PENGARUH TAYANGAN IKLAN DI TELEVISI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN XL DI BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGARUH TAYANGAN IKLAN DI TELEVISI TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN XL DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Rina Astuti

Persaingan bisnis menuntut setiap perusahaan harus dapat menunjukkan strategi promosi yang jitu dan berbeda dari perusahaan lain agar menarik perhatian calon konsumen. Strategi promosi yang banyak digunakan untuk menguasai pasar adalah dengan periklanan. Media periklanan di televisi lebih banyak dipilih karena melalui media televisi suatu pesan dapat lebih cepat disampaikan dibandingkan iklan melalui media lainnya karena sifatnya yang audiovisual.

Masalah yang dihadapi XL adanya persaingan yang semakin ketat dengan munculnya produk- produk telekomunikasi baru. Permasalahannya adalah apakah ada pengaruh tayangan iklan di televisi terhadap keputusan pembelian XL di Bandar Lampung.


(2)

televisi terhadap keputusan pembelian XL di Bandar Lampung. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan metode deskriptif. Hipotesis yang diajukan adalah desain iklan yang terdiri dari kata-kata, gambar, gerakan, dan musik dalam iklan XL mempengaruhi keputusan membeli XL. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan menggabungkan metode purposive sampling. Responden yang menjadi sampel sebanyak 100 orang yang diambil menggunakan metode sampling aksidental. Metode analisis kuantitatif yang digunakan adalah model regresi linier berganda dengan uji signifikansi simultan (uji F) dan uji signifikansi parsial (uji t). Pengaruh variabel X terlihat dari nilai koefisien pada persamaan regresi linier berganda yaitu kata-kata = 0,233, gambar = 0,181, gerakan = 0,207, dan musik = 0,214. Semua variabel X memiliki tingkat signifikan kurang dari 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai determinasi (R2) sebesar 0,676 menunjukan bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama mampu mempengaruhi keputusan membeli sebesar 67,6% dan sisanya 32,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah meningkatkan frekuensi penayangan iklan, meningkatkan variabel kata-kata, gambar, gerakan, dan musik agar pengaruhnya lebih besar lagi, dan juga pemanfaatan media promosi selain iklan agar tingkat kesadaran merek konsumen dapat dicapai lebih maksimal.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) pada tanggal 01 Februari 1988, anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahanda bernama Syamsuri dan Ibunda bernama Asmiarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak TK Islam Talang Jawa pada tahun 1994, Sekolah Dasar Negeri 16 Baturaja OKU pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Baturaja OKU pada tahun 2003, Sekolah Menengah Kejuruan Trisakti Baturaja OKU pada tahun 2006, Diploma III Administrasi Perkantoran dan Sekretaris Universitas Lampung pada tahun2009, dan pada tahun 2009 mulai menjadi mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Bandar Lampung.


(8)

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan

jika kamu tidak mengetahui


(9)

Skripsi Ku Ini

Untuk Ayahnda dan Ibunda Tercinta Yang Selalu Memberikan Dukungan,

Semangat, Serta Memberikan Do’a Setiap Waktu Untuk Keberhasilan Ku

dimasa Depan . . .

Kepada Suamiku tercinta

Kepada Adik-adik Ku Tersayang . . .

Kepada Para Bapak/ Ibu Dosen yang Telah Membimbing dan Membantu

Menyelesaikan Skripsi Ini . . .

Serta

Kepada Teman-Teman yang Telah Membantu dalam Penulisan Skripsi Ini . .

.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.5Kerangka pikir ... 9

1.6Hipotesis ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran ... 12

2.2 Bauran promosi ... 14

2.3 Periklanan ... 15

2.3.1. Tujuan Periklanan ... 13

2.3.2. Anggaran Periklanan ... 14

2.3.3. Pesan Periklanan ... 15

2.3.4. Pemilihan Media Iklan... 16

2.3.5. Media Televisi ... 17

2.3.6. Persepsi ... 18

2.4 Keputusan Pembelian ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 34

3.2 Populasi Dan Sampel ... 34

3.3 Variabel Penelitian ... 35

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 36


(11)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data ... 44

4.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 44

4.1.2. Jenis Kelamin Responden ... 44

4.1.3. Umur Responden ... 45

4.1.4. Jenis Pekerjaan Responden...46

4.1.5. Deskripsi Jawaban Responden ... 48

4.2 Uji Persyaratan Instrumen...58

1. Uji Validitas ... 58

2. Uji Reliabillitas ... 59

4.3. Uji Normalitas Dan Homogenitas ... 61

4.4. Uji Regresi Berganda ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 69

5.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tayangan Iklan XL per Hari, mulai dari jam 06.00-22.00 Wib... 6

Tabel 2 Definisi Operasional Variabel ... 36

Tabel 3 Kreteria Validitas pada Analisis Faktor ... 40

Tabel 4 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 5 Responden Berdasarkan Umur ... 43

Tabel 6 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 47

Tabel 4 Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan ... 47

Tabel 4 Durasi Menonton Teleevisi Per Hari ... 48

Tabel 9 Hasil Jawaban Responden Variabel Kata-Kata (X1) ... 48

Tabel 10 Hasil Jawaban Responden Variabel Gambar (X2) ... 50

Tabel 11 Hasil Jawaban Responden Variabel Gerakan (X3) ... 52

Tabel 12 Hasil Jawaban Responden Variabel Musik (X4) ... 54

Tabel 13 Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 56

Tabel 14 Validitas Variabel Tayangan Iklan (Xi) ... 59

Tabel 15 Validitas Variabel Keputusan Membeli (Y) ... 60

Tabel 16 Reliabilitas Tayangan Iklan dan Variabel Tayangan Iklan (Xi) ... 61


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(14)

1.1 Latar Belakang

Lahirnya media cetak dan media elektronik tidak saja memunculkan sikap serius dari pengusaha lokal, tetapi juga memaksa mereka untuk memperbaiki kualitas produk, barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah produk di pasar melalui penetapan standarisasi mutu dan kualitas pelayanan, tetapi juga mempertahankan brand position dibenak konsumen melalui pemantapan strategi promosi, strategi marketing mix yang tepat dapat menghindarkan perusahaan dari kerugian akibat kegiatan promosi yang tidak efektif dan efisien dapat dimasukkan sebagai konsep bauran promosi (marketing mix) (Simamora, 2003:28).

Bauran promosi merupakan penggabungan dari lima media komunikasi dalam pemasaran yaitu periklanan, promosi penjualan, penjualan personal, dan penjualan langsung. Bauran promosi dalam kegiatan promosi membutuhkan media untuk mempromosikan produk. Sebagai salah satu alat dalam bauran promosi, iklan didefinisikan sebagai pesan yang didanai oleh suatu sponsor yang teridentifikasi dan pesan tersebut dikirimkan melalui media komunikasi massa.

Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, (2008:244) iklan adalah semua bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Iklan dapat merupakan cara yang berbiaya efektif guna


(15)

menyebarkan pesan, entah untuk membangun preferensi merek atau untuk mendidik orang.

Iklan berfungsi sebagai alat komunikasi dari proses pemasaran dimana iklan dapat memaparkan sejumlah uraian dengan tujuan dan sasarannya masing-masing. Iklan mempunyai peranan penting bagi badan mengenalkan usaha untuk memasarkan berbagai produk, sebab dengan adanya iklan minat beli konsumen akan muncul dengan sendirinya saat mereka melihat tayangan iklan dari produk yang ditawarkan dan hal ini sering menjadi pertimbangan bisnis bagi badan usaha. dengan iklan, badan usaha dapat mengkomunikasikan, mengidentifikasikan produknya, membujuk konsumen untuk mencoba produk barunya mengingatkan konsumen akan keberadaan produknya, meningkatkan penggunaan produknya serta membuat konsumen dapat membedakan produk yang satu dengan produk lain yang sejenis. Meskipun demikian, karena sifat iklan yang singkat dan seringnya ditemukan elemen kreatif yang mengganggu didalamnya, pesan yang berhubungan dengan produk dan merek itu sendiri dapat dilewatkan. Intensitas iklan yang tinggi dan bahkan non program pada televisi terus menciptakan kerumunan yang mempermudah konsumen mengabaikan atau melupakan iklan, meskipun produksi dan penetapannya mahal, pangsa pemirsa waktu utama jaringan besar terus menurun. Hal tersebut membuat para pengusaha mencari ide-ide baru dalam mempromosikan produknya melalui media televisi untuk menarik konsumen agar mau menggunakan produknya.


(16)

Iklan merupakan salah satu sarana promosi yang paling sering digunakan untuk mengkomunikasikan produk. Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi iklan telah menjadi senjata bagi tiap perusahaan untuk memenangkan persaingan yang ada. Untuk itu, menciptakan iklan yang efektif menjadi hal yang sangat penting. Menurut Schults dan Tannenbaum dalam Shimp (2003:413), Efektifitas iklan dapat dilihat dari pengenalan merek, iklan diingat, serta pesan iklan dipahami. Semakin tinggi tingkat iklan dikenal, diingat, dan pesan dipahami maka iklan tersebut semakin efektif dalam menyampaikan tujuan.

Iklan televisi pada umumnya diakui sebagai media iklan paling berpengaruh dan menjangkau spektrum konsumen. Jangkauan yang luas berarti biaya rendah per paparan. Dari perspektif pembangunan merek, iklan TV memiliki dua kekuatan sangat penting. Pertama, ia dapat menjadi sarana efektif yang menunjukkan secara langsung atribut- atribut produk dan menjelaskan secara persuasif manfaat- manfaat produk yang berhubungan dengan konsumen. Kedua, iklan TV dapat menjadi sarana yang mendorong untuk secara dramatis memotret pengguna dan gambaran penggunaan, kepribadian merek, dan hal- hal tak berwujud lainnya dari merek tersebut.

Media periklanan di televisi lebih banyak dipilih karena melalui media televisi suatu pesan dapat lebih cepat disampaikan dibandingkan iklan melalui media cetak. Sifatnya yang audiovisual menyebabkan iklan yang ditayangkan menjadi lebih


(17)

menarik karena tidak hanya suara atau gambar saja, tetapi kedua-duanya. Bukan hanya itu, kondisi tersebut juga memberikan kesempatan yang lebih besar kepada perusahaan untuk merancang iklan yang lebih kreatif dan juga inovatif. Berbagai macam alasan ini menjadikan media periklanan di televisi menjadi alternatif pilihan yang menarik bagi perusahaan dimana media periklanan memiliki jangkauan yang luas serta unsur hiburan yang mendukung dalam proses pembentukan kesadaran merekkonsumen meskipun biayanya sangat mahal.

Pengembangan program iklan adalah suatu proses lima tahap yaitu pertama menetapkan tujuan iklan, kedua menetapkan anggaran, ketiga memilih pesan iklan dan strategi kreatif, keempat memutuskan medianya, kelima mengevaluasi pengaruh iklan tersebut terhadap komunikasi dan penjualan.

XL adalah sebuah perusahaan telekomunikasi seluler di Indonesia. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 18 Oktober 1986 dan merupakan perusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan telepon seluler di Indonesia. XL menggunakan beragam cara yaitu dengan menayangkan produknya melalui media televisi, dengan memberikan informasi tentang produk XL sehingga konsumen mempunyai kepercayaan dan pengetahuan tentang produk XL. Dari pengetahuan tersebut maka konsumen dapat memberikan penilaian terhadap karakteristik atau atribut, produk XL yang dapat digunakan sebagai perantara produk maupun kualitas


(18)

dari produk XL yang sejenis. Alasan inilah yang mendorong produsen XL mengiklankan produknya, menggunakan media televisi.

Tayangan yang ditampilkan melalui media televisi iklan XL menampilkan 1 orang laki-laki dan 1 orang wanita, dalam tayangan itu seorang wanita sedang membeli koran terus memberikan uang tetapi si tukang koran tidak ada uang kembalian, lalu datang seorang laki- laki memberi uang seribu kepada penjual koran tersebut, lalu laki- laki tersebut mengenalkan diri kepada wanita tersebut dan dia menawarkan kepada wanita tersebut untuk besoknya jalan- jalan yuk, makan yuk dan nikah yuk, lalu laki- laki itu ditampar oleh wanita tersebut. Tayangan iklan tersebut menunjukkan bahwa XL itu dengan mengeluarkan uang seribu mendapatkan manfaat lebih dari nilai seribu tersebut. Banyaknya tayangan iklan dimedia televisi menjadikan pemirsa televisi mempunyai banyak informasi tentang produk tersebut. Sehingga produsen memunculkan ide-ide yang kreatif untuk menarik konsumen. Meskipun demikian XL tidak bisa menaikkan pelanggan XL setiap tahunnya, padahal di Indonesia XL adalah perusahaan terbesar ke 3, dalam pemasaran produknya dan menjaga kepercayaan terhadap produknya.


(19)

Tabel 1. Pangsa pasar XL Axiata dan pesaing Peringkat Merek Market Share

1 Simpati 49,9 %

2 IM3 17,5 %

3 XL Prabayar 13,3 %

4 Mentari 9,5 %

5 Kartu AS 6,5 %

6 3 (Three) 1,5 %

7 Axis 1,1 %

Sumber: www.topbrand.com

Intensitas menonton akan berpengaruh terhadap seberapa kuat terpaan media untuk mengubah sikap perilaku konsumen. Terpaan media adalah suatu keadaan dimana khalayak terkena pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa. Berikut adalah tabel intensitas tayangan iklan XL perhari. Pengamatan dilakukan peneliti mulai dari jam 06.00-22.00 WIB September 2012.

Table Tayangan Iklan XL per Hari, Mulai dari Jam 06.00-22.00 WIB pada September 2012

No

Stasiun Televisi Jumlah Tayangan

1 RCTI 8 kali

2 SCTV 6 kali

3 TPI 6 kali


(20)

5 TRANS TV /TV7 8 kali

6 GLOBAL TV 8 kali

7 ANTV 7 kali

Sumber : Pengamatan Penulis, 2013

Berdasarkan di atas bahwa intensitas tayangan iklan berbeda-beda di stasiun televisi, karena XL memilih stasiun televisi yang baik dari segi penayangan dan acara yang ditayangkan, serta respon konsumen untuk menonton di stasiun televisi tersebut tinggi. Karena dalam menonton televisi khalayak melihat, mendengarkan iklan televisi secara keseluruhan dari awal penayangan sampai ahir penayangan. Dalam penayangan tidak selalu membuat kesadaran dan pengetahuan khalayak berada pada kategori yang positif. Karena sebagian orang tidak telalu memperhatikan penayangan yang ditampilkan, sehingga untuk membuat khalayak sadar dan mengetahui terhadap iklan XL tersebut. Maka tidak hanya intensitas tayangan yang tinggi saja yang dibutuhkan dalam iklan, melainkan iklan yang disampaikan harus kreatif dan pesannya mudah dimengerti oleh khalayak. Hal ini akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan kartu prabayar tersebut.

Intensitas tayangan iklan XL menayangkan produknya 6-8 kali tayang perhari karena tidak semua acara XL akan muncul. Sehingga intensitas tayangannya tidak banyak, kecuali jika acara tersebuat disponsori oleh produk XL maka intensitas tayangan iklan tersebut akan terus ditampilkan, tetapi jika tidak mensponsori acara tersebut iklan ini akan jarang untuk ditayangkan.


(21)

Karena jarangnya iklan ini tampil terkadang membuat konsumen tidak terlalu memahami pesan yang disampaikan sehingga penonton kurang memperhatikan iklan XL ini, meskipun intensitas tayangan iklan yang tinggi tidak membuat produk ini diminati dan digunakan oleh konsumen. Dengan demikian, XL terus berupaya untuk meningkatkan penjualan dengan cara memberikan promosi untuk mencari perhatian pelanggan agar memilih produk XL.

Meskipun XL sudah berupaya untuk meningkatkan jumlah pelanggan dengan melakukan promosi melalui tayangan iklan di televisi, tetapi jumlah pelanggan XL tidak bisa mencapai jumlah yang diinginkan oleh perusahaan.

Dengan demikian XL menaikkan target jumlah pelanggan sebanyak 40 juta pelanggan setiap tahunnya, meskipun upaya untuk meningkatkan pelanggan sudah dilakukan, terutama untuk hal mempromosikan dan membujuk konsumen dengan memberikan banyak promosi yang akan membuat pelanggan tertarik untuk menggunakannya. Serta intensitas tayangan yang tinggi, tetapi hal tersebut sulit untuk mempengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan produk XL.

Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

PENGARUH TAYANGAN IKLAN DI TELEVISI TERHADAP


(22)

1.2 Permasalahan

Masalah yang dihadapi XL adanya persaingan yang semakin ketat dengan munculnya produk- produk telekomunikasi baru, contohnya kartu 3 dan Axis. Pada tahun 2010 jumlah pelanggan XL di Bandar lampung mencapai 30.000 pelanggan, tetapi di tahun 2011 pelanggan XL menurun hingga 19.200 ribu jiwa, hal tersebut terjadi karena persaingan dengan operator lain, Meskipun jumlah pelanggan XL meningkat di tahun 2012, tetapi hal tersebut tidak bisa melebihi jumlah pelanggan di tahun 2010.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh tayangan iklan di televisi terhadap keputusan pembelian XL di Bandar Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh tayangan iklan di televisi terhadap keputusan pembelian XL pada PT XL Axiata Tbk di Bandar Lampung.

1.4Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan


(23)

Hasil penelitian ini diharapakan dapat berguna sebagai masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan bergiatan dalam pemasaran produk.

b. Bagi Perguruan Tinggi.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan atau referensi tambahan pengetahuan dibidang pemasaran khususnya yang berkaitan dengan periklanan dan pengaruhnya terhadap pembelian.

c. Bagi penulis

Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang perilkanan dan sebagai syarat untuk menempuh sarjana ekonomi.

1.5Kerangka Pikir

Stimuli atau rangsangan setiap iklan memiliki tujuan menyampaikan pesan iklan yang dapat mempengaruhi kesadaran seseorang terhadap suatu merek. Ada empat hal yang merupakan stimuli di dalam sebuah iklan yaitu kata-kata (words), gambar

pictures, gerak/gestures, dan musik/music Kotler (2003:253) dan Rangkuti (2004:40). Secara umum, keempat variabel tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran konsumen terhadap suatu merek.

Bardasarkan kerangka pikir di atas bahwa PT XL Axiata, Tbk melakukan promosi melalui iklan. Iklan adalah segala bentuk presentasi non pribadi untuk memperkenalkan dan mempromosikan sebuah ide, barang atau jasa oleh sponsor


(24)

tertentu yang harus dibayar. Iklan yang digunakan adalah melalui media televisi, maksud dari media televisi ini adalah perusahaan XL. Axiata, Tbk berusaha memprkenalkan produk XL melalui tayangan iklan, kepada masyarakat agar masyarakat mau menggunakan produk XL. Penayangan iklan yang tinggi melalui media televisi, bertujuan agar pelanggan akan tertarik dan menggunakan produk XL yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan pembelian produk prabayar XL. Menurut Kotler (2003:253), ada empat stimuli iklan:

1. Kata- kata

Kata- kata berperan penting dalam iklan, dan kata- kata itu sendiri harus ditulis dengan baik.

2. Gambar

Gambar cukup kuat untuk menarik perhatian konsumen. 3. Gerakan

Untuk menghibur dan menarik minat beli konsumen. 4. Musik

Menarik perhatian, menyampaikan titik penjualan, menetapkan nada emosi untuk suatu iklan dan mempengaruhi perasaan pendengarnya, membuat konsumen berperasaan positif.


(25)

Gambar 1. Kerangka Pikir

1.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan adalah: bahwa tayangan iklan di televisi berpengaruh terhadap keputusan pembelian XL di Bandar Lampung.

Iklan Televisi (X)

- Kata-kata (X1)

- Gambar (X2)

- Gerakan (X3)

- Musik (X4)


(26)

2.1 Pemasaran

Menurut Mowen dan Minor (dalam Aprilyana, 2009:9), pemasaran adalah suatu kegiatan manusia yang ditunjukkan untuk memuaskan kebutuhan dan keingianan melalui proses pertukaran, dari konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli maupun pembeli yang potensial.

Menurut Kotler (2005:8), pemasaran adalah suatu proses sosial manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang merek yang dibutuhkan dan keinginan yang menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk-produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran barang dan jasa yang dilaksanakan oleh perusahaan individu dan kelompok. Konsumen terlebih dahulu harus mengetahui keunggulan yang dimiliki barang dan jasa yang ditawarkan tersebut, hal ini penting agar konsumen tidak salah dalam mengkonsumsi barang dan jasa yang ada. Ada lima yang merupakan konsep dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi


(27)

harganya murah dan mudah didapatkan dimana-mana. Produsen yang menganut konsep ini akan membuat produksi secara masal, menekankan biaya dengan efisiensi tinggi sehingga harga pokok pabrik biasa ditekan dan harga jual lebih rendah dari pada pesaing.

1. Konsep produk dengan berbagai teknik promosi.

Pada saat barang masih langka di pasar maka produsen memuaskan perhatian kepada teknis pembuatan produk saja. Produsen belum memperhatikan selera konsumen.

2. Konsep penjualan

Konsep ini produsen hanya membuat barang, kemudian harus menjual barang itu dengan berbagai jenis teknik promosi. Hal yang amat penting adalah adanya kegiatan promosi secara maksimal.

3. Konsep pemasaran

Pada konsep ini produsen tidak hanya membuat barang, tidak pula asal melancarkan promosi tetapi produsen memusatkan perhatian pada selera konsumen, produsen memperhatiakan kebutuhan dan kegiatan dari konsumen saja tetapi juga memperhatikan keinginan konsumen.

4. Konsep pemasaran sosial.

Konsep yang menyatakan bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih dari pesaing.


(28)

Menurut J. Stantonyang dikutip dalam Basu Swastha, (2002 : 238).Bauran promosi adalah kombinasi starategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, penjualan personal, dan alat promosi yang lain, yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan.

Bauran promosi menurut Philip Kotler (2005:642) adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Iklan merupakan salah satu dari bauran promosi dan bauran promosi merupakan salah satu dari bauran pemasaran. Saat ini perusahaan menggunakan lebih dari satu bentuk promosi sebagai bagian dari strategi yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun yang termasuk kedalam kegiatan bauran promosi antara lain :

1. Periklanan (advertising).

Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non-personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. 2. Promosi penjualan (sales promotion).

Promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain penjualan personal, periklanan, dan publisitas, yang mendorong efektivitas pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat-alat seperti peragaan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya.


(29)

Penjualan personal merupakan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan menciptakan penjualan.

4. Pemasaran langsung (direct marketing).

Pemasaran langsung adalah suatu sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media periklanan untuk respon yang terukur dan atau lebih transaksi di lokasi manapun. Hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity) adalah hubungan masyarakat merupakan alat promosi yang penting dan ditujukan untuk membangun opini masyarakat dalam rangka memelihara, meningkatkan dan melindungi citra perusahaan dan produknya.

2.3. Periklanan

Periklanan pada dasarnya merupakan salah satu tahap dari pemasaran, yang tiap-tiap tahap itu bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan jaringannya akan terputus jika salah satu mata rantai itu lemah. Periklanan menjadi tahap yang penting yang sama pentingnya, dengan tahap-tahap lain dalam proses pemasaran.

Philip Kotler (2005: 236) mengartikan periklanan sebagai berikut: Periklanan adalah segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembiayaan. Dalam membuat program periklanan manajer pemasaran harus selalu mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang disebut lima M


(30)

b) Money (uang): berapa banyak yang dapat di belanjakan ? c) Message (pesan): pesan apa yang harus disampaikan ? d) Media (media): media apa yang digunakan ?

e) Measurement (pengukuran): bagaimana mengevaluasi hasilnya ?

2.3.1 Tujuan Periklanan

Tujuan periklanan menurut Philip Kotler dan Kevin Keller (2008: 245) sebagai berikut:

a) Periklanan menjalankan sebuah fungsi informatif.

Dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada.

b) Periklanan menjalankan sebuah fungsi Persuasif

Dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa.

c) Periklanan menjalankan sebuah fungsi Pengingat

Dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa kembali. d) Periklanan menjalankan sebuah fungsi Penguatan

Dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat.


(31)

Setelah memutuskan tujuan periklanan, langkah selanjutnya adalah memutuskan anggaran periklanan untuk setiap produk.

Philip Kotler dan Kevin Keller, (2008:247) menyatakan ada lima faktor khusus yang perlu dipertimbangkan saat menetapkan anggaran periklanan :

a. Tahap dalam siklus hidup produk

Produk baru biasanya mendapat anggaran iklan yang besar guna membangun kesadaran dan mengupayakan pelanggan mencobanya. Merek- merek yang sudah mapan biasanya didukung anggaran iklan yang lebih rendah, sebanding dengan penjualannya.

b. Pangsa pasar dan Basis konsumen

Merek berpangsa pasar tinggi biasanya membutuhkan lebih sedikit pengeluaran iklan, dengan hanya sekian persen dari penjualan, guna mempertahankan pangsanya. Untuk memperbesar pangsa dengan meningkatkan ukuran pasar, diperlukan pengeluaran yang lebih besar. Berdasarkan biaya per impresi, akan lebih muran menjangkau konsumen suatu merek yang sudah digunakan secara luas daripada untuk menjangkau konsumen merek berpangsa kecil.

c. Persaingan dan Gangguan

Dalam pasar yang memiliki sejumlah pasar pesaing dan pengeluaran iklan yang tinggi, suatu merek harus diiklankan secara besar- besaran untuk didengar. Bahkan, gangguan yang sederhana pun dari iklan yang tidak langsung bersaing dengan merek tersebut akan menyebabkan kebutuhan iklan yang lebih besar.


(32)

Jumlah pengulangan yang diperlukan untuk menyampaikan pesan merek tersebut kepada konsumen mempunyai dampak penting terhadap anggaran iklan.

e. Daya Subtitusi Produk

Merek-merek dalam kelas komoditas memerlukan iklan besar-besaran untuk membangun citra yang berbeda. Periklanan juga penting jika suatu merek dapat memberikan manfaat atau tampilan fisik yang unik.

2.3.3. Pesan Periklanan

Iklan diadakan untuk memberi informasi dan membujuk. Isi komunikasi iklan adalah inti apa yang dapat dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering disebut kreatif, pesan atau isi iklan disebut pekerjaan kreatif. Iklan meliputi latihan menulis dan mendesain dalam kata-kata dan gambar, serta memerlukan kemampuan verbal maupun kemampuan menggambar yang memadai. Perbedaan antara satu iklan dengan iklan yang lain seringkali terletak pada pesan itu sendiri itulah arti komunikasi. Inti sari dari proses komunikasi kreatif sebagai berikut:

a. Menyepakati Brifing

Brifing kreatif akan bermanfaat dalam merumuskan apa yang dibutuhkan dalam pesan komunikasi. Brifing kreatif tersebut akan menentukan elemen-elemen utama yang dibutuhkan dan akan bertindak sebagai pedoman untuk pekerjaan kreatif selanjutnya.


(33)

Setelah Brifing tersebut disetujui, selanjutnya dirumuskan strategi yang akan menentukan arah umum iklan tersebut rencana keseluruhannya, atau atribut produk yang akan diketengahkan dan jenis janji atau bujukan yang akan dibuat. c. Penyusunan Konsep

Inti sebuah iklan adalah gagasan yang ada dibelakangnya, apa yang akan dikatakan pada khalayak. Gagasan utama yang merangkum keseluruhannya. Tema pesan, yaitu konsep iklan itu adalah titik pusat iklan tersebut. Kampanye iklan akan berlanjut atau batal, berhasil atau gagal, semua tergantung pada kekuatan atau kelemahan konsep dasarnya.

2.3.4 Pemilihan Media Iklan

Pemilihan media iklan sangat penting agar pesan yang disampaikan dalam iklan dapat efektif mencapai dan diterima konsumen sasaran.

Menurut (Kotler, 2005:588), seorang perencana di antara berbagai kategori media harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kebiasaan media dari konsumen sasaran

Dimana melihat faktor demografi serta jangkauan media terhadap konsumen sasaran.

b. Produk

Merek produk tertentu disesuaikan dengan kebutuhan akan peragaan produk ataupun hanya melalui audio, sehingga ditinjau apakah suatu media tertentu sudah bisa menjangkau dan membawa dampak yang cukup baik.


(34)

Pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut apakah berupa pemberitahuan atau pengumuman maka media televisi bisa digunakan namun berisi banyak data teknis maka membutuhkan media surat kabar atau majalah.

d. Biaya

Pertimbangan biaya sangatlah penting untuk menilai efektifitas iklan dimana dengan biaya tertentu dapat mencapai keberhasilan.

2.3.5. Media Televisi

Media televisi merupakan salah satu media iklan yang efektif untuk menyampaikan pesan iklan kepada konsumen potensial. Media televisi merupakan media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan iklan produk, positioning iklan tersebut dalam sela-sela program siaran televisi, maka semakin banyak waktu yang dihabiskan pemirsa untuk melihat iklan dalam media tersebut. Bentuk siaran dalam media televisi sangat tergantung dari berbagai bentuk siarannya, apakah merupakan bagian dari suatu sindikat, jaringan lokal, kabel atau bentuk lainnya. Bentuk iklan ditelevisi yaitu: Pensponsoran, partisipasi, pengumuman maupun announ cement.

Media televisi menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen dalam hal menciptakan kelenturan dengan mengkombinasikan audio visual sehingga iklan dapat dikemas dalam bentuk yang menarik. Iklan media televisi dapat mempengaruhi sikap dan persepsi konsumen sasaran dimana banyak konsumen potensial meluangkan waktu didepan televisi sebagai sumber berita dan informasi.


(35)

1. Pengertian Persepsi

Menurut (Philip Kotler, 2005:206) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu.

Persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tapi juga pada pengalaman dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya dimasa lampau atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan membentuk suatu pandangan yang berbeda sehingga, menciptakan proses pengamatan dalam perilaku pembelian yang berbeda pula. Makin sedikit pengalaman dalam perilaku pembelian, makin terbatas pula luasan interpretasinya. dan juga persepsi ini juga ada hubungannya antara rangsangan dengan medan yang mengelilingi dan kondisi dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.

Persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan


(36)

yang diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak. 2. Persepsi Produk/pesan

Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument) dan argumen yang menentang (counter argument).

Counter argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk. Konsumen lain ada yang mendukung argumen atau berpersepsi bahwa konsumen setuju atau sependapat dengan klaim dalam iklan. Argumen yang menolak berhubungan secara negatif dengan penerimaan pesan, semakin menolak pesan yang disampaikan maka penerimaan pesan juga akan semakin minimal. Sehingga indikasi bahwa pemrosesan informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan argumen yang mendukung ( support argument ).

3. Persepsi Sumber/Model Iklan

Persepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang mengkomunikasikan iklan. Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan


(37)

penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima apa yang model katakan.

Persepsi terhadap sumber/model tidak selalu negatif. Konsumen yang bereaksi baik terhadap sumber/ model iklan menghasilkan persepsi yang baik atau mendukung model iklan. Pembuat iklan dapat menyewa seorang pembicara atau model yang disukai oleh konsumen sasaran untuk membawa efek atas pesan yang disampaikan. Persepsi mengenai model iklan. Selain itu persepsi mengenai model iklan juga mempengaruhi pembentukan sikap konsumen sasaran terhadap sikap terhadap iklan. Sehingga secara tidak langsung persepsi mengenai sumber/model mempengaruhi minat beli konsumen melalui sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan. 4. Persepsi Terhadap Iklan

Persepsi terhadap iklan tertuju pada iklan itu sendiri. Pada saat melihat iklan, banyak konsumen yang tidak memperhatikan klaim produk dan atau pesan secara langsung, tetapi reaksi efektif menimbulkan perasaan terhadap iklan. Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan intonasi suara. Persepsi terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik. Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara langsung. Selain dengan ukuran suka tidak suka, reaksi afektif konsumen terhadap iklan, khususnya iklan komersial di televisi dapat diukur dengan pernyataan terhadap gaya, ide,


(38)

terhadap merek dan minat beli konsumen.

Perasaan konsumen tentang iklan sama petingnya dengan sikap mereka terhadap merek dalam penilaian keefektifan iklan. Pentingnya reaksi afektif dan perasaan yang tergambarkan dalam iklan tergantung pada beberapa faktor diantaranya kealamian iklan dan tipe pemrosesan informasi oleh konsumen.

a. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen.

Suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku. Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu objek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten, membagi sikap menjadi tiga komponen sebagai berikut:

a. Kognitif

Kognitif berhubungan dengan pengenalan dan pengetahuan obyek beserta atributnya. Pada saat konsumen menerima rangsangan sebuah iklan maka proses psikologi internal akan bekerja yang dihubungkan dengan pengaktifan indera.


(39)

Afektif memberikan tanggapan tentang perasaan terhadap obyek dan atributnya. Indra yang bekerja akan memberikan interpretasi terhadap sebuah objek atau dalam sebuah iklan adalah produk / merek dan bagian-bagian dari penayangan iklan itu sendiri.

c. Konasi

Dalam konasi seorang memiliki minat dan tindakan dalam sebuah perilaku. Bila tahap ini bekerja maka konsumen telah memiliki keputusan akan suara objek. dalam menjabarkan dimensi sikap sebagai berikut:

a. Valance

Mengaju pada sikap positif , sikap negatif, atau netral. b. Extermity

Keekstriman merupakan intensitas kesukaan dan ketidak sukaan. c. Resistance

Tingkat dimana sikap kebal terhadap perubahan. d. Persistence

Merefleksikan bahwa sikap dapat berubah secara perlahan-lahan/gradual. e. Konfidence

Tidak semua sikap berada pada tingkat keyakinan yang sama. 1. Sikap terhadap Iklan


(40)

iklan merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Sikap terhadap iklan sebagai berikut ”Attitude toward the ad is the consumer`s predisposition to respond favorably or anfavorably to a particular ad”. Yaitu sikap terhadap iklan adalah kecenderungan

konsumen menjawab dengan baik atau tidak baik iklan tertentu. Respon kognitif yang positif (support arguments dan source bolstering) umumnya akan menghasilkan sikap positif konsumen terhadap iklan: respon kognitif yang negatif (counterarguments dan source derogation) umumnya menghasilkan sikap negatif. Karena aspek afektif yang dominan maka sikap terhadap iklan diukur dalam efektif penerima pesan yang menilai baik-tidak baik suka-tidak suka, menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif, informati-tidak informatif.

Mowen dan Minor dalam Sri Handayani (2005:37) mengemukakan bahwa konsumen mengembangkan sikap terhadap iklan seperti terhadap merek, dan sikap terhadap iklan ini mempengaruhi sikap mereka terhadap merek. Sikap terhadap iklan mengacu pada kesukaan atau ketidaksukaan konsumen secara umum atas rangsangan iklan tertentu selama exposure iklan tersebut. Sikap terhadap iklan tergantung pada sejumlah fakor, termasuk isi iklan dan khayalan yang bersemangat, suasana hati konsumen, emosi iklan yang didapatkan konsumen, dan kesukaan konsumen atas progam TV dimana iklan disisipkan.

(Mowen dan Minor dalam Sri Handayani , 2005: 39) menyelidiki hubungan antara sikap terhadap iklan, emosi, tingkat khayalan iklan, sikap terhadap merek, dan


(41)

terhadap merek, yang kemudian juga mempengaruhi pilihan merek. 2. Sikap Terhadap Merek

Sikap terhadap merek kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif) secara konsisten. Evaluasi konsumen terhadap merek tertentu ini dimulai dari sangat jelek sampai sangat bagus. Sikap terhadap merek didasarkan pada skema tentang merek tersebut yang telah tertanam dibenak konsumen. seperti telah disebutkan diatas bahwa komponen sikap ada 3 yaitu: Kognitif, Afektif dan Konatif maka ketiga komponen sikap ini juga terdapat dalam sikap konsumen terhadap produk.

a. Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran).

b. Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen. Kepercayaan terhadap suatu merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek yang dipersepsikan oleh konsumen.

c. Kecenderungan untuk bertindak adalah komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya komponen ini dengan melihat maksud untuk membeli dari seorang konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.


(42)

mempengaruhi evaluasi terhadap merek. Evaluasi terhadap merek mempengaruhi maksud untuk membeli.

Mowen dan Minor dalam Aprilyana, (2009: 30) menyatakan bahwa semua model multi atribut yang berbeda telah dikembangkan untuk memprediksi sikap konsumen terhadap merek/objek, dimana satu model yang medapat paling banyak perhatian dari konsumen adalah model sikap terhadap merek/objek atau model Fishbein. Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang memprediksi sikap. Model pertama adalah kepercayaan utama yang dimiliki seseorang terhadap sebuah merek. Kepercayaan utama adalah kepercayaan terhadap atribut/merek yang diaktivasi ketika seseorang sedang mengevaluasi sikap terhadap merek. Kepercayaan utama biasanya memperhatikan atribut yang penting bagi konsumen. Komponen kedua dari model

Fishbein adalah kekuatan kepercayaan dimana merek memiliki atribut yang dipertanyakan kekuatan hubungan atribut produk biasanya dinilai dengan bertanya kepada konsumen. Komponen ketiga dari model Fishbein adalah mengevaluasi setiap atribut utama. Peringkan evaluasi ini memberikan penilaian tentang kebaikan/keburukan atribut utama.

2.4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan suatu penentuan apa yang akan dibeli atau tidaknya oleh konsumen Philip kotler, (2005:202).


(43)

pembelian. Keputusan pembelian akan hadir dalam suatu proses pembelian setalah mempertimbangkan adanya kebutuhan yang dirasa konsumen dan adanya kegiatan atau aktivitas lain yang dilakukan sebelum pembellian serta besarnya jumlah kemampuan dana yang dimiliki. Istilah keputusan pembelian menunjukkan arti kesimpulan terbaik individu konsumen untuk melakukan pembelian. (Philip kotler, 2005:201). Proses keputusan pembelian terdiri dari 5 tahap yaitu:

1. Pengenalan kebutuhan 2. Pencarian informasi 3. Evaluasi alternatif 4. Keputusan pembelian 5. Pasca pembelian

Konsep dasar keputusan pembelian meliputi komponen sebagai berikut:

a. Keadaan dasar yaitu sekumpulan peristiwa yang mempengaruhi hasil keputusan. b. Peluang yang berkaitan dengan keadaan dasar.

c. Sekumpulan kegiatan yang dilakukan olah pengambil keputusan. d. Sekumpulan manfaatnya dan biaya kombinasi keputusan mendasar

Salah satu keuntungan utama periklanan lewat televisi kemampuannya dalam membangun citra. Iklan televisi adalah kemampuan rotisi yang tinggi dan menampilkan pesan multimedia (suara, gambar dan animasi) yang dapat mempertajam ingatan.


(44)

pembelian dalam lima proses, yaitu: a. Pengenalan masalah

Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Konsumen menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan yang diinginkan. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam maupun luar dirinya. Para pemasar perlu mengenal faktor-faktor yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat konsumen. Para pemasar perlu meneliti konsumen untuk memperoleh jawaban, apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan bagaimana kebutuhan atau masalah itu menyebabkan seseorang mencari produk tertentu.

b. Pencarian

Setelah mengenal kebutuhan yang dihadapi, konsumen akan mencari informasi lebih lanjut atau mungkin tidak. Jika dorongan konsumen adalah kuat dan objek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan menjadi objek itu. Jika tidak kebutuhan itu akan mengendap dalam ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungan dengan kebutuhan.

c. Evaluasi alternatif

Setelah melalui tahap pencarian informasi, konsumen akan menghadapi sejumlah merek yang dapat dipilih. Pemilihan alternatif ini mulai dari suatu proses evaluasi alternatif tertentu. Sejumlah konsep tertentu akan memahami proses ini yaitu:


(45)

2. Konsumen akan mencari manfaat dari suatu produk.

3. Konsumen biasanya membangun seperangkat merek sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristiknya.

4. Konsumen diasumsikan memiliki sejumlah fungsi kegunaan atas setiap ciri. 5. Terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa pilihan merek melalui penilaian

konsumen ternyata menerapkan prosedur penilaian yang berbeda untuk membuat suatu pilihan di antara sekian banyak ciri-ciri objek.

d. Keputusan pembelian

Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan diantara merek yang tergabung dalam perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk suatu pilihan untuk membeli dan cendrung membeli merek yang disukai.

e. Perilaku pasca pembelian

Setelah member suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen akan melakukan kegiatan membeli produk, yang menarik bagi para pemasar. Tugas para pemasar belum selesai setelah produk dibeli oleh konsumen, namun akan terus berlangsung hingga periode pasca pembelian. Dalam kenyataannya lima tahapan di atas tidak selalu terjadi, karena ada perilaku pembeli yang tanpa melewati tahapan-tahapan tersebut, melompatinya atau menjalaninya tanpa urutan yang sesuai. Konsumen yang melewati kelima tahapan dalam proses pengambilan keputusan secara lengkap, biasanya adalah konsumen


(46)

lain, konsumen merupakan frst buyer. Setelah melakukan pembelian pertama konsumen akan menilai apakah produk yang telah ia beli memuaskan atau tidak. Penilaian ini akan mempengaruhi perilaku pasca pembelian. Jika merasa puas atas produk yang dibelinya, maka kemungkinan besar ia akan melakukan pembelian ulang (repeat buying) atas produk yang sama. Suatu repeat buying yang selalu dianggap mempunyai nilai tambah oleh si konsumen akan membuat konsumen semakin menggemari dan mempunyai prefernsi tersebut, dan ini adalah ciri-ciri telah tumbuh kesetiaan merek konsumen terhadap merek produk tersebut.

Arti preferensi konsumen disini adalah sikap konsumen memilih suatu produk tertentu, dan bukan merek lainnya. Sebagai akibat adanya kepuasan menggunakan merek tersebut dimasa lalu. Seorang repeat buying dalam proses pengambilan keputusan tidak perlu melewati tahapan secara lengkap. Dalam proses pengambilan keputusannya, setelah ia menyadari akan adanya suatu kebutuhan maka ia akan langsung membuat keputusan pembelian atas suatu produk tanpa harus melewati pencarian informasi dan pengevaluasi alternatif.

Struktur keputusan membeli penting untuk diketahui menentukan kebutuhan dan mempunyai keinginan akan produk tertentu tujuan struktur keputusan membeli yang dipengaruhi konsumen adalah sebagai berikut:

a. Keputusan tentang jenis produk

Konsumen dapat memutuskan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli produk X atau tujuan lain selain melakukan pembelian. Para pemasar harus memusatkan perhatian pada konsumen yang diharapkan memutuskan untuk membeli produk X


(47)

atau keperluan lain.

b. Keputusan tentang merek

Konsumen memutuskan merek yang akan diambil. Perusahaan mengetahui bagaimana konsumen, memilih sebuah merek. Misalnya berdasarkan informasi yang dihimpun, konsumen tersebut memilih untuk mendapatkan minuman merek X.

c. Keputusan tentang penjualan.

Konsumen memutuskan dimana akan membeli (toko serba ada, diswalayan, toko khusus dan lain-lain, termasuk pedagang besar atau pengecer). Harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.

d. Keputusan tantang jumlah produk

Konsumen memutuskan jumlah produk yang akan dibeli. Perusahaan harus mempertimbangkan banyaknya produk tersedia untuk konsumen sesuai keinginan konsumen yang berbeda-beda.

e. Keputusan tentang waktu pembelian

Konsumen memutuskan kapan harus membeli (kapan uang atau kesempatan tersedia), perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam penentuan waktu pembelian, yang juga mempengaruhi perusahaan dalam mengatur waktu produksi, pemesanan, periklanan dan sebagainya.

f. Keputusan tentang cara pembelian

Konsumen memutuskan mode pembelanjaan yang disukainya. Perusahaan harus mengetahui hal ini yang akan mempengaruhi dalam penawaran pembayaran (discount untuk tunai dan lain-lain).


(48)

3.1 Metode penelitian

Menurut (Sugiyono, 2012:5), metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Dalam penelitian ini menggunakan assosiatif. Assosiatif yaitu bentuk penelitian menggunakan minimal dua peubah yang dihubungkan. Metode assosiatif merupakan suatu penelitian yang mencari hubungan sebab akibat antara satu atau lebih peubah bebas dengan mengubah terikat. Hubungan kausal yaitu hubungan sebab akibat antara pengaruh intensitas tayangan iklan XL, terhadap keputusan pembelian di Bandar Lampung. 3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi menurut (Sugiyono, 2012:115), adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi


(49)

dalam penelitian ini adalah pengguna kartu XL di Bandar lampung adalah tidak terbatas dan tidak diketahui jumlah.

3.2.2. Sampel

Sampel menurut (Sugiyono, 2012:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Peluang kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk di pilih menjadi sampel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu menggunakan Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih. Karena pengguna kartu XL tidak mudah untuk ditemukan maka, sampel yang digunakan adalah sampling insidental yaitu teknik penentu berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila di pandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. (Sugiyono :2005,74). Sampel dalam penelitian ini adalah pelanggan XL di Bandar Lampung sebanyak 100 pelanggan XL.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut (Sugiyono,2012:58) manyatakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.


(50)

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi’antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Masri Singarimbun, 2001: 21). Ghozali (2006: 45) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (Constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Adapun variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1. Variable bebas yaitu intensitas tayangan iklan XL (X).

2. Variable terikat yaitu keputusan pembelian konsumen terhadap produk XL (Y).

3.4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan definisi yang diberikan kepada variabel- variabel yang digunakan atau yang akan diukur dalam penelitian ini, yaitu variabel intensitas tayangan dan keputusan pembelian. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Sub

Variabel

Definisi Variabel

Indikator Skala

Ukur

Kata-kata (X1)

Persepsi pemirsa terhadap kata-kata atau tulisan pada saat iklan ditayangkan

Menggunakan konsep AIDA - Tulisan kata-kata mudah dibaca - Penulisan kata-kata menciptakan

minat untuk mengetahui isi pesan - Penulisan kata-kata menumbuhkan

keingintahuan merek

-Kemudahan mengingat merek melalui kata-kata

Skala Interval


(51)

Iklan TV (X)

Gambar (X2)

Persepsi pemirsa terhadap gambar atau objek yang ditampilkan pada iklan

- Gambar yang disajikan menarik - Gambar yang disajikan

menciptakan minat untuk mengetahui isi pesan

- Penggunaan gambar menumbuhkan keingintahuan merek

- Kemudahan mengingat merek melalui gambar

Skala Interval

Gerakan (X3)

Persepsi pemirsa terhadap gerakan dari setiap adegan yang ditampilkan pada iklan

- Gerakan atau adegan terlihat alami dan menarik

- Gerakan atau adegan yang diperankan menciptakan minat untuk mengetahui isi pesan - Gerakan atau adegan yang

dilakukan menumbuhkan keingintahuan merek

- Kemudahan mengingat merek melalui gerakan

Skala Interval

Musik (X4)

Persepsi pemirsa terhadap irama atau lagu yang diperdengarka n pada iklan

- Musik yang dimainkan menarik untuk didengar

- Musik yang dimainkan menciptakan minat untuk mengetahui isi pesan

- Penggunaan musik menumbuhkan keingintahuan merek

- Kemudahan mengingat merek melalui music Skala Interval Keputu-san membeli (Y) Top of mind Brand recall Brand recognati on Unware of brand Sejauh mana sebuah merek dikenal, diingat, dan tertanam di dalam benak pelanggan

- Pikiran selalu tertuju pada merek XL

- Pikiran dapat kembali tertuju pada merek XL tanpa diingatkan - Pikiran dapat kembali tertuju pada

merek XL dengan diingatkan - Menyadari adanya merek XL

Skala Interval

Sumber: Kotler (2003:253) dan Rangkuti (2004:40)

3.5 Penentuan Skala Nilai

Pengumpulan data penellitian variable bebas, kueisioner dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan dengan lima alternatif jawaban yang disesuaikan dengan


(52)

tujuan dari pertanyaan atau penyataan tersebut. Untuk mengetahui pengaruh intensitas tayangan iklan dan keputusan pembelian, maka disediakan lima alternatif jawaban dengan masing-masing skor sebagai berikut:

- Jawaban Sangat Setuju (SS) di beri skor antara 81 100 - Jawaban Setuju (S) di beri skor 61 - 80

- Jawabann Ragu-Ragu (R) di beri skor 41 - 60 - Jawaban Tidak Setuju (TS) di beri skor 21 - 40

- Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) di beri skor 1 - 20

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Sugiyono,2012:193) teknik pengumpulan data adalah teknik pengujian data yang berkaitan dengan sumber dan cara untuk memperoleh data penelitian. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer yaitu melalui wawancara dan angket dan sumber sekunder yaitu melalui dokumentasi.

3.7 Uji Validitas dan Reabilitaas Alat Ukur Pengujian Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:40).


(53)

Uji validitas instrument dilakukan dengan menguji validitas konstruk melalui penggunaan analisis faktor. Validitas konstruk menunjukan seberapa valid hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukur atau indikator sesuai dengan konsep teori yang digunakan.

Penggunaan analisis faktor dilakukan, pertama-tama melihat nilai KMO-MSA

(Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequasi), dan nilai signifikansi Barlett.s Test of Sphericity kurang dari 0,05, untuk menilai atau menguji bahwa alat ukur yang digunakan memadai. Nilai MSA menurut Sarwono (2006:208) bahwa angka MSA adalah 0-1 dengan ketentuan:

Jika MSA = 1 maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.

Jika MSA ≥ 0,5 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut.

Jika MSA < 0,5 maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan dianalisi lebih lanjut sehingga harus dibuang.

Langkah analisis faktor berikutnya, adalah melihat faktor loading dari masing-masing item pertanyaan atau indikator. Validitas instrument dinilai berdasarkan kriteria nilai faktor loading item minimal 0,4 (Hair et al, 1998:648) dan Comrey dalam Jogiyanto (2007:124) menyatakan bahwa suatu indikator atau item membentuk suatu konstruk dengan valid dan benar, maka indikator atau item tersebut harus memuat skor yang tinggi atau nilai faktor loading memberikan nilai besar. Beberapa kriteria alat ukur dikatakan valid menurut Comery, yaitu:


(54)

Table 3 Kriteria Validitas pada Analisis Faktor

No Nilai Faktor Loading Kriteria

1 < 0,45 Tidak Valid

2 0,45-0,55 Cukup Valid

3 0,56-0,62 Valid

4 0,63-0,71 Sangat Valid

5 > 0,71 Memuaskan atau sangat sangat valid atau

validitas sangat tinggi Sumber: Jogiyanto (2007:124)

Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Gozali, 2006:41). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah uji statistik Alpha Cronbach.

Rumus Alpha Cronbach adalah :

Keterangan :

rii = Realibilitas Instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau soal b2 = Varians butir pertanyaan

t2 = Varians Total

Kriteria penilaian uji reliabilitas adalah (Gozali, 2006:42) :

Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut reliabel.


(55)

Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliabel

3.8 Alat Analisis

3.8.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan sebagai teknik untuk menganalisis permasalahan yang ada dengan melakukan pendekatan kualitatif berdasarkan teori periklanan dan Keputusan Pembelian.

3.8.2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis dengan menggunakan pendekatan atau rumus statistik. Dalam penelitian ini analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Setelah dilakukan pengintervalan data hasil kuesioner, maka analisis regresi dapat diakukan dengan menentukan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian a = Konstanta

b1-b4 = Koefisien regresi X1 = Kata-kata

X2 = Gerakan X3 = Gambar


(56)

3.8.2.1. Uji Asumsi Ekonometris

Sebelum menganalisis data dengan regresi linear berganda maka sebelumnya data tersebut harus memenuhi syarat uji asumsi ekonometris, meliputi:

a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogrov-Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, 2009:62).

b. UjiHeteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas adalah ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. UjiMultikolinearitas

Multikolinearitas artinya adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi atau singkatnya


(57)

dapat diartikan sebagai hubungan linear antara variabel eksplanatoris dari suatu model regresi adalah sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nila tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas, sebaliknya jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006:92).

3.8.2.2. UjiAsumsiStatistik a. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara keseluruhan. Nilai F selanjutnya dihitung pada tingkat kesalahan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (df)=(n-k) (k-1).

Kriteria penilaianya adalah sebagai berikut: Ho : b1 dan b2 dan b3dan b4 = 0

Artinya kata-kata (X1), gerakan (X2), gambar (X3), dan musik (X4) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian.

Ha : b1 dan b2 dan b3 dan b4 > 0

Artinya kata-kata (X1), gerakan (X2), gambar (X3), dan musik (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian.

Kaidah pengambilan keputusan: Ho diterima jika sig hitung ≥ α = 0,05 Ha diterima jika sig hitung < α = 0,05


(58)

b. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai t selanjutnya dihitung pada tingkat kesalahan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k).

Kriteria penilaiannya sebagai berikut: H0 : bi = 0

Tidak terdapat pengaruh kata-kata (X1), gerakan (X2), gambar (X3), dan musik (X4) secara parsial terhadap Keputusan Pembelian.

Ha : bi > 0

Terdapat pengaruh kata-kata, gerakan, gambar, dan musik secara parsial terhadap Keputusan Pembelian.

Kaidah pengambilan keputusan: H0 diterima jika sig hitung ≥ α = 0,05 Ha diterima jika sig hitung < α = 0,05


(59)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa “Tayangan iklan produk XL terdiri dari kata-kata, gambar, gerakan, dan musik berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian produk XL di Bandar Lampung”. Hal ini terlihat dari hasil uji koefisien determinasi yang menjelaskan bahwa variabel kata-kata, gambar, gerakan, dan musik secara bersama-sama mempengaruhi keputusan membeli XL sebesar R2 = 0,676 atau 67,60% dengan signifikansi sebesar 0,000.

5.1.1. Berdasarkan Analisis Kualitatif

Masyarakat yang tertarik terhadap iklan Televisi produk Xpada umumnya adalah masyarakat pada usia dewasa antara 20-25 tahun (25%) dengan tingkat

pendidikan Mahasiswa (40%). Sebagian besar masyarakat yang menjadi

responden berprofesi sebagai seorang mahasiswa dengan durasi menonton televisi 10-20 menit per hari (45%). Karakter masyarakat tersebut adalah masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan yang luas.

Sebagian besar jawaban yang diberikan masyarakat terhadap pernyataan yang terkait dengan variabel kata-kata, gambar, gerakan, dan musik adalah setuju, hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel yang menjadi indikator dari desain iklan


(60)

simultan.

5.1.2. Berdasarkan Analisis kuantitatif

Hasil analisis yang diperoleh secara kuantitatif sebagai berikut:

1. Variabel kata-kata pada iklan XLberpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen di Bandar Lampung dengan tingkat signifikan sebesar 0,003. 2. Variabel gambar pada iklan XLberpengaruh terhadap keputusan membeli

konsumenberpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen di Bandar Lampung dengan tingkat signifikan sebesar 0,000.

3. Variabel gerakan pada iklan XLberpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen berpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen di Bandar Lampung dengan tingkat signifikan sebesar 0,002.

4. Variabel musik pada iklan XLberpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen berpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen di Bandar Lampung dengan tingkat signifikan sebesar 0,002.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran yaitu:

5.2.1. Dengan mempertimbangkan cukup berartinya pengaruh tayangan iklan produk XL terhadap keputusan membeli konsumen, maka peneliti merekomendasikan kepada perusahaan agar lebih sering mengiklankan melalui televisi dan memperhatikan desain iklan yang akan digunakan. Dari hasil penelitian variabel kata-kata, gambar, gerakan, dan musik memiliki pengaruh yang signifikan untuk mempengaruhi keputusan


(61)

perusahaan memperhatikan keempat variabel tersebut sehingga dapat tercipta iklan yang efektif.

5.2.2. Berdasarkan data tabulasi, tanggapan responden terhadap variabel gambar, gerakan, dan musik masih ada yang netral, oleh karena itu peneliti menyarankan untuk mendesain keempat variabel tersebut lebih menarik lagi sehingga akan lebih menyentuh emosional penonton dan dapat menciptakan ketertarikan yang lebih besar.

5.2.3. Masih terdapat faktor lain di luar iklan yang dapat mempengaruhi keputusan membeli konsumen produk XL sebesar 67,6%, untuk itu Perusahaan dapat mencoba menggunakan media promosi lainnya seperti promosi penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung, dan penjualan perseoranganyang dapat meningkatkan keputusan membeli.


(62)

Desta Saputra, 2009. Analisis Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Membeli Kartu Xl Jempol Pada PT Excelcomindo Pratama Cabang Tanjung Karang Bandar Lampung. Universitass Lampung, Bandar Lampung. Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Cetakan

IV, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hackley, Chris, 2005, Advertising and Promotion: Communicating Brands, Sage Publications, London.

Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998, MultivariatDataAnalisis, Prentice Hall, New Jersey.

Indriantoro, Nur Dan Bambang Supono, 2002. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka, Jakarta. Jogiyanto, 2007, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta. Kotler, Philip, 2005. Manajemen Pemasaran jilid II. PT Indeks, Jakarta.

Kotler dan Keller, 2008. Manajemen Pemasaran, (alih bahasa Benyamin Molan). Penerbit PT Macanan Jaya Cemerlang, Jakarta.

Muhidin, Sumbas, Ali dan Maman Abdurahman.2007. Analisis Korelasi Regresi Dan Jalur Dalam Penelitian. Pustaka Setia, Jakarta.

Simamora, Bilson, 2003. Menekankan Pasar Dengan Pemasaran Efektif Dan Profitable. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Singarimbun, Mari, 2001, Metode Penelitian Survei, BPFE-UGM, Yogjayakarta Sugiono, 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfa Beta, Bandung.

Swasta, Basu dan Irwan.2002. Manajemen Pemasaran Moderen. Liberty, Yogyakarta.


(1)

dapat diartikan sebagai hubungan linear antara variabel eksplanatoris dari suatu model regresi adalah sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nila tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas, sebaliknya jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006:92).

3.8.2.2. UjiAsumsiStatistik a. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara keseluruhan. Nilai F selanjutnya dihitung pada tingkat kesalahan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (df)=(n-k) (k-1).

Kriteria penilaianya adalah sebagai berikut: Ho : b1 dan b2 dan b3dan b4 = 0

Artinya kata-kata (X1), gerakan (X2), gambar (X3), dan musik (X4) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian.

Ha : b1 dan b2 dan b3 dan b4 > 0

Artinya kata-kata (X1), gerakan (X2), gambar (X3), dan musik (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian.

Kaidah pengambilan keputusan: Ho diterima jika sig hitung ≥ α = 0,05 Ha diterima jika sig hitung < α = 0,05


(2)

44

b. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai t selanjutnya dihitung pada tingkat kesalahan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k).

Kriteria penilaiannya sebagai berikut: H0 : bi = 0

Tidak terdapat pengaruh kata-kata (X1), gerakan (X2), gambar (X3), dan musik (X4) secara parsial terhadap Keputusan Pembelian.

Ha : bi > 0

Terdapat pengaruh kata-kata, gerakan, gambar, dan musik secara parsial terhadap Keputusan Pembelian.

Kaidah pengambilan keputusan: H0 diterima jika sig hitung ≥ α = 0,05 Ha diterima jika sig hitung < α = 0,05


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa “Tayangan iklan produk XL terdiri dari kata-kata, gambar, gerakan, dan musik berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian produk XL di Bandar Lampung”. Hal ini terlihat dari hasil uji koefisien determinasi yang menjelaskan bahwa variabel kata-kata, gambar, gerakan, dan musik secara bersama-sama mempengaruhi keputusan membeli XL sebesar R2 = 0,676 atau 67,60% dengan signifikansi sebesar 0,000.

5.1.1. Berdasarkan Analisis Kualitatif

Masyarakat yang tertarik terhadap iklan Televisi produk X pada umumnya adalah masyarakat pada usia dewasa antara 20-25 tahun (25%) dengan tingkat

pendidikan Mahasiswa (40%). Sebagian besar masyarakat yang menjadi

responden berprofesi sebagai seorang mahasiswa dengan durasi menonton televisi 10-20 menit per hari (45%). Karakter masyarakat tersebut adalah masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan yang luas.

Sebagian besar jawaban yang diberikan masyarakat terhadap pernyataan yang terkait dengan variabel kata-kata, gambar, gerakan, dan musik adalah setuju, hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel yang menjadi indikator dari desain iklan


(4)

70

televisi mampu mempengaruhi keputusan membeli XL secara parsial maupun simultan.

5.1.2. Berdasarkan Analisis kuantitatif

Hasil analisis yang diperoleh secara kuantitatif sebagai berikut:

1. Variabel kata-kata pada iklan XLberpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen di Bandar Lampung dengan tingkat signifikan sebesar 0,003. 2. Variabel gambar pada iklan XLberpengaruh terhadap keputusan membeli

konsumen berpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen di Bandar Lampung dengan tingkat signifikan sebesar 0,000.

3. Variabel gerakan pada iklan XLberpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen berpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen di Bandar Lampung dengan tingkat signifikan sebesar 0,002.

4. Variabel musik pada iklan XLberpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen berpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen di Bandar Lampung dengan tingkat signifikan sebesar 0,002.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran yaitu:

5.2.1. Dengan mempertimbangkan cukup berartinya pengaruh tayangan iklan produk XL terhadap keputusan membeli konsumen, maka peneliti merekomendasikan kepada perusahaan agar lebih sering mengiklankan melalui televisi dan memperhatikan desain iklan yang akan digunakan. Dari hasil penelitian variabel kata-kata, gambar, gerakan, dan musik memiliki pengaruh yang signifikan untuk mempengaruhi keputusan


(5)

membeli oleh karena itu ketika akan merencang suatu iklan, sebaiknya perusahaan memperhatikan keempat variabel tersebut sehingga dapat tercipta iklan yang efektif.

5.2.2. Berdasarkan data tabulasi, tanggapan responden terhadap variabel gambar, gerakan, dan musik masih ada yang netral, oleh karena itu peneliti menyarankan untuk mendesain keempat variabel tersebut lebih menarik lagi sehingga akan lebih menyentuh emosional penonton dan dapat menciptakan ketertarikan yang lebih besar.

5.2.3. Masih terdapat faktor lain di luar iklan yang dapat mempengaruhi keputusan membeli konsumen produk XL sebesar 67,6%, untuk itu Perusahaan dapat mencoba menggunakan media promosi lainnya seperti promosi penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung, dan penjualan perseorangan yang dapat meningkatkan keputusan membeli.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

Desta Saputra, 2009. Analisis Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Membeli Kartu Xl Jempol Pada PT Excelcomindo Pratama Cabang Tanjung Karang Bandar Lampung. Universitass Lampung, Bandar Lampung. Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Cetakan

IV, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hackley, Chris, 2005, Advertising and Promotion: Communicating Brands, Sage Publications, London.

Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998, Multivariat Data Analisis, Prentice Hall, New Jersey.

Indriantoro, Nur Dan Bambang Supono, 2002. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka, Jakarta. Jogiyanto, 2007, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta. Kotler, Philip, 2005. Manajemen Pemasaran jilid II. PT Indeks, Jakarta.

Kotler dan Keller, 2008. Manajemen Pemasaran, (alih bahasa Benyamin Molan). Penerbit PT Macanan Jaya Cemerlang, Jakarta.

Muhidin, Sumbas, Ali dan Maman Abdurahman.2007. Analisis Korelasi Regresi Dan Jalur Dalam Penelitian. Pustaka Setia, Jakarta.

Simamora, Bilson, 2003. Menekankan Pasar Dengan Pemasaran Efektif Dan Profitable. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Singarimbun, Mari, 2001, Metode Penelitian Survei, BPFE-UGM, Yogjayakarta Sugiono, 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfa Beta, Bandung.

Swasta, Basu dan Irwan.2002. Manajemen Pemasaran Moderen. Liberty, Yogyakarta.