Waktu Pembentukan Tunas Pada Eksplan Bagian Basal

20

4.2. Waktu Pembentukan Tunas Pada Eksplan Bagian Basal

Perkembangan kalus dari eksplan yang berasal dari bonggol pisang barangan Musa acuminata L. pada penelitian ini membentuk tunas dengan menggunakan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan kinetin. Rata-rata pembentukan tunas terjadi pada hari ke 98 setelah inisiasi kalus. Kalus yang terbentuk pada eksplan bagian basal selanjutnya mengalami pertumbuhan dan membentuk tunas Gambar 4.2.1. Gambar 4.2 .1 Tunas yang terbentuk melalui inisiasi kalus A usia 30 hari; B usia 60 hari; C usia 83 hari; D usia 104 hari. Dari hasil penelitian rata-rata pembentukan tunas beberapa tingkat konsentrasi melalui inisiasi kalus memberikan kecepatan pertumbuhan yang bervariasi pada awal terbentuknya tunas pada media kultur Tabel 4.2.1. Inisiasi kalus pada media kultur dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh pada perlakuan A C D B Universitas Sumatera Utara 21 D 4 K 1 dan D 4 K 2 lebih cepat menginduksi pertumbuhan tunas pada hari ke 79. Pada media kultur dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh pada perlakuan D 3 K 1 dan D 3 K 2 membentuk tunas pada hari ke 87. Selanjutnya pembentukan tunas pada hari ke 94 terjadi pada media kultur dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh pada perlakuan D 2 K 1, D 2 K 2 dan D 2 K 3. Sementara pada media kultur dengan perlakuan D K 1 , D K 2, D 1 K 1 dan D 1 K 2 terjadi pembentukan tunas pada hari ke 102. Disusul pada hari ke 112 pembentukan tunas terjadi pada media kultur dengan perlakuan D 3 K 3 , D 3 K 4, D 4 K 3 dan D 4 K 4 . Tabel 4.2.1 Rata-rata saat pembentukan tunas dari kultur kalus pisang barangan pada eksplan bagian basal Hari Terbentuknya Tunas Konsentrasi 2,4-D Konsentrasi Kinetin Rata-rata K K 1 K 2 K 3 K 4 D 102 102 102 D 1 102 102 102 D 2 94 94 94 94 D 3 87 87 112 112 100 D 4 79 79 112 112 96 Rata-rata 93 93 106 112 Sementara pada perlakuan D K 3 dan D K 4 tidak terjadi pembentukan tunas. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh kinetin dengan konsentrasi yang lebih tinggi tanpa pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D tidak memberikan pengaruh terhadap pembentukan tunas. Menurut Rodinah et al, 2012 pembentukan tunas dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh sitokinin. Pemberian sitokinin dengan konsentrasi rendah dapat lebih cepat merangsang induksi tunas karena kandungan sitokinin endogennya sudah mencukupi. Kombinasi perlakuan dengan pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D pada konsentrasi 1 mgL dengan 7 mgL kinetin dan dengan 8 mgL kinetin D 1 K 3 dan D 1 K 4 dan 1,5 mgL 2,4-D dengan 8 mgL kinetin D 2 K 4 ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap pembentukan tunas, hal ini diduga karena perbandingan konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D yang sangat rendah, tidak seimbang dengan konsentrasi kinetin yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Nisa dan Rodinah 2005 mengatakan bahwa perlakuan dengan Universitas Sumatera Utara 22 kombinasi zat pengatur tumbuh NAA 1,2 mgL + kinetin 6 mgL dan dengan 9 mgL tidak dapat merangsang pembentukan tunas dari eksplan jantung pisang kultivar kepok, mauli dan raja, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi NAA dan kinetin yang kurang tepat dimana konsentrasi NAA sangat rendah dibandingkan dengan kinetin. Selanjutnya pada perlakuan D 1 K 0, D 2 K 0, D 3 K dan D 4 K tidak memberikan pengaruh terhadap pembentukan tunas. Hal ini menandakan bahwa pemberian hanya hormon auksin eksogen tidak mampu memacu hormon endogen yang dihasilkan oleh eksplan untuk merangsang pembentukan tunas. Zulkarnain 2009 menyatakan auksin berpengaruh menghambat pembentukan tunas adventif dan tunas aksilar, namun kehadirannya dalam medium kultur dibutuhkan untuk meningkatkan embriogenesis somatik pada kultur suspensi sel. Pada penelitian ini perlakuan kontrol tanpa pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dengan kinetin D K di dalam media kultur ternyata tidak dapat membentuk tunas. Ada kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya hormon endogen yang terdapat di dalam eksplan sehingga tidak mampu merangsang pembentukan tunas. Menurut Lestari 2011 dalam proses pembentukan organ seperti tunas atau akar sebaiknya ditambahkan zat pengatur tumbuh eksogen ke dalam media tumbuh untuk berinteraksi dengan zat pengatur tumbuh endogen yang diproduksi oleh jaringan tanaman. Pembentukan tunas yang lebih cepat terjadi pada media kultur dengan perlakuan 2,5 mgL 2,4-D dengan 5 mgL kinetin D 4 K 1 . Ini menunjukkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dengan konsentrasi 2,5 mgL sangat cocok berinteraksi dengan zat pengatur tumbuh kinetin pada konsentrasi terendah yaitu 5 mgL dalam mempercepat pembentukan tunas. Sejalan dengan penelitian Alamin et al, 2009 perlakuan dengan kombinasi NAA 2 mgL dengan kinetin 5 mgL pada multiplikasi tunas pisang kultivar bari dalam waktu 30 hari setelah inokulasi menghasilkan rata-rata tunas yaitu 1,75. Hal senada juga dinyatakan oleh Avivi dan Ikrarwati 2007 dalam penelitiannya dilaporkan bahwa pemberian kinetin dengan konsentrasi 5 mgL mampu menghasilkan jumlah tunas pisang abaca Musa textillis Nee dengan rata-rata 2,00. Universitas Sumatera Utara 23

4.3. Jumlah Tunas Yang Terbentuk Pada Eksplan Bagian Basal