BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Struktur Modal
2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal
Struktur modal capital Structure berkaitan dengan penentuan bauran mix pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Struktur
modal mempunyai pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan financial Structure. Struktur modal hanya merupakan bagian dari
struktur keuangan. “Struktur keuangan merupakan kombinasi bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan
perusahaan sisi pasiva, sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan
perusahaan” Warsono, 2003 : 235. “Struktur modal didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi
utang jangka panjang dan ekuitas yang ditetapkan perusahaan” Mardiyanto , 2009:258. Sehingga ada perbandingan antara modal
asing dan modal sendiri. Modal asing yang dimaksudkan disini adalah hutang yang dimiliki perusahaan. Sedangkan modal sendiri adalah
laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali dan dapat juga berupa penyertaan kepemilikan perusahaan.
Menurut Munawir 2001 mendefenisikan “modal sebagai hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal
Universitas Sumatera Utara
modal saham, keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya”.
Menurut Rodoni dan Ali 2010, “struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan
dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua
sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan”. Untuk mengukur struktur modal pada penelitian ini digunakan
rasio struktur modal yang disebut Debt to Assets Ratio DAR. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan Kasmir, 2008:156.
2.1.1.2 Teori Struktur Modal
1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini pada mulanya dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952 Sartono, 2008. Para ahli yang
menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai
perusahaan atau biaya modal perusahaan bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendekatan tradisional
berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan. Struktur modal bisa diubah-ubah agar bisa
diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
Sartono 2008 berpendapat bahwa pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga satu leverage tertentu, resiko
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik kd maupun ke relatif konstan. Namun demikian setelah leverage
atau rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin
besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya, karena penggunaan utang yang lebih murah. Akibatnya biaya
modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai
perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian
menurut pendekatan tradisional, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal
tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata
tertimbang minimum. 2.
Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jansen dan William H. Meckling pada tahun 1976 Horne dan Wachowicz, 1998:482
dalam Saidi, 2001 dimana agency theory mengemukaakn hubungan antara agent manajer dengan principal keditur dan
investor. Manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pedagang saham berharap
agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat
melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai.
Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan
pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi menurut Horne dan
Wachowic, 1998:482 dalam Saidi, 2001 adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk
meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan
pemegang saham. Menurut Horne dan Wachowicz 1998:482 dalam Saidi, 2001: “ salah satu pendapat dalam teori agensi
adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti tanggungan pemegang saham”. Sebagai misal,
pemegang obligasi, mengantisipasi biaya pengawasan, serta membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang
timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham.
3. Balancing Theory
Berbagai faktor, seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax telah dipertimbangkan untuk
menjelaskan mengapa suatu perusahaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Penjelasan tersebut termasuk dalam
lingkup balancing theories. Esensi balancing theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul
sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar hutang akan bertambah. Tetapi apabila pengorbanan
karena menggunakan hutang sudah lebih besar maka hutang tidak boleh lagi ditambah Husnan dan Pujiastuti, 2004.
4. Pecking Order Theory
Disamping balancing theories, Myers dan Majluf 1984 dan Myers 1984 merumuskan teori struktur modal yang
disebut pecking order theory. Disebut pecking order theory
Universitas Sumatera Utara
karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini
mendasarkan diri atas informasi asimetrik asymmetric information, suatu istilah yangmenunjukkan bahwa manajemen
mempunyai informasi yang lebih banyak tentang prospek, resiko dan nilai perusahaan daripada pemodal publik.
Manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pemodal karena merekalah yang mengambil keputusan-
keputusan keuangan, yang menyusun berbagai rencana perusahaan, dan sebagainya. Kondisi ini dapat dilihat dari reaksi
harga saham pada waktu manajemen mengumumkan sesuatu seperti peningkatan pembayaran deviden.
Pecking Order Theory menurut Myers 1984, menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal financing yaitu
perusahaan lebih cenderung menggunakan sumber pendanaan dari internal perusahaan yaitu hasil dari operasi berupa laba
ditahan terlebih dahulu daripada dana eksternal dala aktivitas pendanaan. Hanya jika perusahaan tidak memiliki dana internal
yang memadai, maka dana eksternal akan dipilih sebagai alternatifnya.
5. The Trade Off Model
Teori ini menjelaskan adanya hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan dan penggunan hutang yang disebabkan
keputusan struktur modal yang diambil perusahaan. Model ini merupakan penjabaran dari teori Modigliani-Miller yang
menyatakan bahwa dalam keadaan pasar sempurna maka nilai perusahaan dengan menggunakan hutang sama dengan
perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Namun, mereka merevisi kembali dalam teori Modigliani-Miller II yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa adanya pajak maka hutang akan menjadi relevan. Hal ini disebabkan bunga hutang yang dibayarkan akan
mengurangi tingkat penghasilan yang terkena pajak, sehingga perusahaan akan mampu meningkatkan nilainya dengan
menggnakan hutang. Berlawanan dengan temuan tersebut, dalam kenyataannya
tidak ada satu perusahaan pun yang akan menggunakan dana yang seluruhnya berasal dari hutang dalam jumlah besar. Model
tersebut mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang timbul. Sehingga suatu struktur modal yang
optimal akan dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan dari penggunaan hutang dengan biaya kebangkrutan
dan biaya keagenan. Konsep ini menjelaskan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat seiring dengan peningkatan
penggunaan leverage akibat interest tax shield. Leverage akan terus meningkat hingga mencapai suatu titik ketika ekspektasi
agency cost dan biaya kebangkrutan lebih besar daripada interest tax shield sehingga mengurangi nilai perusahaan.
2.1.1.3 Komponen Struktur Modal
Struktur modal berkaitan dengan perolehan sumber pendanaan
perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Riyanto 2001, modal dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Modal Sendiri Shareholder Equity
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu
yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu, modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang
yang tidak tertentu waktunya. Modal sendiri terdiri dari dua
Universitas Sumatera Utara
sumber yaitu sumber intern dan ekstern. Modal sendiri yang berasal dari dari sumber intern ialah dalam bentuknya
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang berasal dari
pemilik perusahaan. Modal yang berasal dari pemilik perusahaan terdiri dari
berbagai macam bentuk menurut bentuk hukum dari masing- masing perusahaan yang bersangkutan. Dalam PT modal yang
berasal dari pemilik ialah modal saham. Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas terdiri
dari,: a.
Modal Saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta
dalam suatu Perseroan Terbatas P.T. Modal saham terdiri : a
Saham Biasa Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada
akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahaan
tersebut tidak mendapatkan keuntungan, maka pemegang saham tidak mendapat dividen.
b Saham Preferen
Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu di atas pemegang saham biasa.
Pembagian dividen dari saham preferen diambilkan terlebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan
untuk saham biasa. Apabila perusahaan dilikuidir, maka dalam pembagian kekayaan, saham preferen
didahulukan daripada saham biasa.
Universitas Sumatera Utara
c Saham Preferen Kumulatif
Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya terletak pada adanya hak
kumulatif pada saham preferen kumulatif. Dengan demikian pemegang saham preferen kumulatif apabila
tidak menerima dividen selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengizinkan atau karena adanya
kerugian, pemegang jenis saham ini dikemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak
untuk menuntut dividen-dividen yang belum dibayarkan di waktu lampau.
b. Cadangan
Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan
selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan. Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian
modal sendiri. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri antara lain Riyanto, 2011 : Cadangan ekspansi, cadangan
modal kerja, cadangan selisih kurs dan cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak terduga
sebelumnya cadangan umum. Adapun cadangan yang tidak termasuk dalam modal sendiri
antara lain ialah cadangan depresiasi, cadangan piutang ragu- ragu, dan cadangan yang bersifat hutang cadangan untuk
pensiun pegawai, cadangan untuk membayar pajak. c.
Laba Ditahan Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat
sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan
sebagaimana diuraikan diatas. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan
tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan retained earning. Adanyakeuntungan akan
memperbesar retained earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri.
2. Modal AsingUtang Jangka Panjang Long Term Debt
Modal asinghutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun.
Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan ekspansi atau modernisasi
dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen hutang jangka
panjang ini terdiri dari: a.
Hutang Hipotik Mortgage Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang
dijamin dengan aktiva tidak bergerak tanah dan bangunan kecuali kapal dengan bunga, jangka waktu dan cara pembayaran
tertentu. b.
Obligasi Bond Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan
bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan
atau pembayaran pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman
obligasi tersebut dan dari keuntungan. Modal asinghutang
Universitas Sumatera Utara
jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu
tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya– syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah
dan memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan sumber dana yang berasal dari modal asinghutang jangka
panjang tersebut. Meskipun, hutang tetap harus dibayar kembali pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi
finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungakan sebelumnya.
2.1.2 Leverage.
Ada hubungan yang sangat erat antara leverage dengan struktur modal dan pembelanjaan. Dengan hadirnya leverage di dalam struktur modal
sebuah perusahaan menendakan perusahaan tersebut menghimpun pendanaan dari luar perusahaan dengan harapan untuk meningkatkan laba
dari peusahaan kedepannya. Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan
tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat tergantung
pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya
dengan modal sendiri. Dengan demikian, tingkat leverage perusahaan, menggambarkan risiko keuangan perusahaan.
Dalam terminologi bisnis, efek pengungkit leverage yang besar berarti perubahan kecil dalam tingkat penjualan mengakibatkan peningkatan yang
besar dalam laba operasi bersih. Rasio leverage digunakan untuk mengukur
sebarapa jauh perusahaan di danai dengan utang. Perusahaan yang tidak menggunakan leverage berarti menggunakan modal sendiri 100.
Universitas Sumatera Utara
Leverage itu sendiri menyangkut suatu kondisi yang baik dimana biaya stabil dan mengarah kepada sederetan besar tingkat keuntungan. Keputusan
– keputusan tentang penggunaan leverage seharusnya menyeimbangkan hasil pengembalian yang lebih tinggi yang diharapkan dengan bertambahnya
resiko dan konsekuensi yang dihadapi perusahaan jika mereka tidak dapat memenuhi pembayaran bunga atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini sama dengan
rasio solvabilitas. Rasio sovabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya jika perusahaan
tersebut dilikuidasi. Perusahaan yang tidak solvabel yaitu perusahaan yang total utangnya
lebih besar dari total asetnya. Rasio ini juga menyangkut stuktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan adalah bagaimana perusahaan mendanai
aktivitasnya. Biasanya, aktivitas perusahaan didanai dengan utang jangka
pendek, utang jangka panjang, dan modal pemegang saham.
Menurut Brigham 2006:101, seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang akan memiliki tiga implikasi
penting, yaitu :
1. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sakaligus membatasi investasi yang mereka berikan.
2. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri,
sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil
resiko yang dihadapi kreditor. 3.
Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
Universitas Sumatera Utara
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit leveraged.
2.1.2.1 Jenis-jenis Leverage