Selain itu, produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara rinci, konsep produk
total meliputi barang, kemasan, label, pelayanan, dan jaminan, dapat dilihat pada Gambar 2.1berikut :
Sumber : Strategi Pemasaran, Tjiptono2002:96
Gambar 2.1 Konsep Produk Total
Dari konsep ini dapat ditarik kesimpulan bahwa label termasuk bagian pembentuk produk secara utuh
2.1.2. Pengertian Labelisasi Halal
Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistimatis untuk atau mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan halal.
Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah diterbitnya sertifikasi halal apabila produk yang dimaksudkan telah memenuhi ketentuan sebagai produk halal.
Produk Barang
Kemasan
Label Kepuasan
pelanggan Pelayanan
Jaminan
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus
sebagai produk halal Label halal produk pada dasarnya meruang lingkupi produk pangan yang di
dalam Undang-Undang No 7 Tahun 1996 Tentang pangan. Sebagaimana dikatakan dalam pasal 1 ayat 1 Undang Undang No 7 tahun 1996 adalah Segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun tidak di olah yang diperentukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan
makanan atau minuman Sedangkan label pangan pada undang-undang ini diartikan sebagai setiap
keterangan maupun pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimaksukan kedalam, ditempelkan
pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Wadji 2003:2 mengatakan secara normatif-empiris label dan iklan pangan
memiliki beberapa fungsi : 1. Sebagai sumber informasi label pangan dan iklan merupakan sumber
informasi bagi konsumen tentang suatu produk pangan karena konsumen tidak dapat langsung bertemu dengan pelaku usahanya. Pelaku usaha dapat
saja memasukan unsur-unsur supaya memikat atau membujuk konsumen untuk membeli produknya. Akan tetapi label dan iklan tidak diperkenankan
hanya sekedar menginformasikan sesuatu yang hanya menguntungkan dari
Universitas Sumatera Utara
sisi pelaku saja. Informasi yang benar, jelas dan jujur harus di sampaikan kepada konsumen termasuk higeinis dan kehalalannya pasal 4 UU No 8
tahun 1999 2. Label dan iklan dapat digunkan sebagai bahan pertimbangan bagi
konsumen untuk menentukan pilihan. Konsumen keritis tentu saja terlebih dahulu membaca label dan iklan dengan cermat, teliti dan melakukan
perbandingan dengan produk lain dari segi komposisi, berat bersih, harga dan lain-lain sebelum membeli dan menjatuhkan pilihan pasal 4 UU No 8
tahun 1999. 3. Label dan iklan dapat digunakan sebagai sarana memikat transaksi. Label
dan iklan harus bersifat mengikat, segala sesuatu yang di informasikan dalam label dan yang di janjikan dalam iklan, harus dapat di buktikan
kebenarannya. Iklan harus legal, terukur, jujur, dan objektif. Pelaku usaha harus bersedia di tuntut apabila ternyata label dan iklannya tidak terbukti
benar pasal 8, -16 dan 17 UU No 8 Tahun 1999. Dari uraian diatas maka pada dasarnya label adalah suatu tanda yang
dilekatkan pada suatu produk yang dapat di konsumsi oleh konsumen, dimana label tersebut menentukan kesadaran serta keterangan dari produk yang
bersangkutan. Sedangkan pengertian halal itu sendiri menurut Ali dan Deli 2002:252 adalah segala sesuatu yang diijinkan dalam hukum sesuatu yang di
dapat dari jalan baik atau melanggar syara’. Sedangkan menurut Zuhdi2004:11 Halal merupakan lawan dari kata haram yaitu “sesuatu yang dituntut oleh agama
untuk ditinggalkan dengan tuntutan yang pasti baik dalilnya Qath’i maupun dalil
Universitas Sumatera Utara
Dzanni”. Dari pengertian yang telah disebutkan sebelumnya maka pada dasarnya label tersbut mencakup pengertian yang dapat diperbolehkan bagi umat Islam
dimana hukumnya tidak haram. Kehalalan suatu produk pangan sangat penting bagi umat islam dalam mengkonsumsi produk pangan. Sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam Al Qur’an, “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut namaselain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa memakannyasedang ia tidak
menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang QS Al-
Baqarah ayat 173 Tentang label, ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Pengaturan tentang informasi yang disebut dengan berbagai istilah seperti pendanaan, label, atau etiket. Ketentuan tersebut terdapat dalam berbagai
peraturan perundang-undangan yaitu : 1. UU Barang,UU No.10 Tahun 1961, memberikan informasi tentang barang
pasal 2 ayat 4 UU ini menentukan : Pemberian nama dan atau tanda-tanda yang menunjukkan asal, sifat,
susunan bahan, bentuk banyaknya dan atau kegunaan barang-barang yang baik diharuskan maupun tidak diperbolehkan dibubuhkan atau dilekatkan
pada barang pembungkusnya, tempat barang –barang itu di perdagangkan dan alat-alat reklame, sekalipun cara pembubuhan atau melekatkan nama
Universitas Sumatera Utara
dan atau tanda-tanda yang menunjukkan pada label dari barang yang bersangkutan
Perbuatan –perbuatan yang bertentangan dengan atau melanggar ketentuan tersebut di atas, dapat dikenakan ketentuan pidana ekonomi
2. Baik produk makanan, maupun obat diwajibkan mencantumkan label pada wadah atau pembungkusnya. Permenkes No. 79 Tahun 1978 tentang label
dan periklanan makanan, pasal 1 angka 2, menyebutkan : Etiket adalah label yang dilekatkan, dicetak, diukir atau dicantumkan dengan jalan
apapun pada wadah atau pembungkus Keterangan yang harus dimuat pada labeletiket tersebut ditetapkan pasal 7 ayat
1 dan 2 terdiri atas : a. Nama makanan dan merek dagang
b. Komposisi, kecuali makanan yang cukup diketahui komposisinya secara umum
c. Isi netto d. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan;
nomor pendaftaran e. Kode produksi
f. Untuk jenis makanan tertentu yang ditetapkan oleh menteri kesehatan, harus dicantumkan tanggal kadaluarsa, nilai gizi, petunjuk penggunaan
dan cara penyimpanannya
Universitas Sumatera Utara
Perbuatan mengedarkan makanan tanpa label sebagai mana dimaksudkan dalam peraturan menteri kesehatan tersebut dinyatakan dilarang dan dapat
diancam dengan sanksi-sanksi sebagaimana termuat dalam KUHP dan tindakan administrasi berupa penarikan nomor daftar produk itu dan tindakan lain
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. pasal 41-45. Ketentuan tentang sanksi-sanksi atas pelanggaran kewajiban memasang label pada makanan dalam
kemasan tersebut dalam perundang-undangan yang lebih baru, undang-undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, ketentuan tentang pelabelan makanan
ditegaskan lebih lanjut. Setiap makanan yang dikemas wajib diberi tanda atau label pasal 21 ayat 2 yang memuat keterangan tentang :
a. Bahan yang dipakai b. Komposisi setiap bahan
c. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa d. Ketentuan lainnya
Dalam penejelasan pasal ini huruf d dinyatakan bahwa ketentuan lainnya misalnya pencantuman kata atau tanda halal menjamin bahwa makanan dan
minuman yang diproduksi dan diproses sesuai persyaratan makanan halal.Perbuatan mengedarkan makanan tanpa label dinyatakan sebagai tindak
pidana pelanggaran dengan ancaman pidana kurungan maksimum satu tahun danatau denda maksimum Rp 15.000.000,00 dalam pasal 84 -85
Menurut Endang Sriwahyuni2003:45 Langka untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen harus diawali dengan upaya untuk memahami
hak-hak pokok konsumen, yang dapat dijadikan sebagai landasan perjuangan
Universitas Sumatera Utara
untuk mewujudkan hak-hak tersebut.Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 adalah se bagai berikut :
a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa
b. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan c. Hak untuk informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan jasa d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa
yang digunakan e. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar secara benar dan
jujur serta tidak diskriminasi Maka dari itu pada dasarnya mencakup pengertian tetang adanya pencantuman
label halal dalam bentuk gambar maupun huruf terhadap sesuatu barang pangan yang akan dikonsumsi oleh umat islam yang menerangkan bahwa benda tersebut
diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh umat islam sesuai dengan hukum syara
2.2. Manfaat Labelisasi Halal