2,4-D 2,4-dichlorophenoxyacetic acid Kinetin 6-furfurylaminopurine

9

2.5.1. 2,4-D 2,4-dichlorophenoxyacetic acid

Auksin adalah sekelompok senyawa yang fungsinya merangsang pemanjangan sel-sel pucuk yang spektrum aktivitasnya menyerupai IAA indole- 3-acetic acid. Auksin yang paling banyak digunakan pada kultur in vitro adalah indole-3-acetic acid IAA, naphthalena acetic acid NAA, dan 2,4- dichlorophenoxyacetic acid 2,4-D. Jenis-jenis auksin yang lain seperti 2,4,5- trichlorophenoxyacetic acid 2,4,5-T, indole-3-butyric acid IBA, dan p- chlorophenoxyacetic acid 4-CPA juga merupakan senyawa yang efektif, tetapi penggunaannya tidak sebanyak jenis auksin yang disebut terlebih dahulu Zulkarnain, 2009. Zat pengatur tumbuh ZPT yang sering digunakan untuk menstimulasi pembentukan kalus dari golongan auksin adalah 2,4-D. Umumnya auksin meningkatkan pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar adventif. Dalam medium kultur, auksin dibutuhkan untuk meningkatkan embriogenesis somatik pada kultur suspensi sel. Konsentrasi auksin yang tinggi akan merangsang pembentukan kalus dan menekan morfogenesis George dan Sherrington, 1984. Auksin mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Secara umum auksin berperan dalam pembelahan sel, pemanjangan dan diferensiasi sel, serta sebagai sinyal antar sel, jaringan dan organ tanaman. Keberadaan auksin dalam medium akan mempengaruhi proses inisiasi dan pertumbuhan akar. Kombinasi dan konsentrasi auksin yang tepat dapat meningkatkan persentase kalus dan persentase akar planlet secara in vitro Riyadi dan Sumaryono, 2010.

2.5.2. Kinetin 6-furfurylaminopurine

Sitokinin merupakan nama kelompok hormon tumbuh yang sangat penting sebagai pemacu pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur jaringan. Seperti halnya pada auksin, selain sitokinin alami juga terdapat sintetisnya yang tergolong dalam zat pengatur tumbuh. Sitokinin mampu memacu pembelahan sel dan pembentukkan organ. Empulur batang tembakau jika dibiakkan pada media Universitas Sumatera Utara 10 dengan auksin dan hara yang tepat, akan membentuk massa sel yang tidak terspesialisasi, yang disebut kalus dan jika sitokinin ditambahkan akan memacu sitokenesis. Perbedaan nisbah sitokinin dan auksin yang tinggi akan mendorong perkembangan sel meristem tumbuh, berkembang menjadi kuncup, batang, dan daun Sandra, 2013. Sitokinin biasanya tidak digunakan untuk tahap pengakaran pada mikropropogasi karena aktivitasnya yang dapat menghambat pembentukan akar, menghalangi pertumbuhan akar, dan menghambat pengaruh auksin terhadap inisiasi akar pada kultur jaringan sejumlah spesies tertentu. apabila ketersediaan sitokinin di dalam medium kultur sangat terbatas maka pembelahan sel pada jaringan yang dikulturkan akan terhambat. Akan tetapi, apabila jaringan tersebut disubkulturkan pada medium dengan kandungan sitokinin yang memadai maka pembelahan sel akan berlangung secara sinkron George dan Sherrington, 1984. Sitokinin yang paling banyak digunakan pada kultur in vitro adalah kinetin, benziladenin BA atau BAP, dan zeatin. Zeatin adalah sitokinin yang disintesis secara alamiah, sedangkan kinetin dan BA adalah sitokinin sintetik. Zulkarnain, 2009. Kinetin adalah kelompok sitokinin yang berfungsi untuk pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Dalam pertumbuhan jaringan, sitokinin bersama dengan auksin memberikan pengaruh interaksi terhadap deferensiasi jaringan Nisa dan Rodinah, 2005.

2.6. Organogenesis