Table 4.8
Hasil Uji Parsial Uji t Coefficientsª
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig B
Std. Error
Beta 1. Constant
.505 .089
5.692 .001
DER .038
.007 .582
5.291 .001
ASV .055
.159 .036
.348 .730
ROA -1.076
.378 -.315
-2.844 .007
Pertumbuhan Penjualan
.001 .002
.041 .394
.696 a. Dependent Variable: DAR
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 2013
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel DER memiliki nilai p value sebesar 0.001 lebih kecil dari 0,05. Nilai tersebut menyimpulkan bahwa leverage keuanga
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal DER. Nilai p value variabel ASV adalah sebesar 0.73 lebih besar dari 0,05, Hal ini
menyimpulkan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Nilai p value variabel ROA adalah sebesar
0,007 lebih kecil dari 0,05 hal ini menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Nilai p
value variabel pertumbuhan penjualan adalah sebesar 0,696 lebih besar dari 0,05 hal ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan
tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa secara simultan variabel leverage keuangan, struktur aktiva, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan berpengaruh
terhadap struktur modal. Berdasarkan F-tabel dapat dilihat signifikansinya,
Universitas Sumatera Utara
dimana secara simultan variabel yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan dilihat dari 0,000 0,05 nilai signifikan kurang dari 0,05 tabel 4.7.
Dalam pengujian secara parsial ditemukan hanya variabel leverage keuangan dan profitability yang memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur
modal perusahaan, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Pembahasan terhadap masing – masing variabel dalam pengujian
secara parsial akan dibahas berikut ini : 1.
Leverage Keuangan Berdasarkan hasil pengolahan sampel yang diuji dengan program SPSS,
leverage keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Leverage keuangan menunjukkan �ℎ����� sebesar 5,291 dengan nilai
signifikansi 0,001 sedangkan ������ adalah 2,01669 sehingga �ℎ�����
������ 5,291 2,01669 maka leverage keuangan secara individual berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Artinya disaat leverage
naik maka struktur modal yang dimiliki perusahaan akan mengalami peningkatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Brigham dan Houston 2001 salah satu faktor yang mempengaruhi struktur keuangan adalah leverage. Semakin tinggi leverage akan
menyebabkan semakin tinggi juga resiko bisnis yang akan dihadapi, dan hal ini akan berdampak juga terhadap struktur modal perusahaan. Dimana jika
leverage perusahaan tinggi berarti perusahaan meningkatkan penggunaan hutang atau mempertahankan struktur modalnya. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafique 2010, yaitu Leverage Keuangan memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur keuangan. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa dalam menambah hutang perusahaan otomotif terlalu memperhatikan resiko bisnisnya. Hal ini
disebabkan karena resiko bisnis perusahaan otomotif tergolong tinggi. Perusahaan yang bergerak di bidang industri otomotif tergologng
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang termasuk dalam high profile industry adalah perusahaan yang memiliki tingkat sensivitas yang tinggi pada lingkungan, risiko politik
tinggi atau tingkat persaingan yang ketat Robert, 1992 dalam Kesuma, 2006.
2. Struktur Aktiva
Struktur aset ASV secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Struktur aset menunjukkan �ℎ����� sebesar 0,348 dengan nilai signifikansi 0,730 sedangkan ������
adalah 2,01669 sehingga �ℎ����� ������ 0,730 2,01669 maka
struktur aset secara individual tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Simanjuntak
2012 yang menarik kesimpulan bahwa struktur aset secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian ini tidak sejalan dengan hasil pengujian Situmorang 2010 yang menyatakan bahwa struktur aset
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan yang sebagian besar asetnya berupa aset tetap fixed asset
biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya. Hal ini sesuai dengan konsep konservatif yang menyatakan
bahwa besarnya modal sendiri paling sedikit menutup jumlah aset tetap ditambah aset lain yang sifatnya permanen.
3. Profitabilitas
Profitabilitas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2011. Hal ini ditunjukkan oleh �ℎ����� sebesar -
2,792 dengan nilai signifikansi 0,006 sedangkan ������ adalah 2,01669
sehingga �ℎ����� ������ -2,844 2,01669. Koefisien regresi
profitabilitas ROA menunjukkan -1,076 atau 107,6 menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
setiap kenaikan profitabilitas perusahaan sebesar satu satuan, maka struktur modal yang dilihat dari nilai Y akan menurun sebesar 1,076 dengan asumsi
variabel lain tetap. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kesuma 2009, Ebadi 2011 dan Simanjuntak 2012 yang menyatakan
bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Hasil pengujian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Situmorang
2010 yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Investor memandang tingkat profitabilitas perusahaan yang dilihat dari tingkat pengembalian atas
investasi yang diberikan. Semakin besar ROA maka semakin besar peluang perusahaan dalam mendapatkan sumber pendanaan perusahaan. Namun
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan menggunakan utang yang relatif kecil.
4. Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Hal ini ditunjukkan oleh �ℎ�����
sebesar 0,696 dengan nilai signifikansi 0,012 sedangkan ������ adalah
2,01669 sehingga �ℎ����� ������ 0,696 2,01669. Koefisien regresi
pertumbuhan penjualan menunjukkan 0,001 atau 0,1 menunjukkan bahwa setiap kenaikan pertumbuhan penjualan sebesar satu satuan, maka struktur
modal yang dilihat dari nilai Y akan meningkat hanya sebesar 0,1 dengan asumsi variabel lain tetap. Pertumbuhan penjualan sangat diharapkan oleh
pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena perkembangan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Namun, perusahaan
yang memiliki pertumbuhan penjualan yang bagus biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya. Apabila nilai
pertumbuhan penjualan yang meningkat maka laba yang diperoleh perusahaanpun juga akan meningkat, sehingga perusahaan akan lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak menggunakan sumber dana internal perusahaannya untuk membiayai kegiatan operasionalnya dibandingkan menggunakan hutang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pecking order theory dimana menyatakan perusahaan lebih menyukai pendanaan yang berasal dari hasil operasinya
atau dana internal. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, maka akan semakin rendah penggunaan modal
pinjaman hutang. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kesuma 2008, yaitu pertumbuhan penjualan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap struktur keuangan.
Hasil penelitian yang berbeda dan tidak konsisten dari penelitian terdahulu disebabkan oleh objek penelitian dan periode laporan keuangan yang berbeda.
Selain itu perbedaan proksi yang digunakan atas struktur modal diduga juga menimbulkan perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu.
Penelitian ini menggunakan debt to asset ratio sebagai proksi kebijakan hutang dimana juga digunakan oleh Rafique 2011 dan Lidia 2012. Hal ini berbeda
dengan penelitian Ali Kesuma 2009 dan Situmorang 2011 menggunakan debt to equity ratio sebagai proksi dari struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan