Pengaruh Levarge Keuangan, Struktur Aktiva, Profitabilitas Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Sturktur Modal Pada Perusahaan Insdustri Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH LEVERAGE KEUANGAN, SRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

GUNAWAN HURIA SITUMORANG 080503109

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Leverage Keuangan, Sruktur Aktiva, Profitabilitas dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Industri Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 28 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,

NIM : 080503109 Gunawan Huria Situmorang


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena anugerah-Nya yang teramat besar sehingga Penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Leverage Keuangan, Sruktur Aktiva, Profitabilitas dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Industri Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dilaksanakan dalam memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, saran, motivasi, batuan dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama orang tua penulis ayahanda Basja Situmorang dan ibunda Lince Siagian. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Azhar Maksum, M.Ec. Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., SE., MAFIS., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Ketua Program Studi

S1-Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekrektaris Progam Studi S1-Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(4)

5. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak. selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan kritikan dan saran kepada penulis.

6. Ucapan terima kasih tulus saya kepada saudara-saudara yang selalu mendukung saya: Bang Roy, Kak Ria, Bang Benson, dan Kak Tantri. Terimakasih atas doa, semangat dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

7. Ucapan terima kasih kepada semua dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, seluruh rekan-rekan seperjuangan saya di Departemen Akuntansi FE USU. Terima kasih atas dukungan, kerjasama dan kebersamaan selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 28 Juli 2013 Penulis,

NIM: 080503109 Gunawan Huria Situmorang


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Struktur Modal ... 10

2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal ... 10

2.1.1.2 Teori Struktur Modal ... 11

2.1.1.3 Komponen Struktur Modal ... 16

2.1.2 Leverage ... 20

2.1.2.1 Jenis-jenis Leverage ... 22

2.1.3 Struktur Aktiva ... 24

2.1.3.1 Aktiva Lancar ... 25


(6)

2.1.4 Profitabilitas ... 27

2.1.4.1 Jenis-jenis Profitabilitas ... 28

2.1.5 Pertumbuhan Penjualan ... 29

2.2 Penelitian Terdahulu ... 30

2.3 Kerangka Konseptual ... 34

2.4 Hipotesis Penelitian... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Batasan Penelitian ... 37

3.3 Jenis & Sumber Data ... 38

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.5 Metode Pengambilan Data ... 41

3.6 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 34

3.6.1 Variabel Independen... 42

3.6.1.1 Leverage Keuangan ... 42

3.6.1.2 Struktur Aktiva ... 42

3.6.1.3 Profitabilitas ... 43

3.6.1.4 Pertumbuhan Penjualan ... 43

3.6.2 Variabel Dependen ... 44

3.7 Metode Analisis Data ... 45

3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik... 45

3.7.1.1 Uji Normalitas ... 46

3.7.1.2 Uji Multikolinieritas ... 48

3.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 49

3.7.1.4 Uji Autokorelasi ... 49

3.7.2 Pengujian Hipotesis ... 51


(7)

3.7.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 55

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 55

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 55

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 57

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 57

4.2.2.2 Uji Multikolonieritas ... 58

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 59

4.2.2.4 uji Autokorelasi ... 60

4.2.3 Analisis Regresi ... 61

4.2.3.1 Uji Koefesien Determinasi (R2) ... 61

4.2.3.2 Analisis Koefisien Determinasi ... 63

4.2.3.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 65

4.2.3.4 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 66

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 73

5.3 Saran ... 73


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leverage keuangan, struktur aktiva, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal perusahaan otomotif terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana jumlah populasi yang digunakan adalah sebanyak 48 perusahaan dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari laporan keuangan dan IDX Factbook yang diunduh dari www.idx.co.id

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya leverage keuangan dan profitabilitas secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal sedangkan struktur aktiva dan pertumbuhan penjualan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Bahwa secara simultan variabel leverage keuangan, struktur aktiva, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

. Data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Variabel dependen yang digunakan struktur modal sedangkan variabel independen yang digunakan adalah leverage keuangan, struktur aktiva, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda analisis statistik dan model regresi telah diuji asumsi klasik.

Kata Kunci : Struktur modal, leverage keuangan, struktur aktiva, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan


(9)

ABSTRACT

The research will study the impact of Financial Leverage, Assets Structure, Profitability and sales growth toward capital structure automotive companies at Indonesian Stock Exchange.

The design of this research is associative casual research. Sample in this research took by using purposive sampling method; where the total population was used as many as 12 companies and the samples used this research is 14 companies. Data were secondary data consisted of financial statement and IDX Factbook that downloaded from IDX website. The dependent variable used is capital structure, while the independent variables used financial leverage, assets structure, profitability and sales growth. Multiple regression technique used to analyze the data regression models were tested first in the classical assumption test. SPSS computer program is used to test in this research.

The results show that only financial leverage and profitability it self may have significant effect on capital structure. Asset structure and sales growth did not effect to capital structure significantly. Simultaneously, Financial Leverage, Assets Structure, Profitability and sales growth may have significant effect on capital structure.

Keywords : Capital Structure, Financial Leverage, Assets Structure, Profitability and sales growth


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 32

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 41

Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 45

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ... 56

Tabel 4.2 One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 57

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 59

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokolerasi ... 61

Tabel 4.5 Koefisien Regresi ... 62

Tabel 4.6 Koefisien Determinasi ... 64

Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 65


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 35 Gambar 4.1 Histogram ... 58 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 60


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saat ini, persaingan di dunia usaha baik di sektor industri maupun jasa semakin tajam. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan berupaya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan antara lain: menyesuaikan diri terhadap perubahan – perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar perusahaan serta mengupayakan agar setiap sumber daya yang dimiliki perusahaan digunakan secara efektif dan efisien. Salah satu fungsi terpenting dalam perusahaan adalah manajemen keuangan. Dalam manajemen keuangan, salah satu unsur yang harus dapat diperhatikan adalah mengenai seberapa besar kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan operasional dan mengembangkan usahanya.

Perusahaan memerlukan modal sebagai salah satu aspek penting yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan operasional dan untuk mengembangkan usahanya. Pemenuhan modal usaha tersebut dapat dilakukan dengan pendanaan. Kebutuhan pendanaan suatu perusahaan pada umumnya merupakan gabungan antara pendanaan jangka pendek dan jangka panjang. Kebutuhan dana jangka pendek berasal dari hutang lancar atau hutang jangka pendek, sedangkan kebutuhan dana jangka panjang misalnya dengan obligasi. Sumber dana perusahaan dapat dipenuhi melalui dua sumber pendanaan yaitu sumber dana internal dan sumber dana eksternal perusahaan. Dana intern adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu laba yang ditahan dan akumulasi depresiasi. Dana ekstern adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan (Riyanto, 2001). Dalam hal ini perusahaan harus mampu menghimpun dana secara efisien, dalam arti keputusan


(13)

pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Pemilik perusahaan melimpahkan tanggung jawab kepada pihak lain yaitu manajer dalam menjalankan kegiatan usahanya. Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer (keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan (Prabansari, 2005).

Struktur modal memiliki peran penting bagi perusahaan secara keseluruhan, karena dengan struktur modal, perusahaan dapat menilai kinerja perusahaan dan mampu mengambil keputusan untuk mengembangkan usahanya. Struktur modal perusahaan terdiri dari dua sisi, yaitu sisi hutang (liabilitas) dan sisi modal sendiri (ekuitas). Sisi hutang (liabilitas) merupakan sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari pihak eksternal berupa pinjaman. Sedangkan sisi modal sendiri (ekuitas) merupakan sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari pihak internal perusahaan.

Struktur modal secara langsung juga berpengaruh terhadap besarnya resiko yang ditanggung oleh pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001). Manajer harus mampu menghimpun modal baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan (Prabansari, 2005). Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang diambil manajer. Ketika manajer menggunakan hutang, biaya modal yang timbul adalah sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan yang dilakukan


(14)

secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan.

Besarnya struktur modal pada perusahaan tergantung dari banyaknya sumber daya yang diperoleh dari internal perusahaan maupun pihak eksternal berupa modal sendiri dan hutang. Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Ditinjau dari asalnya menurut Riyanto (2001:214), sumber dana dapat dibedakan menjadi sumber dana perusahaan intern dan sumber dana perusahaan ekstern. Dana intern adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu laba yang ditahan dan akumulasi depresiasi. Dana ekstern adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan.

Metode pemenuhan kebutuhan akan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan dengan hutang (debt financing). Sedangkan dana dari pemilik, peserta pengambil bagian dalam perusahaan akan menjadi modal sendiri perusahaan tersebut. Metode pemenuhan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan modal sendiri (equity financing).

Dalam keputusan manajemen untuk mendapatkan hutang dari kreditur (debt financing) ada beberapa variabel yang diduga mempengaruhi kreditur untuk mengucurkan hutang terhadap debitur yaitu variabel pertumbuhan penjualan diduga mempengaruhi kreditur dalam memberikan pinjaman dimana perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan dinilai mempunyai prospek baik dalam perkembangannya dan ini mengurangi resiko. Selanjutnya variabel struktur aktiva dimana semakin besar nilainya maka semakin mencukupi aset yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Variabel profitabilitas dimana kreditur bisa menilai apakah perusahaan (debitur) mampu membayar hutang yang dilihat dari keuntungan perusahaan. Dan yang terakhir variabel leverage keuangan dimana


(15)

semakin meningkatnya ketergantungan perusahaan terhadap perusahaan maka sangat dimungkinkan jumlah hutang akan semakin meningkat.

Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dengan demikian, tingkat leverage perusahaan, menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini leverage yang digunakan adalah leverage keuangan yang diukur dengan struktur keuangan, yaitu penggunaan seluruh utang untuk mendanai aktiva perusahaan. Pengertian leverage keuangan yang dikemukakan oleh Besley dan Brigham (2005, 382) yaitu “Financial leverage, which exists when a firm uses fixed income securities, such as debt and preferred stock, to raise capital”. Leverage keuangan tersebut tidak membedakan utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Penelitian mengenai pengaruh leverage keuangan terhadap struktur modal sebelumnya pernah dilakukan oleh Rafique (2011), Eman (2011), King dan Santor (2013).

Struktur aktiva menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aktiva diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal pernah dilakukan sebelumnya, antara lain Walmiaty (2008), Lestari (2010) dan Simanjuntak (2012).


(16)

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi struktur perusahaan, Profitabilits suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya. Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pernah dilakukan sebelumnya, antara lain Rafique (2011), Hafitz (2011), dan Simanjuntak (2012).

Pertumbuhan penjualan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Kinerja perusahaan yang semakin lama semakin baik ini tentu saja akan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan, baik untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Faktor ini sebelumnya pernah diteliti oleh Pernanta (2011) dan Eman (2011).

Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (Fixed Assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap dan aktiva lain yang sidatnya permanen. Perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri dari aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang. Jadi dapat dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI, perusahaan otomotif menarik untuk diamati karena memiliki tingkat penjualan dan laba yang cukup tinggi. Selama kurun waktu 2008-2011, dari perusahaan yang terdaftar di BEI, hanya dua perusahaan yang pernah mengalami tingkat penjualan dan laba yang negatif selama satu tahun yaitu 2008. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan otomotif di Indonesia cukup tinggi. Dalam terminologi bisnis, efek pengungkit (leverage) yang besar berarti perubahan kecil dalam tingkat penjualan


(17)

mengakibatkan peningkatan yang besar dalam laba operasi bersih. Dengan hadirnya leverage di dalam struktur modal sebuah perusahaan menendakan perusahaan tersebut menghimpun pendanaan dari luar perusahaan dengan harapan untuk meningkatkan laba dari perusahaan kedepannya.

Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan industri otomotif. Peneliti menilai perusahaan industri otomotif memiliki pangsa pasar dan jumlah konsumen yang cukup besar di Indonesia.

Industri otomotif nasional merupakan salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia. Industri otomotif memiliki mata rantai bisnis mulai manufaktur komponen, manufaktur kendaraan itu sendiri, jaringan distribusi dan layanan purna jualnya, baik bengkel resmi maupun umum, termasuk jaringan penjualan suku cadang di seluruh Indonesia. Di samping itu industri ini juga mengembangkan industri penunjang lainnya seperti pembiayaan dan asuransi. Dengan demikian mata rantai industri otomotif ini juga menciptakan peluang

kerja yang sangat besar bagi masyarakat. Peneliti tertarik untuk melihat

bagaimana pengaruh leverage keuangan, struktur aktiva, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal perusahaan saat krisis global terjadi dan pasca krisis global terjadi.

Penelitian ini mengunakan sampel perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI dengan alasan karena perusahaan otomotif merupakan kelompok usaha yang lebih dominan jumlah emiten di BEI dari segi pertumbuhan penjualan, laba bersih, aktiva, dan leverage keuangan sehingga hasil penelitian diharapkan mampu menggambarkan kondisi struktur modal sebenarnya pada pasar modal Indonesia.

Penelitian ini adalah replikasi dari model penelitian Lidia Simanjuntak. Penelitian ini mencoba untuk mempertegas konfirmasi dari observasi yang mengungkapkan adanya pengaruh Struktur Aset, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Penelitian Simanjuntak (2012) menggunakan data laporan keuangan selama tiga tahun periode


(18)

pengamatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dan jenis usaha yang diteliti yaitu manufaktur, sedangkan dalam penelitian ini yang digunakan yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dan jenis industri yang diteliti yaitu perusahaan otomotif. Perbedaan lainnya terletak pada variabel bebas dalam penelitian ini antara lain : Leverage Keuangan, Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Pertumbuhan Penjualan.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Leverage, Sruktur Aktiva, Profitabilitas Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah leverage keuangan mempengaruhi struktur modal perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah struktur aktiva mempengaruhi struktur modal perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah profitabilitas dan pertumbuhan penjualan mempengaruhi struktur modal perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah pertumbuhan penjualan mempengaruhi struktur modal perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian


(19)

1. Untuk mengetahui pengaruh leverage keuangan terhadap struktur modal perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal

perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur

modal perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi penulis, yaitu sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti.

2. Bagi perusahaan, yaitu sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk menentukan komposisi yang optimal terhadap struktur modal perusahaan dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat mencapai tujuan perusahaan.

3. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

4. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pihak pembaca untuk menambah literatur, wawasan dan bahan kajian mengenai struktur modal.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal

2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal

Struktur modal (capital Structure) berkaitan dengan penentuan bauran (mix) pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal mempunyai pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan (financial Structure). Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. “Struktur keuangan merupakan kombinasi bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan (sisi pasiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan” (Warsono, 2003 : 235).

“Struktur modal didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas yang ditetapkan perusahaan” (Mardiyanto , 2009:258). Sehingga ada perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing yang dimaksudkan disini adalah hutang yang dimiliki perusahaan. Sedangkan modal sendiri adalah laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali dan dapat juga berupa penyertaan kepemilikan perusahaan.

Menurut Munawir (2001) mendefenisikan “modal sebagai hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal


(21)

(modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya”.

Menurut Rodoni dan Ali (2010), “struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan”.

Untuk mengukur struktur modal pada penelitian ini digunakan rasio struktur modal yang disebut Debt to Assets Ratio (DAR). Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan utang jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan (Kasmir, 2008:156).

2.1.1.2 Teori Struktur Modal 1. Pendekatan Tradisional

Pendekatan ini pada mulanya dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952 (Sartono, 2008). Para ahli yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan (atau biaya modal perusahaan) bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur modal bisa diubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

Sartono (2008) berpendapat bahwa pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga satu leverage tertentu, resiko


(22)

perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik kd maupun ke relatif konstan. Namun demikian setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya, karena penggunaan utang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.

2. Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jansen dan William H. Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998:482 dalam Saidi, 2001) dimana agency theory mengemukaakn hubungan antara agent (manajer) dengan principal (keditur dan investor). Manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pedagang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai.

Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen.


(23)

Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi menurut (Horne dan Wachowic, 1998:482 dalam Saidi, 2001) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham. Menurut (Horne dan Wachowicz 1998:482 dalam Saidi, 2001): “ salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti tanggungan pemegang saham”. Sebagai misal, pemegang obligasi, mengantisipasi biaya pengawasan, serta membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham.

3. Balancing Theory

Berbagai faktor, seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax telah dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa suatu perusahaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Penjelasan tersebut termasuk dalam lingkup balancing theories. Esensi balancing theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar hutang akan bertambah. Tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar maka hutang tidak boleh lagi ditambah (Husnan dan Pujiastuti, 2004).

4. Pecking Order Theory

Disamping balancing theories, Myers dan Majluf (1984) dan Myers (1984) merumuskan teori struktur modal yang disebut pecking order theory. Disebut pecking order theory


(24)

karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini mendasarkan diri atas informasi asimetrik (asymmetric information), suatu istilah yangmenunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak (tentang prospek, resiko dan nilai perusahaan) daripada pemodal publik. Manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pemodal karena merekalah yang mengambil keputusan-keputusan keuangan, yang menyusun berbagai rencana perusahaan, dan sebagainya. Kondisi ini dapat dilihat dari reaksi harga saham pada waktu manajemen mengumumkan sesuatu (seperti peningkatan pembayaran deviden).

Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal financing yaitu perusahaan lebih cenderung menggunakan sumber pendanaan dari internal perusahaan yaitu hasil dari operasi berupa laba ditahan terlebih dahulu daripada dana eksternal dala aktivitas pendanaan. Hanya jika perusahaan tidak memiliki dana internal yang memadai, maka dana eksternal akan dipilih sebagai alternatifnya.

5. The Trade Off Model

Teori ini menjelaskan adanya hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan dan penggunan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan. Model ini merupakan penjabaran dari teori Modigliani-Miller yang menyatakan bahwa dalam keadaan pasar sempurna maka nilai perusahaan dengan menggunakan hutang sama dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Namun, mereka merevisi kembali dalam teori Modigliani-Miller II yang


(25)

menyatakan bahwa adanya pajak maka hutang akan menjadi relevan. Hal ini disebabkan bunga hutang yang dibayarkan akan mengurangi tingkat penghasilan yang terkena pajak, sehingga perusahaan akan mampu meningkatkan nilainya dengan menggnakan hutang.

Berlawanan dengan temuan tersebut, dalam kenyataannya tidak ada satu perusahaan pun yang akan menggunakan dana yang seluruhnya berasal dari hutang dalam jumlah besar. Model tersebut mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang timbul. Sehingga suatu struktur modal yang optimal akan dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan dari penggunaan hutang dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Konsep ini menjelaskan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan leverage akibat interest tax shield. Leverage akan terus meningkat hingga mencapai suatu titik ketika ekspektasi agency cost dan biaya kebangkrutan lebih besar daripada interest tax shield sehingga mengurangi nilai perusahaan.

2.1.1.3 Komponen Struktur Modal

Struktur modal berkaitan dengan perolehan sumber pendanaan perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Riyanto (2001), modal dibagi menjadi dua yaitu:

1. Modal Sendiri (Shareholder Equity)

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu, modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya. Modal sendiri terdiri dari dua


(26)

sumber yaitu sumber intern dan ekstern. Modal sendiri yang berasal dari dari sumber intern ialah dalam bentuknya keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.

Modal yang berasal dari pemilik perusahaan terdiri dari berbagai macam bentuk menurut bentuk hukum dari masing-masing perusahaan yang bersangkutan. Dalam PT modal yang berasal dari pemilik ialah modal saham. Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas terdiri dari,:

a. Modal Saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Perseroan Terbatas (P.T). Modal saham terdiri :

a) Saham Biasa

Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan, maka pemegang saham tidak mendapat dividen.

b) Saham Preferen

Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu di atas pemegang saham biasa. Pembagian dividen dari saham preferen diambilkan terlebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa. Apabila perusahaan dilikuidir, maka dalam pembagian kekayaan, saham preferen didahulukan daripada saham biasa.


(27)

c) Saham Preferen Kumulatif

Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Dengan demikian pemegang saham preferen kumulatif apabila tidak menerima dividen selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengizinkan atau karena adanya kerugian, pemegang jenis saham ini dikemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak untuk menuntut dividen-dividen yang belum dibayarkan di waktu lampau.

b. Cadangan

Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan. Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal sendiri. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri antara lain (Riyanto, 2011) : Cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs dan cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak terduga sebelumnya (cadangan umum).

Adapun cadangan yang tidak termasuk dalam modal sendiri antara lain ialah cadangan depresiasi, cadangan piutang ragu-ragu, dan cadangan yang bersifat hutang (cadangan untuk pensiun pegawai, cadangan untuk membayar pajak).

c. Laba Ditahan

Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh


(28)

perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan diatas. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning). Adanyakeuntungan akan memperbesar retained earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri.

2. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long Term Debt)

Modal asing/hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari:

a. Hutang Hipotik (Mortgage)

Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan) kecuali kapal dengan bunga, jangka waktu dan cara pembayaran tertentu.

b. Obligasi (Bond)

Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan. Modal asing/hutang


(29)

jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya– syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan sumber dana yang berasal dari modal asing/hutang jangka panjang tersebut. Meskipun, hutang tetap harus dibayar kembali pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungakan sebelumnya.

2.1.2 Leverage.

Ada hubungan yang sangat erat antara leverage dengan struktur modal dan pembelanjaan. Dengan hadirnya leverage di dalam struktur modal sebuah perusahaan menendakan perusahaan tersebut menghimpun pendanaan dari luar perusahaan dengan harapan untuk meningkatkan laba dari peusahaan kedepannya.

Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dengan demikian, tingkat leverage perusahaan, menggambarkan risiko keuangan perusahaan.

Dalam terminologi bisnis, efek pengungkit (leverage) yang besar berarti perubahan kecil dalam tingkat penjualan mengakibatkan peningkatan yang besar dalam laba operasi bersih. Rasio leverage digunakan untuk mengukur sebarapa jauh perusahaan di danai dengan utang. Perusahaan yang tidak menggunakan leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%.


(30)

Leverage itu sendiri menyangkut suatu kondisi yang baik dimana biaya stabil dan mengarah kepada sederetan besar tingkat keuntungan. Keputusan – keputusan tentang penggunaan leverage seharusnya menyeimbangkan hasil pengembalian yang lebih tinggi yang diharapkan dengan bertambahnya resiko dan konsekuensi yang dihadapi perusahaan jika mereka tidak dapat memenuhi pembayaran bunga atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini sama dengan rasio solvabilitas. Rasio sovabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi.

Perusahaan yang tidak solvabel yaitu perusahaan yang total utangnya lebih besar dari total asetnya. Rasio ini juga menyangkut stuktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan adalah bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya. Biasanya, aktivitas perusahaan didanai dengan utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal pemegang saham.

Menurut Brigham (2006:101), seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang akan memiliki tiga implikasi penting, yaitu :

1. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sakaligus membatasi investasi yang mereka berikan.

2. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor.

3. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka


(31)

pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leveraged).

2.1.2.1 Jenis-jenis Leverage

Didalam manajemen keuangan umumnya dikenal dua macam leverage, yaitu leverage operasi (operating leverage) dan leverage keuangan (financial leverage). Penggunaan kedua leverage ini dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada biaya asset dan sumber dananya. Dengan demikian, penggunaan leverage akan meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham. Sebaliknya leverage juga dapat meningkatkan resiko kerugian. Jika perusahaan mendapat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

1. Leverage Operasi (Operating leverage)

Timothy dan Joseph (2000:30) memberikan pengertian tentang leverage operasi sebagai “operating leverage refers to phenomenon where by a small change in sales triggers a relatively large change in operating income or earning before interest and tax”.

Dapat disimpulkan leverage operasi sebagai penggunaan aktiva dengan biaya tetap dengan harapan bahwa revenue atau penerimaan yang dihasilkan oleh pengguna aktiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel atau dengan kata lain yaitu suatu cara untuk mengukur resiko usaha dari suatu perusahaan. Biaya tetap tersebut misalnya, beban penyusutan gedung dan peralatan kantor, biaya asuransi dan biaya lain yang muncul dari penggunaan fasilitas manajemen.


(32)

Biaya operasi tetap, dikeluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pada seluruh biaya operasi yang tetap dan variabel.

2. Leverage Keuangan (Financial Leverage)

Leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar sehingga akan meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham atau memperbesar pendapatan per lembar saham, dengan menunjukan perubahan laba per lembar saham (Earning Per Share = EPS). Sebagai akibat perubahan laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Taxes = EBIT). Namun disisi lain perusahaan harus mempertimbangakan adanya peningkatan resiko dari penggunaan hutang tersebut. Hal ini karena adanya beban tetap berupa beban bunga yang akan menyertai pokok pinjaman.

Menurut Sartono (2001:263) menyatakan bahwa :

“Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.”

Menurut Timothy dan Joseph (2000:3) menyatakan bahwa “Financial leverage is the additional volatility of net income caused by the presence of fixed cost funds ( such fixed rate debt) in the firm capital structure”.

Menurut Riyanto (1995:375) menyatakan bahwa “Financial leverage yaitu penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan perlembar saham”.


(33)

Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa leverage keuangan adalah penggunaan dana berupa hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan dimana disertai dengan kewajiban membayar beban tetap berupa bunga pinjaman dengan harapan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2.1.3 Struktur Aktiva

Aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Kedua unsur aktiva ini akan membentuk struktur aktiva. Struktur aktiva suatu perusahaan akan tampak dalam sisi sebelah kiri neraca. Struktur aktiva juga disebut struktur aset atau struktur kekayaan. Struktur aktiva atau struktur kekayaan adalah “Perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap” (Riyanto, 2008 : 22). Selanjutnya yang dimaksud dengan artian absolut adalah perbandingan dalam bentuk nominal, sedangkan yang dimaksud dengan artian relatif adalah perbandingan dalam bentuk persentase.

Sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan berapa besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva yang harus dimiliki. Karena hal ini menyangkut seberapa besar dana yang dibutuhkan yang berkaitan langsung dengan tujuan jangka panjang perusahaan.

2.1.3.1 Aktiva Lancar

Aktiva lancar adalah bagian dari struktur aktiva. Aktiva lancar umumnya memiliki umur ataupun tingkat perputaran yang relatif singkat yang biasanya kurang dari satu tahun. Djarwanto (2004:25), membagi aktiva lancar sebagai berikut :


(34)

1. Kas, yaitu berupa uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.

2. Investasi jangka pendek (temporary investment), yaitu berupa obligasi pemerintah, obligasi perusahaan-perusahaan industri dan surat-surat hutang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali, dikenal dengan investasi jangka pendek.

3. Wesel tagih (notes receivable), yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes.

4. Piutang dagang (account receivable), meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseroan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.

5. Penghasilan yang masih akan diterima (accrual receivable), yaitu penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.

6. Persediaan barang (inventories), yaitu barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca.

7. Biaya yang dibayar dimuka, yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan.

2.1.3.2 Aktiva Tetap

Menurut defenisinya, aktiva tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga penanaman modal dalam aktiva tetap adalah investasi jangka panjang. Bagi perusahaan industi aktiva tetap menyerap sebagian besar dari modal yang ditanamkan dalam


(35)

perusahaan. Namun hal ini tidak berlaku mutlak untuk semua jenis perusahaan. Jumlah aktiva tetap yang ada dalam perusahaan juga dipengaruhi oleh sifat atau jenis dari proses produksi yang dilaksanakan.

Sama halnya dengan investasi dalam aktiva lancar, investasi dalam aktiva tetap juga pada akhirnya mengharapkan tingkat pengembalian yang optimal atas dana yang sudah diinvestasikan. Bagi perusahaan industri, aktiva tetap merupakan power untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal. Proporsi aktiva tetap yang lebih besar atas aktiva lancarnya akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian. Syamsuddin (2007:409) menjelaskan bahwa, “Aktiva tetap sering disebut sebagai the earning assets (aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan) oleh karena aktiva-aktiva tetap inilah yang memberikan dasar bagi earning power perusahaan”.

2.1.4 Profitabilitas

Riyanto memberikan pengertian profitabilitas sebagai “kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periade tertentu”. Dimana masing-masing pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran itu memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungan dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan, didalam akuntansi digunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodik dengan didasarkan pada pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya - biaya sebagai elemen yang membentuk laba atau rugi dalam suatu periode.

Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk memperoleh laba untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan


(36)

bukan hanya dilihat dari besarnya laba yang diperoleh atau dihasilkan oleh perusahaan, tetapi hal ini haru dihubungkan dengan jumlah modal yang digunakan untuk memperoleh laba yang dimaksud. Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas adalah lebih penting dari persoalan laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung tingkat profitabilitasnya.

Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memprbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk meningkatkan profitabilitasnya. Berhubung dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik profitabilitas maksimal dari pada laba maksimal. Oleh karena itu semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka mencerminkan bahwa semakin tinggi tingkat efesiensi perusahaan.

2.1.4.1 Jenis-jenis Profitabilitas 1. Profitabilitas Ekonomi

Menurut Riyanto (2001) mendefinisikan profitabilitas ekonomi sebagai “perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dengan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase”. Dengan demikian profitabilitas ekonomi menujukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya. Modal yang dipergunakan dalam menghitung profitabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja dalam perusahaan demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas ekonomi hanya laba yang berasal dari operasi perusahaan operating profit. Oleh karena itu, laba yang diperoleh diluar perusahaan atau dari efek tidak


(37)

diperhitungkan dalam menghitung profitabilitas ekonomi, bagi perusahaan disamping laba profitabilitas merupakan masalah yang penting karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah dapat bekerja secara efesien. Efesiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan dengan modal yang digunakan.

2. Profitabilitas Modal Sendiri

Profitabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah “perbandingkan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri” (Riyanto, 2001). Laba yang dimaksud di sini adalah laba usaha setelah dikurangi bunga modal asing dan pajak penghasilan (earning after tax). Penambahan modal asing atau modal sendiri tentunya akan mempunyai dampak bagi profitabilitas modal sendiri tersebut. Penambahan modal asing akan berdampak menguntungkan apabila rate of return dari pada tambahan modal asing tersebut lebih besar dapat dibenarkan apabila profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih besar daripada profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri. Sebaliknya, penambahan modal asing akan berdampak merugikan apabila rate of return daripada tambahan modal asing tersebut lebih kecil dari bunga atau dengan kata lain bahwa tambahan modal asing tidak dibenarkan apabila profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih kecil daripada profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri.

2.1.5 Pertumbuhan Penjualan

Brigham dan Houston (2001; 39) mengatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih


(38)

banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Penelitian empiris yang telah dilakukan antara lain oleh Eman dan Pernanta (2011) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth) merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Semakin tinggi pertumbuhan penjualan perusahaan akan lebih aman dalam menggunakan hutang sehingga semakin tinggi struktur modalnya.

Menurut Indrawati dan Suhendro (2006) perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung kepada external capital dikarnakan internal fund perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan yang tinggi, lebih lanjut floting cost untuk mengeluarkan saham lebih tinggi dibandingkan dengan mengeluarkan obligasi. Dengan demikian maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi akan lebih banyak mengeluarkan surat hutang dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat penjualannya rendah.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitian.

Rafique (2011) dalam jounal of economics and finance dengan menganalisis Effect of Profitability and Financial Leverage on Capital Structure. Penelitian ini menguji hubungan profitability dan financial leverage sebagai variabel independen terhadap capital structure sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profitability memiliki hubungan negatif dengan struktur modal. Sedangkan Financial Leverage memiliki hubungan positif dengan struktur modal.

Ali Kesuma (2009) dalam penelitiannya menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham


(39)

Perusahaan Real Estate Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan pertumbuhan penjualan dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal maupun harga saham. rasio hutang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Pertumbuhan penjualan, struktur aktiva, dan struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Situmorang (2010) dalam penelitiannya menguji pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ketiga variabel independen mempengaruhi struktur modal. Secara parsial struktur aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

Mas’ud (2008), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan. Mas’ud (2008) menggunakan data sekunder berupa data-data keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2003-2005. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa profitability, size, growth opportunity, asset structure, dan cost of financial distress berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan non debt tax shield tidak berpengaruh signifikan terdahap struktur modal.

Lidia Simanjuntak (2012) ), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Aset, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Lidia (2012) menggunakan data sekunder berupa data-data keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.


(40)

Sedangkan struktur aset, ukuran perusahaan dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terdahap struktur modal.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO JUDUL PENELITI VARIABEL HASIL

1 Pengaruh StrukturAset, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Lidia Simanjuntak (2012) Variabel independen: pengaruh struktur aset, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur perusahaan. Variabel dependen: Struktur Modal Pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

struktur modal. Sedangkan struktur aset,

ukuran perusahaan dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terdahap struktur modal

2 Effect of

Profitability and Financial Leverage on Capital Structure: A Case of Pakistan’s Automobile Industry Mahira Rafique (2011) Variabel independen: Profitability

dan Financial Leverage. Variabel dependen: Capital Structure Profitability tidak mempunyai pengaruh terhadap Capital Structure. Sedangkan

Financial Leverage

berpengaruh signifikan terhadap Capital Structure.

3 Impact of Firm Characterist c on Capital Structure of Iranian Listed Firms Mehdi Ebadi, Chan Kok Thim, dan Yap Voon Choong Variabel independen : likuidity, profitability, tangibility, growth, business risk Variabel

Likuidity, profitability, tangibility, growth, business risk

berpengaruh signifikan terhadapStruktur modal


(41)

(2011) dependen : Struktur modal

4 Pengaruh

Struktur Aset, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Situmorang (2010) Variabel Independen: Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan. Variabel Dependen: Struktur Modal

Secara parsial: struktur asset berpengaruh signifikan terhadap stuktur modal. Sedangkan profitabilitas

dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Secara simultan struktur asset, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.

5 Analisis

Faktor yang Mempengaruh i Struktur Modal serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate

yang Go Public di BEI

Ali Kesuma (2009) Variabel independen : Pertumbuhan penjualan, struktur aktiva, profitabilitas, rasio utang. Variabel dependen: Struktur modal, harga saham. Pertumbuhan penjualan dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal maupun harga saham.

Rasio hutang berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Pertumbuhan penjualan, struktur aktiva, dan struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 6 Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan Masdar Mas’ud (2008) Variabel independen: profitability, size, growth opportunity, asset structure, non debt tax shield dan cost of financial

Profitability, size, growth opportunity, asset structure, dan cost of financial distress

berpengaruh signifikan terhadapstruktur modal. Sedangkan non debt tax shield tidak berpengaruh


(42)

distress Variabel dependen:

Leverage

signifikan terdahap struktur modal

Sumber : Skripsi dan jurnal yang dipublikasikan 2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dan variabel terikat. Menurut Indriantoro dan Supomo (2000), kerangka konseptual merupakan dasar pemikiran peneliti untuk dikomunikasikan dengan orang lain sehingga hasilnya dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan direplikasi atau dieksistensi oleh peneliti yang lain.

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Struktur Modal (DAR)

(Y) Struktur Aktiva (ASV) (X2)

Leverage Keuangan (DER) (X1)

Pertumbuhan Penjualan (X4) Profitabilitas (ROA) (X3)


(43)

Mengacu pada beberapa penelitian mengenai struktur modal yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, maka variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen berupa struktur modal perusahaan yang diproksikan sebagai DAR. Variabel independen dalam penelitian ini hanya berupa leverage keuangan, struktur aktiva profitabilitas dan pertumbuhan penjualan sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Erlina (2007:41) adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membukt ikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini, hipotesis yang dapat dikemukakan berdasarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

H1: Leverage Keuangan secara parsial berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

H2: Struktur Aktiva secara parsial berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal H3: Profitabilitas secara parsial berpengaruh positif terhadap Struktur Modal H4: Pertumbuhan Penjualan secara parsial berpengaruh p negatif terhadap Struktur Modal

H5: Leverage Keuangan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Krathwohl dalam Erlina (2007 : 62) : ”Desain penelitian merupakan suatu rencana dan struktur penelitian yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam rencana tersebut tercakup hal-hal yang dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai kepada analisis data akhir”.

Desain penelitian yang digunakan penulis adalah desain asosiatif, untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2001 : 63). Penelitian ini menguji pengaruh leverage keuangan, struktur aktiva, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal.

3.2 Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian perlu dilakukan dengan tujuan agar pokok penelitian yang diteliti tidak terlalu melebar dari yang sudah ditentukan. Peneliti dalam hal ini membatasi penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan hanya pada perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Periode penelitian dibatasi dari tahun 2008-2011.

3. Pengukuran variabel untuk keempat variabel independen yaitu Debt to Equity Ratio (Long Term Debt/Total Common Equity), Asets structure Value (Fixed Assets/Total Assets), Return on Asset, dan Pertumbuhan Penjualan.


(45)

4. Rasio yang digunakan untuk mengukur variabel dependen adalah Debt to Assets Ratio (Total Debt/Total Assets).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan penulis adalah data time series dan cross section yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka (Kuncoro, 2003 : 124), dan merupakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003 : 127). Data sekunder untuk penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan situs resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id berupa laporan keuangan sampel perusahaan yang dipublikasikan. Data yang dibutuhkan adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variable penelitian, yaitu :

1. Informasi mengenai jumlah ekuitas biasa perusahaan. 2. Informasi mengenai hutang jangka panjang perusahaan. 3. Informasi mengenai aktiva perusahaan.

4. Informasi mengenai laba bersih perusahaan 5. Informasi mengenai penjualan perusahaan.

Data tersebut dikumpulkan secara runtut waktu (time series) yaitu data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan secara silang tempat (cross section) yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik tertentu yang disebut dengan pooling data dengan combined model (Kuncoro, 2003 : 125). Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 14 perusahaan industri otomotif (section) selama periode waktu 4 tahun (series) yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.


(46)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003 : 103). Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan industri otomotif yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2011 dengan laporan perdagangan saham yang lengkap sebanyak 14 emiten.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2005). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria dengan pertimbangan judgement sampling (Jogiyanto, 2004:79). Adapun kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2008-2011. 2. Perusahaan tersebut tidak sedang dalam proses delisting.

3. Perusahaan tersebut telah melaporkan laporan keuangan periode 2008-2011.

4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dan rasio secara lengkap sesuai dengan variabel yang akan diteliti berdasarkan sumber yang digunakan yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

NO. KODE NAMA PERUSAHAAN KRITERIA SAMPEL 1 2 3 4


(47)

1 SQMI PT Allbond Makmur Usaha Tbk

× × × √

2 ACAP PT Andhi Chandra Automotive Prod. Tbk

× × × √

3 ASII PT Astra International Tbk √ √ √ √ 1 4 AUTO PT Astra Otoparts Tbk √ √ √ √ 2 5 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk √ √ √ √ 3 6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk √ √ √ √ 4 7 BRAM PT Indo Kordsa Tbk √ √ √ √ 5 8 IMAS PT Indomobil Sukses

Internasional Tbk

√ √ √ √ 6

9 INDS PT Indospring Tbk √ √ √ √ 7

10 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ √ √ 8 11 MASA PT Multistrada Arah Sarana

Tbk

√ √ √ √ 9

12 NIPS PT Nipress Tbk √ √ √ √ 10

13 PRAS PT Prima Alloy Steel Tbk √ √ √ √ 11 14 SMSN PT Selamat Sempurna Tbk √ √ √ × 12

Sumber : Diolah penulis, 2013

Jumlah perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2011 adalah sebanyak 14 emiten. Berdasarkan kriteria penarikan sampel yang telah dilakukan, terdapat 12 emiten yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian NO KODE Nama Perusahaan


(48)

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 3 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk 4 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 5 BRAM PT Indo Kordsa Tbk

6 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 7 INDS PT Indospring Tbk

8 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk

9 MASA PT Multistarada Arah Sarana Tbk 10 NIPS PT Nipress Tbk

11 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk. 12 SMSN PT Selamat Sempurna Tbk

Sumber : Diolah penulis, 2013 3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada benda-benda tertulis (Arikunto, 2002). Metode ini dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari dokumen-dokumen serta mencatat data tertulis yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengambil data laporan keuangan perusahaan industri otomotif yang go-public di Bursa Efek Indonesia dari internet dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) serta

3.6 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Defenisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya variable yang digunakan dalam penelitian ini teridiri dari variabel independen dan variabel dependen.


(49)

3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2006). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.5.1.1 Leverage Keuangan

Rasio leverage menggambarkan kontribusi pemilik (pemodal atau pemegang saham) dibandingkan dengan dana yang berasal dari kreditor (Rahardjo, 2005). Rasio leverage antara lain adalah Debt to Asset Ratio dan Debt Equity ratio. Penelitian ini menggunakan Debt Equity Ratio (DER) untuk mengukur leverage. Skala yang digunakan adalah rasio dan dirumuskan :

3.5.1.2 Struktur Aktiva

Trisna (2011) menggunakan rasio persediaan terhadap total asset sebagai proksi untuk mengukur struktur aktiva. Proksi pengukuran aktiva adalah hasil bagi persediaan dengan total aktiva. Aktiva yang dimaksud adalah aktiva yang berhubungan dengan struktur modal perusahaan, terutama aktiva tetap.

Skala yang digunakan adalah rasio yang diubah menjadi desimal, dan dirumuskan :


(50)

3.5.1.3 Profitabilitas

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham (Fahrizqi, 2010). Profitabilitas perusahaan diukur dengan Return On Asset (Belkaoui dan Karpik, 1989; Heckston dan Milne, 1996). Return On asset (ROA) merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

ROA dapat menggunakan dirumuskan sebagai berikut:

3.5.1.4 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan adalah perubahan penjualan perusahaan yang diukur berdasarkan perbandingan antara total penjualan periode sekarang (sales t) minus periode sebelumnya (sales t-1) terhadap total penjualan periode sebelumnya (sales t-1).

Tingkat pertumbuhan penjualan dapat dirumuskan sebagai berikut:

3.5.2 Variabel Dependen

Variable dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal yang di


(51)

proyeksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR). Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio.

Tabel 3.3 Variabel Penelitian

Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala

Leverage Keuangan Ratio (X1)

Perbandingan kontribusi pemilik (pemodal atau

pemegang saham) dibandingkan dengan dana

yang berasal dari kreditor.

DER = Long Term Debt /

����l Common Equity Ratio Struktur Aktiva (X2)

Penentuan berapa besar jumlah alokasi dana masing-masing komponen aset lancar maupun aset tetap.

ASV = Fix Asset /Total Asset

Ratio

Profitabilitas (X5)

Perbandingan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba setelah

pajak dari total asset yang digunakan perusahaan

Return on Asset = Net Profit / Total

Asset

Ratio

Pertumbuhan Penjualan (X4)

Perbandingan antara total penjualan periode sekarang (sales t) minus periode sebelumnya (sales t-1) terhadap total penjualan periode sebelumnya (sales t-1). Pertumbuhan Penjualan = (Total Sales Periode t- (Total Sales periode t-1))/ Total Sales periode t Ratio Struktur Modal (Y)

Perbandingan antara hutang perusahaan (total Debt) dengan total aset (total

DAR = ����� Debt / ����l

�����


(1)

DAR = 0,505 + 0,538 (DER) + 0,55 (ASV) – 1,076 (ROA) + 0,001 (Pertumbuhan Penjualan) + e

Keterangan :

6. Konstanta sebesar 0,505 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X1=0, X2=0, X3=0, X4=0, X5=0) maka Debt to Asset Ratio adalah sebesar 0,505. 7. β1 sebesar 0,038 menunjukkan

bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebesar 1 % akan diikuti oleh kenaikan Debt to Asset Ratio sebesar 0,038 dengan asumsi varabel lain tetap.

8. β2 sebesar 0.055 menunjukkan setiap kenaikan Asset Struture Value sebesar 1 % akan diikuti oleh kenaikan Debt to Asset Ratio sebesar 0,055 dengan asumsi varabel lain tetap.

9. β3 sebesar -1,076 menunjukkan setiap kenaikan Return on Asset sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan Debt to Asset Ratio sebesar 1,076 dengan asumsi variabel lain tetap.

10.β4 sebesar 0,001 menunjukkan setiap kenaikan pertumbuhan penjualan sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan Debt to Asset Ratio sebesar 0.001 dengan asumsi variabel lain tetap.

Koefisien Determinasi

Hasil Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Std. Error of

Square the Estimat e 1 .605ª .366 0.307

16.536 4 a. Predictors: (Constant),

Pertumbuhan Penjualan, ROA, DER, ASV

b. Dependent Variable: DAR

Pada model summary tersebut dapat dilihat hasil analisis regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai R sebesar 0,605 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara leverage keuangan, struktur aktiva, profabilitas dan pertumbuhan penjualan (variabel independen) dengan struktur modal (variabel dependen) mempunyai hubungan yang cukup erat yaitu sebesar 60,5%.

Nilai adjusted R square sebesar 0,307 atau 30,7% mengindikasikan bahwa variasi dari keempat variabel independen hanya mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 30,7% dan sisanya 69,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

Uji F

Hasil Uji F Nilai F

Hitung Signifikasi Keterangan

14,058 .000 Signifikan

Pada tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa nilai p-value uji

simultan ini adalah sebesar 0.000 < α

= 0,05 dan dari tabel diatas menunjukan bahwa nilai Fhitung > Ftabel (14.058 > 2,67). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat


(2)

disimpulkan bahwa Leverage keuangan, Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Pertumbuhan Penjualan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Uji T

Hasil Uji T Variabel

Bebas

Nilai

Thitung Keterangan

DER 5.291 .001 ASV 0.348 .730 ROA -2.844 .007

Pertumbuhan

Penjualan 0.394 .696 a. Dependent Variable: DAR

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa variabel DER memiliki nilai p value sebesar 0.001 (lebih kecil dari 0,05). Nilai tersebut menyimpulkan bahwa leverage keuanga berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER). Nilai p value variabel ASV adalah sebesar 0.73 (lebih besar dari 0,05), Hal ini menyimpulkan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Nilai p value variabel ROA adalah sebesar 0,007 (lebih kecil dari 0,05) hal ini menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Nilai p value variabel pertumbuhan penjualan adalah sebesar 0,696 (lebih besar dari 0,05) hal ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak

berpengaruh terhadap struktur modal.

Pembahasan

Leverage keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Leverage keuangan menunjukkan �ℎ����� sebesar 5,291 dengan nilai signifikansi 0,001 sedangkan ������ adalah 2,01669 sehingga �ℎ����� < ������ (5,291 > 2,01669 ) maka leverage keuangan secara individual berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Artinya disaat leverage naik maka struktur modal yang dimiliki perusahaan akan mengalami peningkatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2001) salah satu faktor yang mempengaruhi struktur keuangan adalah leverage. Semakin tinggi leverage akan menyebabkan semakin tinggi juga resiko bisnis yang akan dihadapi, dan hal ini akan berdampak juga terhadap struktur modal perusahaan. Dimana jika leverage perusahaan tinggi berarti

perusahaan meningkatkan penggunaan hutang atau mempertahankan struktur modalnya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh King dan Santor (2013) dan Rafique (2010), yaitu Leverage Keuangan memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur keuangan. Dari hasil penelitian ini


(3)

terlihat bahwa dalam menambah hutang perusahaan otomotif terlalu memperhatikan resiko bisnisnya. Hal ini disebabkan karena resiko bisnis perusahaan otomotif tergolong tinggi. Perusahaan yang bergerak di bidang industri otomotif tergolong perusahaan yang termasuk dalam high profile industry adalah perusahaan yang memiliki tingkat sensivitas yang tinggi pada lingkungan, risiko politik tinggi atau tingkat persaingan yang ketat (Robert, 1992 dalam Kesuma, 2006).

Struktur Aktiva (ASV) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Struktur aset menunjukkan �ℎ����� sebesar 0,348 dengan nilai signifikansi 0,730 sedangkan ������ adalah 2,01669 sehingga �ℎ����� < ������ (0,730 < 2,01669 ) maka struktur aset secara individual tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Simanjuntak (2012) yang menarik kesimpulan bahwa struktur aset secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian ini tidak sejalan dengan hasil pengujian Situmorang (2010) yang menyatakan bahwa struktur aset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan yang

sebagian besar asetnya berupa aset tetap (fixed asset) biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya. Hal ini sesuai dengan konsep konservatif yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri paling sedikit menutup jumlah aset tetap ditambah aset lain yang sifatnya permanen.

Profitabilitas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Hal ini ditunjukkan oleh �ℎ����� sebesar -2,792 dengan nilai signifikansi 0,006 sedangkan ������ adalah 2,01669 sehingga �ℎ����� > ������ (-2,844 < 2,01669). Koefisien regresi profitabilitas (ROA) menunjukkan -1,076 atau 107,6% menunjukkan bahwa setiap kenaikan profitabilitas perusahaan sebesar satu satuan, maka struktur modal yang dilihat dari nilai Y akan menurun sebesar 1,076 dengan asumsi variabel lain tetap. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kesuma (2009), Ebadi (2011) dan Simanjuntak (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Hasil pengujian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Situmorang (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang


(4)

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Investor memandang tingkat profitabilitas perusahaan yang dilihat dari tingkat pengembalian atas investasi yang diberikan. Semakin besar ROA maka semakin besar peluang perusahaan dalam mendapatkan sumber pendanaan perusahaan. Namun perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan menggunakan utang yang relatif kecil.

Pertumbuhan penjualan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Hal ini ditunjukkan oleh �ℎ����� sebesar 0,696 dengan nilai signifikansi 0,012 sedangkan ������ adalah 2,01669 sehingga �ℎ����� > ������ (0,696 < 2,01669). Koefisien regresi

pertumbuhan penjualan menunjukkan 0,001 atau 0,1%

menunjukkan bahwa setiap kenaikan pertumbuhan penjualan sebesar satu satuan, maka struktur modal yang dilihat dari nilai Y akan meningkat hanya sebesar 0,1% dengan asumsi variabel lain tetap. Pertumbuhan penjualan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena perkembangan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Namun, perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang bagus biasanya lebih banyak menggunakan

modal sendiri dalam struktur modalnya. Apabila nilai pertumbuhan penjualan yang meningkat maka laba yang diperoleh perusahaanpun juga akan meningkat, sehingga perusahaan akan lebih banyak menggunakan sumber dana internal perusahaannya untuk membiayai kegiatan operasionalnya dibandingkan menggunakan hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan pecking order theory dimana menyatakan perusahaan lebih menyukai pendanaan yang berasal dari hasil operasinya atau dana internal. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, maka akan semakin rendah penggunaan modal pinjaman (hutang). Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kesuma (2008), yaitu pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur keuangan

5. KESIMPULAN DAN

SARAN Kesimpulan

Leverage keuangan menunjukkan �ℎ����� sebesar 5,291 dengan nilai signifikansi 0,001 sedangkan ������ adalah 2,01669 sehingga �ℎ����� < ������ (5,291 > 2,01669 ) maka leverage keuangan secara individual berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011.


(5)

Struktur aset menunjukkan �ℎ����� sebesar 0,348 dengan nilai signifikansi 0,730 sedangkan ������ adalah 2,01669 sehingga �ℎ����� < ������ (0,730 < 2,01669 ) maka struktur aset secara individual tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011.

Profitabilitas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Hal ini ditunjukkan oleh �ℎ����� sebesar -2,792 dengan nilai signifikansi 0,006 sedangkan ������ adalah 2,01669 sehingga �ℎ����� > ������ (-2,844 < 2,01669).

Pertumbuhan penjualan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Hal ini ditunjukkan oleh �ℎ����� sebesar 0,696 dengan nilai signifikansi 0,012 sedangkan ������ adalah 2,01669 sehingga �ℎ����� > ������ (0,696 < 2,01669).

Saran

6. Bagi pihak manajemen untuk dapat mengoptimalkan struktur modalnya melalui penggunaan yang tepat pada variabel yang

secara signifikan mempengaruhi struktur modalnya.

7. Bagi investor dapat dijadikan sebagai alat referensi penilaian resiko keuangan perusahaan dalam melakukan investasi. 8. Bagi peneliti dengan topik

sejenis diharapkan untuk melanjutkan penelitian ini dengan menambahkan variabel independen lainnya sehingga mencakup lebih luas lagi dalam penelitiannya.

9. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas sampel

perusahaan yang tidak hanya pada perusahaan industri otomotif untuk memperkuat hasil penelitian.

Penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode yang

lebih panjang lagi dalam melakukan penelitian sehingga dapat diperoleh gambaran lebih baik dalam jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono, 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE

Djarwanto, 2004. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi-Yogyakarta,

Yogyakarta.

Erlina dan Sri Mulyani, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen.Edisi

Kedua,Penerbit USU PRESS,Medan


(6)

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Horne, James C.Van dan John M.Machowicz, 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, alih bahasa Dewi Fitriasari dan Deny A.Kwary, Buku satu, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Husein, Umar. 2001. Metode Penelitian Bisnis untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Indrawati, Titik dan Suhendro (2006) “Determinasi Capital Structure pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004“, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia

Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Penerbit Rajawali pers, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga Kodoatie, J. Robert.

Mardiyanto, Handono, 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Penerbit Grasindo, Jakarta. Mas’ud, Masdar. 2008 Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal

manajemen dan Bisnis, vol. 7 No.1.

Prabansari, Yuke & Hadri kusuma. 2005. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Go Publick yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sinergi, Edisi Khusus On Finace: hlm. 1-15.

Riyanto, Bambang. 2001.

Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Jogjakarta

: Bagian Penerbitan FE

Suad, Husnan. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Ketiga, Yogyakarta: UPP AMP YKPN Suharsimi, Arikunto, 2006. Proses

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung; PT Gramedia

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Syamsuddin, Lukman, 2007.

Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi

dalam : Perencanaan,

Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, Edisi

Baru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

1 50 100

Pengaruh Struktur Modal dan Aktiva Produktif terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 29 70

Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

8 117 64

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 6 14

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN TEKSTIL DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 99

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 125

Pengaruh Levarge Keuangan, Struktur Aktiva, Profitabilitas Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Sturktur Modal Pada Perusahaan Insdustri Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 28

PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR AKTIVA, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 14

PENGARUH STRUKTUR ASET, PERTUMBUHAN PENJUALAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 2 18

KATA PENGANTAR - PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN TEKSTIL DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13