Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Proses Pelaksanaan Konseling Islam Dengan Assertive Training

Dalam mengatasi Sulitnya Bersosialisasi Dissosialisasi Pada Anak Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Proses konseling yang telah dilakukan oleh konselor dapat dilakukan dengan baik. Namun terapi yang dilakukan tidak sepenuhnya berjalan secara efektif dan efisien dikarenakan tempat yang kurang memadai. Karena juga ketika dalam proses terapi dilakukan di luar rumah dan itu ada lalu lalang orang, dan selain itu juga karena ramai. Padahal seharusnya terapi tersebut harus dilakukan ditempat yang nyaman dan tenang agar fikirannya pun bisa menjadi lebih tenang. Namun jika terapi tersebut akan dilakukan didalam rumah, rumahnya pun tidak layak dan selama peneliti melakukan pendampingan dan penelitian dengan klien peneliti tidak pernah sekalipun masuk kedalam rumahnya dan tahu bagaimana isi didalamnya. Proses konseling pun berjalan kurang efektif. Komunikasi yang dijalin dengan orang disekitarnya pun kurang baik. Karena ternyata orang tua klien pun jarang berada dirumah dan bersosialisasi dengan orang sekitar. Namun pada saat proses terapi klien diajak peneliti untuk bermain ke rumah tetangga klien yang dekat untuk melatih sosial pada klien. Proses terapi yang dilakukan dikatakan kurang efektif karena klien susah diajak berkomunikasi. Jadi dalam proses terapi yang dilakukan lebih banyak pada orang tuanya dan melibatkan orang tuanya. Seperti untuk digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memulai memfokuskan pada sesuatu, konselor meminta bantuan kepada ibu klien. Karena klien ini memiliki tingkat fokus yang tidak lama. Jadi dalam proses terapinya pun harus selalu didampingi oleh ibu dari klien tersebut. Sebenarnya jika proses konseling itu dapat dilakukan langsung secara face to face antara konselor dan klien saja, hasilnya akan lebih efektif. Namun meskipun dalam proses konselingnya melibatkan orang tua klien, ini tidak mengurangi semangat konselor untuk melakukan proses konseling dan hasil dari konselingnya pun tetap bagus. Proses yang dilakukan itu dapat terjalin dengan baik karena adanya kerjasama yang baik antara klien, peneliti, dan ibu dari klien tersebut. Dan ibunya pun membantu konselor untuk bisa memahamkan klien seperti apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Meskipun terkadang terjadi salah faham diantara peneliti dan klien, namun itu dapat diselesaikan dengan baik dengan adanya pemahaman yang lebih dari ibu kepada anaknya. Dalam proses terapi disini, konselor melakukan proses terapi pada gejala-gejala yang muncul karena klien sakit epilepsi. Dari gejala-gejala tersebut konselor berusaha membuat klien bisa tetap bersemangat menjalani hari-harinya, dapat mengurangi rasa sakit yang dideritanya, dapat mengontrol emosinya, dan gejala lainnya. Dalam semua proses terapi, semua kembali pada individu masing-masing, atau keluarga dari penderita tersebut. Bagaimana kesadaran keluarga terdekatnya mengenai penyakit ini dan langkah apa yang bisa diambil untuk membuat anaknya agar tidak semakin parah. Dan selain kesadaran dari keluarga perlu pula digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id adanya pelatihan atau penyuluhan yang dilakukan untuk keluarga yang didalam anggotanya terdapat yang terkena epilepsi, karena itu sangat penting untuk dilakukan agar penderita epilepsi pun dapat hidup normal seperti orang pada umumnya. Klien juga memerlukan semangat yang tinggi pula dari dalam dirinya sendiri. Karena mau seperti apapun konselor memberikan bantuan kepada klien, namun jika tidak ada niat dan keinginan dari klien itu sendiri maka terapi yang diberikanpun akan tidak mendapatkan hasil apa-apa. Kuncinya adalah keyakinan yang besar dari dalam diri klien untuk bisa merubah dan menjadi lebih baik. Dari proses yang terapi yang telah dilakukan diatas, ada beberapa evaluasi yang harus tetap dilakukan untuk klien. Diantaranya adalah dengan tetap melatih emosi klien, kemudian tetap membiasakan klien untuk bersosialisasi dengan banyak orang, kemudian dalam pelajaran membiasakan kepada klien untuk tetap belajar secara rutin agar dia mahir dalam berhitung dan membaca dan akhirnya dapat membaca dengan lancar. Evaluasi lainnya yang dapat dilakukan untuk perkembangan klien adalah dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatan klien namun juga tidak memberi batasan yang terlalu kepada klien agar klien mampu bereksplorasi dan mengembangkan bakat dirinya yang terpendam. Karena pada dasarnya klien memiliki bakat yang sangat baik. Dan lain daripada itu adalah dibutuhkan partisipasi dari orang terdekatnya yaitu orang tua, digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kakak, adik, atau keluarga lainnya. Pengasuhan yang lebih baik akan membuat klien pun semakin baik dan jauh lebih percaya diri. Karena dorongan dari orang terdekat itu lebih dibutuhkan, daripada orang lain yang berbicara namun dari orang terdekat tidak ada respon yang baik untuk merubahnya menjadi sesuatu yang lebih baik. Dalam pelaksanaan terapi juga lebih banyak melibatkan ibu dari klien karena klien tidak sepenuhnya dapat diajak untuk secara baik. Jadi disini yang masih perlu dilatih adalah bagaimana untuk bersosialisasi dengan orang lain. Karena ketika klien sudah sangat tergantung dengan salah satu dan tidak mau kepada orang lain, ketika dia kehilangan orang tersebut maka kasihan anak ini. Karena orang yang menjadi sandarannya tidak ada lagi dan dia akan putus asa. Berbeda halnya ketika sudah dibiasakan agar mampu bersosialisasi dengan orang lain, kehilanganpun pasti tetap ada namun dia masih bisa bersama dengan orang lain tanpa bergantung dengan satu orang saja.

C. Hasil Akhir Pelaksanaan Konseling Islam Dengan Assertive Training

Dalam mengatasi Sulitnya Bersosialisasi Dissosialisasi Pada Anak Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Hasil akhir dari proses konseling yang dilakukan kepada anak yang epilepsi dikatakan berhasil, karena terdapat perubahan menuju arah yang baik pada diri klien. Peningkatan yang terjadi meliputi adanya dampak positif dalam diri klien dengan semangat yang lebih tinggi dari

Dokumen yang terkait

MENGATASI PERILAKU TERISOLIR SISWA MENGGUNAKAN KONSELING BEHAVIOUR TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PEKUNDEN SEMARANG

18 153 136

KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKHNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN SELF CONFIDENT SEORANG GURU DI MA MIFTAHUL ULUM BENGKAK WONGSOREJO BANYUWANGI.

0 0 116

Bimbingan konseling Islam dengan terapi dzikir dalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri di Ngagel Surabaya.

0 0 133

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi ruyapuncture dalam mengentaskan migrain akibat stress seorang mahasiswa Malaysia di Surabaya.

0 1 138

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BEHAVIOUR DALAM MENGATASI KEBENCIAN SEORANG ANAK KEPADA AYAHNYA DI PERUMAHAN PONDOK JEGU TROSOBO SIDUOARJO.

0 2 92

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONSELING KELUARGA DALAM MENGATASI PELAKU CYBERBULLYING SEORANG REMAJA DI WONOCOLO SURABAYA.

1 3 103

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN SEORANG LESBI DI SEMOLOWARU SURABAYA.

0 4 112

Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Behavior Dalam Memotivasi Belajar Anak Penderita Dyslexia di Kelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Surabaya

0 0 15

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENANGANI RASA FRUSTASI SEORANG PENDERITA GAGAL GINJAL DI KELURAHAN KARANG PILANG SURABAYA

0 0 16

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENGATASI DEKADENSI KEIMANAN MAHASISWA DI SURABAYA

0 0 21