BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi saat ini sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin
banyaknya produk-produk makanan yang terjual di pusat-pusat penjualan produk makanan. Kesadaran ini dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi informasi di
bidang pangan, sehingga masyarakat atau konsumen lebih aware terhadap segala perubahan yang ada. Perubahan-perubahan ini ternyata secara tidak langsung
mengubah selera dan kebiasaan masyarakat akan produk pangan yang dikonsumsinya.
Di satu sisi sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam, sehingga dari kepercayaan yang dianut tersebut memberikan akibat kepada tatanan dan
berlangsungnya kehidupan masyarakat yang beragama Islam itu sendiri. Termasuk dalam hal mengkonsumsi dan memilih makanan dan minuman maupun
bidang-bidang yang berhubungan dengan dua hal tersebut di atas. Maka masyarakat yang beragama Islam harus jelas mengetahui apakah produk makanan
atau minuman tersebut halal untuk dikonsumsi serta tidak tercemar oleh benda- benda yang diharamkan di dalam agama Islam. Dengan adanya mie instant yang
menampilkan perkembangan teknologi iklan sehingga merubah segala kebutuhan dan kepentingan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi dalam kenyataannya, walaupun label halal mie instant telah dicantumkan di dalam suatu produksi barang dalam kenyataannya label halal
tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya, sehingga dalam kapasitas ini konsumen merasa tertipu. Hal ini dapat dilihat dalam kasus Ajinomoto yang
pernah terjadi di Indonesia. Bukan haramnya barang yang diproduksi tersebut menjadi permasalahan tetapi pencantuman label halal dalam kemasan yang haram
tersebutlah yang menjadi permasalahan. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Pasal 8 ayat 1 huruf f menyatakan
bahwa: pelaku usaha dilarang memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan atau promosi penjualan barang atau jasa tersebut. Label halal dalam prakteknya di dalam suatu kemasan produk berfungsi ganda. Selain sebagai
media informasi bagi konsumen, maka label halal juga merupakan iklan dari produk tersebut, khususnya tentang pertanyaan apakah produk tersebut layak
dikonsumsi atau tidak. Label halal melalui iklan adalah salah satu bidang promosi yang
penggunaannya dapat dilakukan secara serempak, berulang-ulang dan berkelanjutan sesuai dengan keinginan dari si pemesan. Di samping itu, dengan
pencantuman label halal maka penyebaran pesan dapat dilakukan seluas-luasnya pada masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa label
halal merupakan salah satu sarana penunjang bagi perusahaan di dalam mencapai tujuannya
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pengaruhnya, lebih lama melekat pada ingatan masyarakat. Apabila produk Mie instan Indomie tanpa adanya label halal tidak akan mampu
menggugah dan menarik perhatian konsumen. Maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa betapa label halal begitu mempengaruhi minat konsumen
dalam membeli barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Namun pada kenyataannya, tidaklah semua label halal yang dapat menjalankan fungsi dan
tujuannya sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan konsumen juga mempunyai pandangan dan penilaian sendiri-sendiri akibat dari berbagai
pengaruh lain terhadap komunikator, pesan maupun media yang digunakan. Sehubungan dengan ini maka ditegaskan oleh Stanton2004:282 bahwa inti
dari setiap kegiatan label halal ialah : “Berdasarkan simpati yang mengarahkan sikap, pikiran, perasaan dan cara pandang orang lain sedemikian rupa, sehingga
melaksanakan apa yang dianjurkan oleh pemasang label halal. Langkah pertama ialah dengan meniadakan semua unsur yang bersifat anti atau berpengaruh negatif
terhadap apa yang dianjurkan.”Bahkan tidak jarang opini yang ditampilkan publik tersebut akan secara langsung merangsang daya beli konsumen.
Tetapi meskipun demikian tetap saja ditemukan keadaan bahwa sebuah label halal terkadang hadir didepan konsumen sehingga tujuan si pemasang label
halal tidak mengarah kepada apa yang diinginkan dalam meningkatkan keputusan pembelian konsumen disebabkan luasnya merek Mie Instant Indomie yang
beredar di tengah masyarakat. Produk Indomie memiliki label halal dalam setiap kemasannya, penulis merasa tertarik meneliti sejauhmana opini publik dapat
dipengaruhi dengan adanya label halal terhadap keputusan pembelian konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan industri mie instan untuk diterima oleh pasar, hal ini sesuai dengan kinerja merek brand value. Mie Instan Indomie untuk tahun ini mengalami
penurunan kembali pada kinerja merek pada tahun sebelumnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Kinerja Merek Mie Instan Tahun 2009-2011
No Merek Brand value
2009 2010
2011
1 Indomie
81,9 85,1
81,3 2
Mie sedap 47,9
47,2 50,9
3 Supermi
41,0 41,5
41,0 4
Sarimie 39,0
40,8 40,9
Sumber : Modifikasi Dari Majalah2012
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa mie instan Indomie mengalami kenaikkan pringkat kinerja merek dari 81,9 pada tahun 2009, 85,1 pada tahun 2010 dan 81,3
pada tahun 2011. Terlihat pada Tabel 1.1 bahwa pada tahun 2010 mie instan indomie sempat mengalami kenaikan, namun pada tahun 2011 mie instan Indomie
mengalami penurunan. Penurunan tersebut akan menjadi motivasi bagi mie instan Indomie untuk lebih menigkatkan kinerja sehingga tetap pada posisi peringkat
pertama Jadi alasan saya memilih Fakultas Ekonomi USU untuk dijadikan tempat
penelitian, karena Fakultas Ekonomi USU yang mempunyai begitu banyak mahsiswanya hampir mencapai tujuh ribu mahasiswa, menurut peneliti
mahasiswa itu mampu memberikan penilaian yang objektif terhadap produk. Oleh sebab itu peneliti mengangkat mie instan merek Indomie untuk diteliti agar
dapat memproleh informasi yang lebih jelas serta disertai bukti ilmiah mengenai
Universitas Sumatera Utara
bagaimana pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian. Dengan menjadikan mahasiswa Fakultas Ekonomi USU sebagai study population
1.2. Perumusan Masalah