadilan hlm. 551.
Dari  penjelasan  tentang  latar  waktu  yang  digambarkan  dalam  novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado, dapat disimpulkan bahwa ada latar waktu
yang  mempengaruhi  terbentuknya  konflik  batin  dalam  tokoh    Mata  Hari,  lihat kutipan 8, 9, 10, 11, dan 14.
4.2.3 Latar Sosial
Latar  sosial  menyaran  pada  hal-hal  yang  berhubungan  dengan  perilaku kehidupan sosial  masyarakat  di  suatu tempat  yang diceritakan dalam  karya fiksi.
Dalam  novel  Namaku  Mata  Hari  karya  Remy  Sylado,  dijelaskan  bahwa  Mata Hari tidak suka merendahkan babu. Dia  tidak ingin memperlakukan babu seperti
hewan  yang  terhina,  karena  babu  itu  juga  manusia.  Mata  Hari  tidak  mempunyai pandangan seperti orang Belanda  yang menganggap babu itu seperti mesin. Jadi,
bagi  Mata  Hari  tidak  ada  perbedaan  kelas  sosial  buat  Babu.  Hal  ini  ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan status sosial melalui kutipan berikut:
1 Dia  memang  babuku  dan  di  masa  ini,  akhir  abad  ke-19,  orang-
orang Belanda di Indonesia memperlakukannya sebagai mesin, tapi bagiku dia tetap manusia.
Aku tidak mau seperti Belanda-Belanda kolonialis umumnya  yang sengaja  menajamkan  perbedaan  rasiall  sebagai  hukum  alam  dan
memperlakukan  babu  seperti  hewan  terhina.  Mana  mungkin  aku bersikap  rasis  seperti  penguasa-penguasa  Belanda  itu,  sementara
dalam sadarku aku tahu ibuku berdarah Jawa hlm. 73.
2 “Itu  pertimbangan  hukum  yang  bijak,”  kataku.  “Bagaimanapun
babu  adalah  manusia,  dan  anaknya  adalah  anak  manusia  juga.” hlm. 256.
Latar  sosial  ini  juga  terjadi  ketika  Mata  Hari  menghargai  orang  Brabant yang telah melerai perkelahiannya dengan Ruud. Mata hari pun membandingkan
kebiasaan  orang  Brabant  dengan  orang  Indonesia  mengenai  disiplinnya  tentang waktu. Mata Hari mempunyai pandangan perbedaan mengenai disiplinnya waktu
orang  Indonesia  dan  Brabant,  karena  Mata  Hari  selalu  geli  mengingat  kebiasaan orang Brabant soal waktu. Orang Belanda selatan yang berdialek Brabant ini pun
selalu memberikan senyum kepada Mata Hari. Ini menandakan, bahwa hubungan
Mata  Hari  dengan  orang  Brabant  memiliki  jiwa  sosial  yang  baik.  Hal  ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan pandangan hidup melalui
kutipan berikut: 3
Aku  diam  saja.  Dalam  diam  begini  toh  aku  merasa  bersyukur karena perhatiannya padaku. Selama ini dia memang bisa memberi
senyum  padaku,  senyum  yang  ramah  khas  orang  Belanda  selatan yang  berdialek  Brabant.  Dan,  apabila  aku  membalas  ramah
kepadanya,  aku  sering  geli  mengingat  kebiasaan  orang  Brabant pada  soal  waktu.  Ya,  orang  Brabant  hampir  sama  dengan  orang
Indonesia  mengenai  disiplinnya  waktu.  Di  Indonesia,  orang  yang
tidak disiplin terhadap waktu disebut ‘jam karet‟, sementara orang Belanda  yang  juga  mengabaikan  disiplin  waktu  disebut  ‘een  half
uurtje  Brabant‟,  harafiahnya  berarti  ‘setengah  jamnya  Brabant‟ hlm. 250.
Latar sosial juga terjadi ketika Mata hari diberi kesempatan untuk menari dengan  putrinya.  Mata  Hari  pun  dapat  menyesuaikan  diri  dengan  keadaan
masyarakat yang ada disekitarnya. Dari sini, Mata Hari dianggap sebagai manusia bukan  bangsa.  Menurut  Mata  Hari,  itu  semua  pas  dengan  pandangannya  selama
ini.    Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar  sosial  ini  berhubungan  dengan  pandangan hidup melalui kutipan berikut:
4 Mbah  Kung  memberi  kesempatan  kepadaku  mudah-mudahan  aku
sanggup  melaksanakannya  menari  berdua  dengan  Astri  putrinya. Semua  anggota  mendukung.  Itu  membuat  aku  semakin  percaya,
bisa menyesuaikan diri sebagai bagian dari masyarakatnya. Di sini aku merasa benar-benar menjadi manusia, bukan bangsa. Kira-kira
dengan perasaan ini, hubungannya pas dengan pandanganku sendiri selama  ini,  tentang  keut
amaan  maknawi  atas  kata  ‘kemanusiaan‟ ketimbang ‘kebangsaan‟ hlm. 94.
Dalam novel ini juga terdapat latar sosial yang menggambarkan tingkatan pemerolehan  tunjangan  per  bulan  di  luar  gaji  yang  di  peroleh  opsir,  berdasarkan
golongan  suku.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar  sosial  ini  berhubungan  dengan status sosial melalui kutipan berikut:
5 Yang  aku  ketahui  adalah  gaji  kopral.  Didik  yang  mengatakan  itu
kepadaku.  Dia  memperoleh  tunjangan  per  bulan  di  luar  gaji,  yang ditentukan oleh pemerintahan kolonial berdasarkan golongan suku.
Hanya tiga golongan saja yang diatur. Pertama Europeanen dengan tunjangan  31  sen,  kedua  golongan  Ambonezen  dan  Menadonezen
dengan tunjangan 27 sen, dan ketiga Javanen dengan tunjangan 20 sen hlm. 115.
Latar  sosial  ini  menggunakan  kelas  sosial  yang  menunjukkan  kalangan militer  dan  sipil.  Hal  ini  ditunjukkan  pengarang  bahwa  latar  sosial  ini
berhubungan dengan status sosial melalui kutipan berikut: 6
Samar-samar aku melihat penonton di bawah sana penuh. Mereka orang-orang penting di kalangan militer dan sipil hlm. 418.
Latar  sosial  juga  terjadi  ketika  Mata  Hari  dituduh  berkhianat  kepada Prancis  karena  Mata  Hari  lebih  mementingkan  Jerman.  Mata  Hari  pun  akhirnya
dijatuhi  hukuman  mati  oleh  mahkamah  militer.  Latar  sosial  ini  dapat menyebabkan  konflik  batin  pada  tokoh  Mata  Hari.  Hal  ini  ditunjukkan  melalui
kutipan berikut: 7
Aku  sekarang  berada  di  penjara  Saint-Lazare  karena  tuduhan berkhianat kepada Prancis untuk kepentingan Jerman. Padahal aku
tidak peduli soal kebangsaan mereka. Yang aku lakukan selama ini, menurut kata hatiku adalah kiprah kemanusiaan. Artinya, kalau aku
memilih  kata  ‘kemanusiaan‟,  maka  yang  mukim  dalam  pikiranku adalah  suatu  pengertian  asasi  tindakan  etis  tentang  menjunjung
fitrah  manusia  lebih  dari  sekadar  mempersoalkan  batas  negara dengan  penduduknya  yang  disebut  bangsa,  dan  semangatnya  yang
disebut ‘kebangsaan‟ hlm. 11. 8
Tidak ada harapan buatku bisa bebas dari tuntutan jaksa. Malahan aku  menganggap  telah  terjadi  kong-kali-kong  antara  jaksa  dan
hakim untuk tetap memberlakukan penalti terhadapku.
Di  mahkamah  militer  tempat  aku  diadili,  telah  tersedia  kalimat pamungkas  yang berkekuatan hukum  tetap, bahwa aku dinyatakan
bersalah sebagai pengkhianat, dan karenanya harus mati 555
Latar  sosial  juga  terjadi  ketika  Mata  Hari  mengalami  rasa  sakit  batin terhadap  suaminya  Ruud.  Mata  Hari  kemudian  membalas  dendam  perbuatan
suaminya itu dengan cara bersenang-senang dan menjalin suatu hubungan dengan perwira  dan  pejabat  tinggi  negara.  Latar  sosial  ini  dapat  menyebabkan  konflik
batin pada tokoh Mata Hari.  Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 9
Rasa  sakit  batin  itu  pula  yang  mendorongnya  balas  dendam  pada suaminya  dengan  nekat  membuka  celana  dan  mengangkang  untuk
senang-senang  dengan  sejumlah  lelaki  terutama  dari  kalangan perwira  dan  pejabat  tinggi  negara  sampai  akhirnya  dia  menjadi
sundal kelas tinggi, sembari terus menari telanjang, dan terus pula memata-mata dengan cara mengadu domba, yang berujung dengan
penangkapannya ini hlm. 7.
Latar  sosial  juga  terjadi  tentang  pandangan  hidup  mengenai  para  pejabat tinggi  negara  yang  berkecenderungan  terhadap  istilah  kata  dua-  ta.  Hal  ini
ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan pandangan hidup melalui kutipan berikut:
10 Kiranya  sebentar  lagi  aku  akan  bertemu  dengan  pejabat  tinggi
seperti itu. Gambaran yang diberikan Mbah Kung kepadaku cukup menggelitikkan perasaanku.
Kata  Mbah  Kung,  “Semua  pejabat  tinggi  berkecenderungan terhadap dua-ta, yaitu wani- ta dan har- ta
.” Aku bertanya, “Bagaimana itu?”
Dan  jawab  Mbah  Kung  sangat  cerdas,  “Wanita  gampang  tergoda oleh harta. Jadi tidak heran, di otak pejabat tinggi selalu dua- ta itu
yang dipikir.” hlm. 96.
Latar sosial juga terjadi tentang kebiasaan hidup yang ada di Indonesia dan di  penjara Prancis.  Kebiasaan hidup  ini tentang  kebiasaan mandi  yang dilakukan
oleh bangsa  Indonesia sehari dua kali.  Hal  ini ditunjukkan  bahwa latar sosial ini berhubungan dengan kebiasaan hidup melalui kutipan berikut:
11 Perasaan  paling  menyiksa  dalam  diriku  sebagai  wanita  berdarah
Indonesia,  adalah  kebiasaan  Indonesia  mandi  dua  kali  sehari  yang tidak  terpenuhi  di  penjara  Prancis  ini.  Di  penjara  ini  tidak  ada
kamar mandi. Air untuk basuh-basuh hanya tersedia satu mangkok dalam  seminggu,  dan  harus  dicukup-cukupkan  untuk  menyeka
muka dan badan lainnya. Aku kuatir dengan ini aku telah menjadi tua sebelum waktunya hlm. 12.
Latar  sosial  terjadi  mengenai  cara  berpikir  dan  sikap  yang  dialami  oleh Mata Hari kepada Ruud suaminya. Mata Hari berpikir mengenai pengetahuannya
mengenai peribahasa “habis  gelap terbitlah terang”. Hal ini pula  yang  membuat sikap  Mata  Hari  dapat  membangun  kembali  hubungannya  dengan  Ruud  menjadi
baik. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan cara berpikir dan sikap melalui kutipan berikut:
12 Lagi aku mendapat pengetahuan dari pengalaman, yaitu peribahasa
“habis  gelap  terbitlah  terang”.  Maksudku,  perasaan  tentang  batin yang  tadinya  kepalang  terjauhkan  karena  perilaku-perilaku  fiil
Ruud dilatari oleh gagasan-gagasan gilanya itu, barangkali kini bisa dibangun
kembali-katakanlah semacam
restorasi terhadap
bangunan yang rusak-dengan gairah yang baru hlm. 109.
Latar  sosial  juga  terjadi  menge nai  tradisi  pengucapan  kata  “sorry”.  Kata
“sorry”  ini  harus  menjadi  tradisi  yang  tidak  boleh  dihilangkan  dan  harus diucapkan  ketika  seseorang  mempunyai  salah  kepada  orang  lain.  Begitupun
dengan Ruud yang tidak pernah mengatakan kata “sorry”, padahal kata “sorry” ini merupakan  bahasa  ibunya.  Menurut  pemikiran  Mata  Hari,  kesungguhan
menyatakan  kata  “sorry”  merupakan  kejantanan  seorang  suami  yang  menjadi
opsir.  Latar  sosial  ini  dapat  menyebabkan  konflik  batin  pada  tokoh  Mata  Hari. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
13 Masalahnya,  Ruud  tidak  pernah  mengatakan  “sorry”,  padahal  dia
tahu betul makna sosial perkataan ini, sebab kata ini adalah bahasa ibunya hlm. 109.
14 Pokok soalnya, sekali lagi, aku belum dengar lewat telingaku Ruud
mengucapkan ka ta “sorry”. Sementara, aku kira ukuran kejantanan
seorang  suami  yang  seorang  opsir,  justru  ditimbang  dari kesungguhannya  menyatakan  “sorry”  kepada  mitranya  di  ranjang
yang diikat oleh perkawinan resmi secara militer hlm. 111.
Latar  sosial  juga  terjadi  akan  keyakinan  Mata  Hari  akan  sifatnya  yang mengarah  ke  kepala  batu  karena  dia  lahir  pada  tanggal  8  Agustus.  Sifat  yang
dimiliki Mata Hari inipun menyebabkan gambaran dramatis yang terjadi di dalam keluarganya  yaitu  sering  adanya  perselisihan,  pendapat  yang  berbeda,  dan
sebagainya.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar  sosial  ini  berhubungan  dengan pandangan hidup melalui kutipan berikut:
15 Lebih  rinci  aku  hendak  berkata  dengan  gambaran  yang  dramatis,
bahwa  selama  waktu-waktu  yang  telah  berlalu  menurut  mestinya, memang  puguh  terjadi  beberapa  kali  perselisihan  pendapat  yang
menyebabkan  aku  bludrek,  harus  menghardik,  kemudian  dibalas hardik  pula  oleh  Ruud,  sehingga  rumah  sempat  menjadi  seperti
kandang tikus, rame tidak karuan, dilengkapi pula gaduhnya suara tangis  Norman  John  yang  terganggu  oleh  suara  tengkar
orangtuanya,  namun  sejauh  itu  aku  masih  harus  menganggapnya wajar, sebab setelah  reda, ketika  aku diam tercenung seorang diri,
aku  menyadari  sisi  kekuranganku,  yaitu,  kadang-kadang  sikapku memang  mengarah  kepala  batu:  maklum  hari  lahirku  8  Agustus,
dan kata orang yang rajin membaca bualan-bualan astrologi, konon menyatakan  perempuan  yang  lahir  di  zodiak  ini  umumnya  degil,
atau ba
hasa antero Nederland: ‘koppig‟ hlm. 119. Latar  sosial  yang  selanjutnya  terjadi  adalah  mengenai  adat  istiadat  orang
Jawa. Mata Hari melakukan upacara tujuh bulanan untuk anaknya  yang pertama.
Akan  tetapi,  disisi  lain  Mata  Hari  menaruh  wasangka  pada  Ruud  suaminya  itu. Latar  sosial  ini  dapat  menyebabkan  konflik  batin  pada  tokoh  Mata  Hari.  Hal  ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 16
Tapi  mengapa  tiba-tiba  memasuki  usia  kandunganku  tujuh  bulan, masa kehamilan yang punya arti khusus dalam istiadat Jawa untuk
diupacarakan –dipitoni–   aku menaruh wasangka pada Ruud, dan
aku kuatir keadaan rumah yang tadinya hanya mirip kandang tikus, sekonyong berubah menjadi kandang kucing hlm. 120.
Latar  sosial  yang  terjadi  selanjutnya  adalah  mengenai  kebiasaan  hidup yang  dilakukan  oleh  Ruud  yang  sering  membawa  perempuan-perempuan  lain  ke
dalam  rumahnya.  Ruud  selalu  berhubungan  intim  dengan  perempuan  lain  di dalam  rumahnya.  Walaupun  Mata  Hari  selalu  main  lelaki,  dia  tidak  pernah
membawa  lelaki  lain  masuk  ke  dalam  rumahnya.  Sehingga  rumah  yang  di tempatinya  itu  menjadi  sial.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar  sosial  ini
berhubungan dengan kebiasaan hidup  17 dan dapat  menyebabkan konflik batin pada tokoh Mata Hari 18 melalui kutipan berikut:
17 Ruud  sudah  membuat  rumah  ini  sial.  Dia  sudah  menjadikannya
tempat  maksiat.  Padahal  aku  sendiri,  dalam  bertualang,  sebagai cara membalas dendam pada perlakuannya, tidak pernah membawa
lelaki-lelaki ke dalam rumah ini hlm. 293.
18 Mula-mula aku dorong pintu ini untuk  yakin  bahwa ada orang di
dalam yang mengunci diri. Pintu tak bergerak.
Kesimpulannya benar ada orang di dalam. Maka, aku tendang dengan sekuat tenaga.
Pintu terbuka dengan bunyi daunnya membentur dinding. Sumpah demi ibuku, aku kaget banget.
Di  dalam  kamar,  di  atas  ranjang,  Ruud  sedang  menyetubuhi seorang perempuan, dan perempuan yang satunya menyaksikannya
dengan sekakak-cekikik hlm. 281.
Latar  sosial juga terjadi ketika cara berpikir manusia tentang uang. Perlu kita  ketahui,  bahwa  uang  memang  dapat  membeli  segalanya.  Dalam  novel
Namaku  Mata  Hari,  seorang  pastor  memberikan  pernyataan  kepada  Mata  Hari mengenai manfaat uang yang dipunyai Mata Hari. Memang dalam kehidupannya,
Mata  Hari  mempunyai  banyak  uang.  Tetapi  menurut  pastor,  uang  tidak  dapat membeli  ketenangan  yang  dimiliki  manusia.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar
sosial ini berhubungan dengan pandangan hidup melalui kutipan berikut: 19
Tapi Luypen SJ kelihatan tidak  peduli akan pernyataanku. “Ini  bukan  soal  kau  punya  uang  tidak  untuk  membayar  hotel”,
katanya.  “Ini  soal  gembala  berbicara  pada  domba  yang  hilang. Maksudku, jika toh kau punya uang, uangmu pun tidak sertamerta
bisa  membeli  ketenangan.  Uang  bisa  membeli  semua,  tapi  tidak berarti  uang  bisa  membeli  segalanya.  Kalau  kau  bisa  tinggal  satu-
dua hari di biara itu, moga-moga kau menemukan hakikat martabat yang  tidak  pernah  kau  bayangkan,  melalui  cara  belajar  merenung
dalam  keheningan,  dan  memperoleh  kebenaran  dari  ketenangan. Ketahuilah,  anakku,  uang  bisa  membeli  kesenangan,  tapi
percayalah  uang  tidak  bisa  membeli  ketenangan.  Ketenangan  bisa kau peroleh dengan Cuma-Cuma, gratis, tanpa biaya, hanya dalam
kemauan  berdoa  dengan  khusyuk:  menyatukan  rohmu  dengan  roh yang paling roh. Doa harus dipahami oleh hati adalah dialog dirimu
dengan  Deo,  bukan  monolog  dirimu  dengan  ego.  Kalau  kau percaya  kek
uatan  doa,  kau  bahkan  bisa  memindahkan  gunung.” hlm. 302.
Latar  sosial  juga  ada  mengenai  pandangan  hidup  tentang  istri  yang meninggalkan  rumah.  Menurut  tetangga  Mata  Hari  yang  bernama  Elsa  saat
mengunjungi  Mata  Hari  di  biara,  bahwa  istri  yang  meninggalkan  rumah  pasti suami  akan  berbuat  semena-mena.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa  latar  sosial  ini
berhubungan dengan pandangan hidup melalui kutipan berikut: 20
Katanya, “Sekarang, ayo pulang kembali ke rumahmu. Rumah itu hakmu.  Jangan  kau  tinggalkan.  Kalau  istri  meninggalkan  rumah,
suami  merajalela,  semena-mena,  dan  itu  artinya  istri  kalh  pada
suaminya. Dengar, istri tidak boleh kalah pada suami. Dosa paling besar dalam kehidupan ini adalah kalau istri kalah pada suaminya.
Apalagi kita sudah berada di abad ke- 20.” hlm. 309.
Dari penjelasan latar sosial yang digambarkan dalam novel Namaku Mata Hari  karya  Remy  Sylado,  dapat  disimpulkan  bahwa  Mata  Hari  tidak  pernah
membeda-bedakan  sesama  manusia  dari  golongan  status  sosial.  Hal  ini  dapat dilihat  pada  kutipan  1,  2,  5,  dan  6.  Dengan  adanya  kondisi  seperti  ini,
membuat Mata Hari menjadi orang yang memiliki jiwa perasa dengan lingkungan sosialnya  tanpa  memandang  status  yang  ada.  Selain  itu  Mata  Hari  juga  selalu
memiliki  cara  berpikir  yang  luas  dan  sikap  positif,  bahwa  hubungannya  dengan Ruud akan menjadi baik, lihat 4.
Latar sosial  di  atas pun  ada  yang menyebabkan  konflik batin tokoh  Mata Hari,  hal  ini  dapat  dilihat  pada  kutipan  7,  8,  9,  13,  14,  16,  dan  18.
Latar  sosial  juga  terdapat  mengenai  pandangan  hidup  yang  ada  dalam  novel Namaku Mata Hari, hal ini dapat dilihat pada kutipan 3, 4, 10, 15, 19, dan
20. Latar sosial juga terjadi mengenai kebiasaan hidup, hal ini dapat dilihat pada kutipan 11 dan 17.
4.3 Analisis Unsur Alur