Tinggi Tunas Yang Terbentuk Pada Eksplan Bagian Basal

25 Pada konsentrasi 0 mgL K , 7 mgL K 3 dan 8 mgL K 4 memberikan pengaruh yang kecil terhadap jumlah tunas yang terbentuk, sedangkan konsentrasi 5 mgL K 1 memberikan pengaruh paling baik terhadap jumlah tunas yang terbentuk Lampiran H. Hal ini sejalan dengan penelitian Alam et al, 1998 melaporkan bahwa media MS + kinetin 5 mgl + NAA 0,1 mgL menghasilkan pertumbuhan tunas terbaik dari kalus padi indica kultivar vaidehi. Menurut Rainiyati et al, 2007 pembentukan tunas pada masing-masing eksplan berbeda- beda, baik dilihat dari waktu pertumbuhan maupun jumlah tunas yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi dari masing-masing kombinasi zat pengatur tumbuh yang diberikan.

4.4. Tinggi Tunas Yang Terbentuk Pada Eksplan Bagian Basal

Tinggi tunas yang terbentuk melalui inisiasi kalus menunjukkan respon yang bervariasi. Terdapat interaksi antara zat pengatur tumbuh 2,4-D dengan kinetin sehingga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tunas yang terbentuk. Perlakuan dengan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan kinetin pada taraf konsentrasi yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi organ yang terbentuk melalui inisiasi kalus Tabel 4.1.1. Tabel 4.4.1 Rata-rata tinggi tunas yang terbentuk dari kultur kalus pisang barangan pada eksplan bagian basal Tinggi Tunas Konsentrasi 2,4-D Konsentrasi Kinetin Rata-rata K K 1 K 2 K 3 K 4 D 0,00 ax 1,16 bx 0,33 ax 0,00 ax 0,00 ax 0,30 a D 1 0,00 ax 1,00 bx 0,50 abx 0,00 ax 0,00 ax 0,30 a D 2 0,00 ax 0,66 abx 0,50 abx 0,33 ax 0,00 ax 0,30 a D 3 0,00 ax 0,33 ax 0,66 abx 1,33 bx 0,83 abx 0,63 ab D 4 0,00 ax 1,50 cx 1,16 bcx 0,33 abx 0,66 abx 0,73 b Rata-rata 0,00 a 0,93 bc 0,63 b 0,40 ab 0,30 a F A: 2,4-D 3,458 F B: Kinetin 9,432 F A x B 2,102 Keterangan : - Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan p 0,05. p 0,05 ; ts : tidak signifikan. - D = 0 mgL, D 1 = 1 mgL, D 2 = 1,5 mgL, D 3 = 2 mgL, D 4 = 2,5 mgL, - K = 0 mgL, K 1 = 5 mgL, K 2 = 6 mgL, K 3 = 7 mgL, K 4 = 8 mgL. Universitas Sumatera Utara 26 Perlakuan dengan konsentrasi terbaik ditemukan pada interaksi 2,5 mgL 2,4-D dengan 5 mgL kinetin D 4 K 1 . Pada taraf interaksi antara 2,5 mgL 2,4-D dengan 5 mgL kinetin menunjukkan hasil tertinggi rata-rata tinggi tunas sebesar 1,50 cm. Tingginya rata-rata panjang tunas pada kombinasi perlakuan dengan taraf konsentrasi 2,5 mgL 2,4-D dan 5 mgL kinetin D 4 K 1 karena pada kombinasi perlakuan ini diperoleh hasil waktu tercepat dalam pembentukan tunas. Kecepatan terbentuknya tunas dari inisiasi kalus pada media kultur dipengaruhi oleh pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dengan kinetin yang sesuai. Ternyata dengan pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D pada taraf konsentrasi 2,5 mgL dengan 5 mgL kinetin D 4 K 1 mampu memacu kecepatan pembentukan tunas sehingga kombinasi perlakuan kedua zat pengatur tumbuh ini ikut juga mempengaruhi rata-rata tinggi organ tunas terbaik yang terbentuk. Hal ini tidak terlepas dari interaksi yang sinergis antara hormon auksin dan sitokinin. Kadang kala auksin dan sitokinin diberikan secara bersamaan pada medium kultur untuk menginduksi pola morfogenesis tertentu walaupun rasio yang dibutuhkan untuk induksi akar maupun tunas tidak selalu sama Zulkarnain, 2009. Adanya interaksi antara perlakuan zat pengatur tumbuh 2,4-D dengan kinetin pada taraf konsentrasi yang bervariasi ternyata memberikan pengaruh yang nyata dalam rata-rata jumlah tunas yang tumbuh. Berdasarkan hasil uji DMRT terhadap tinggi tunas yang terbentuk dengan menggunakan zat pengatur tumbuh 2,4-D diperoleh hasil yaitu konsentrasi 0 mgL D , 1 mgL D 1 dan 1,5 mgL D 2 memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi tunas yang terbentuk, tetapi konsentrasi 0 mgL D , 1 mgL D 1 dan 1,5 mgL D 2 berbeda nyata dengan konsentrasi 2,5 mgl D 4 . Konsentrasi 2 mgL D 3 dan 2,5 mgL D 4 memberikan pengaruh yang sama terhadap tunas yang terbentuk. Pada konsentrasi 0 mgL D dan 1 mgL D 1 dan 1,5 mgL D 2 memberikan pengaruh yang kecil terhadap tunas yang terbentuk, sedangkan konsentrasi 2,5 mgL D 4 memberikan pengaruh paling baik terhadap tinggi tunas yang terbentuk Lampiran G. Sejalan dengan penelitian Ali et al, 2013 pembentukan kalus embrionik dari bunga jantan pisang kultivar grand nain terbaik didapatkan dari Universitas Sumatera Utara 27 media MS yang ditambahkan dengan 2,4-D dengan konsentrasi 2 mgL dan dengan 4 mgL. Selanjutnya hasil uji DMRT terhadap tunas yang terbentuk dengan menggunakan kinetin diperoleh hasil yaitu konsentrasi 6 mgL K 2 , 7 mgL K 3 dan 8 mgL K 4 memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi tunas yang terbentuk, tetapi konsentrasi 0 mgL K dan 8 mgL K 4 berbeda nyata dengan konsentrasi 5 mgL K 1 , 6 mgL K 2 , 7 mgL K 3 . Konsentrasi 5 mgL K 1 dan 6 mgL K 2 memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi tunas yang terbentuk. Pada konsentrasi 0 mgL K memberikan pengaruh yang kecil terhadap tinggi tunas yang terbentuk, sedangkan konsentrasi 5 mgL K 1 memberikan pengaruh paling baik terhadap tinggi tunas yang terbentuk Lampiran G. Hal ini sejalan dengan penelitian Avivi dan Ikrarwati 2007 melaporkan bahwa pemberian kinetin dengan konsentrasi 5 mgL mampu menghasilkan tinggi tunas pisang abaca Musa textillis Nee dengan rata-rata 8,86 cm. Hal ini didukung dengan pernyataan Zulkarnain 2009 yang menyatakan kehadiran zat pengatur tumbuh sangat nyata pengaruhnya dalam teknik kultur jaringan. Lestari 2011 menyatakan zat pengatur tumbuh tanaman berperan penting dalam mengontrol proses biologi dalam jaringan tanaman. Dalam proses pembentukan organ seperti tunas atau akar ada interaksi antara zat pengatur tumbuh eksogen yang ditambahkan ke dalam media dengan zat pengatur tumbuh endogen yang diproduksi oleh jaringan tanaman. Penambahan auksin atau sitokinin ke dalam media kultur dapat meningkatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen di dalam sel, sehingga menjadi faktor pemicu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN