40
dihadapi oleh sekolah, dapat diatasi dengan meningkatkan kerjasama dengan usur pimpinan dan komite sekolah, dan
peningkatan upaya guru mengembangkan sendiri media dan sumber belajar.
3. Deskripsi Hasil Siklus II
Setelah siklus I selesai peneliti, guru, observer mengadakan refleksi. Banyak masukan dari observer mengenai jalannya pembelajaran yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk siklus II. Data refleksi siklus I dapat diketahui kekurangan-kekurangan. Hasil belajar siswa pada
siklus II diukur melalui posttest soal dibuat sama. Data yang terkumpul diperoleh skor tertinggi sebesar 28, sekor terendah 23 diperoleh harga
mean M 30,6; median Me 26,45; modus Mo 27 dan standar deviasi SD 5. Perhitungan terdapat pada lampiran II halaman 79.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa Posttest Siklus II Frekuensi
No Interval Nilai
Absolut Komulatif
1 23 - 23,8
1 1
2 23,9 – 24,7
1 3
24,8 – 25,6 9
10 4
25,7 – 26,5 6
16 5
26,6 – 27,4 13
29 6
27,5 – 28,3 7
36 Total 36
36
41
Dari tabel 2 , terlihat bahwa pencapaian distribusi penyebaran nilai siswa interval 23- 23,8 sebanyak 1 siswa, nilai interval 23,9.- 24,7 sebanyak
0 siswa, nilai interval 24,8-25,6 sebanyak 9 siswa, 25,7-26,4 sebanyak 6 siswa, nilai interval 26,6 -27,4 sebanyak 13 siswa, nilai interval 27,5 –
28,3 sebanyak 7 siswa. Untuk lebih jelasnya terlihat pada gambar grafik digram batang di bawah ini.
Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa Post Test Siklus II
4. Refleksi Siklus II
Refleksi Hasil pelaksanaan pembelajaran kooperatif tepe jigsaw pada kelas XI-A di SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta dapat
dijelaskan sebagai berikut :
42
Pada siklus II alokasi waktu yang digunakan untuk pembelajaran jigsaw relatif sikat, karena siswa sudah terbiasa melakukan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw di siklus I. Guru bisa menerapkan pembelajaran jigsaw yang lebih terprogram dan sistematik. siswa lebih memperoleh
kesempatan dalam hal meningkatkan hubungan kerja sama antar teman kelompok ahli dan kelompok asal. Siswa lebih memperoleh kesempatan
untuk mengembangkan aktivitas, kreativitas, kemandirian, sikap kritis, sikap kemampuan berkomunikasi dengan kelompoknya.
Pencapaian hasil siswa pada posttest yang dilakukan setelah siklus II menggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat dikatakan
berjalan secara optimal . kenyataan ini terlihat dari hasil belajar siswa yang lebih tinggi dibandingkan siklus sebelumnya. Indikator yang dapat
dijadikan pedoman adalah hasil posttest ternyata telah mencapai standar yang ditetepkan yaitu minimal 7.5 ketuntasan hasil belajar. Dari nilai rata-
rata pada siklus II yang mencapai 8,8. Nilai terlampir pada lampiran II halaman 56.
5. Penghentian Siklus