Musikalisasi Puisi Penelitian yang Relevan

adalah sikap penyair terhadap pembaca berkenaan dengan pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nada adalah sikap penyair terhadap pembaca berkenaan dengan puisinya. l. Tujuan Berkaitan dengan tujuan penyair menciptakan puisi. Menurut Rokmansyah 2014: 30, tujuan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan pesan tujuan yang hendak disampaikan penyair melalui puisinya. Tujuan sangat bergantung dari pandangan hidup, cita-cita, dan keyakinan penyair Wisang, 2014: 35.

2. Unsur Ekstrinsik

Wiyanto dkk 2005: 102, unsur ekstrinsik adalah unsur yang terdapat di luar puisi. Menurut Wisang 2014: 35, unsur ekstrinsik meliputi pengarang, proses kreatif, latar belakang kehidupan, situasi, lingkungan sosial masyarakat, peristiwa, zaman yang melatari lahirnya puisi dari pengarang bersangkutan, termasuk nilai-nilai yang terkandung dalam puisi. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang berkenaan dengan kehidupan pengarang dan proses penciptaan karyanya.

D. Musikalisasi Puisi

Musikalisasi puisi adalah bentuk seni perpaduan antara puisi dan musik Salad, 2012: 92. Menurut Wisang 2014: 7, musikalisasi puisi adalah membacakan puisi dengan cara dilagukan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa musikalisasi puisi adalah salah satu cara membacakan puisi dengan cara dilagukan atau diiringi musik. Menurut beberapa catatan, istilah musikalisasi puisi dimunculkan pertama kali oleh beberapa penyair dan musikus di Yogyakarta pada awal 1970. Nama-nama yang dikenal melalui pertunjukan musikalisasi puisi diantara lain, Deded El Murad, Emha Ainun Nadjib, Ebiet G. Ade, dan Ary Sudibyo Salad, 2012: 102.

E. Makna Denotatif dan Konotatif

Denotatif dan konotatif termasuk dalam diksi atau gaya bahasa. Makna denotatif dan konotatif dibedakan berdasarkan pada ada atau tidaknya nilai rasa. Denotatif dan konotatif dapat berbentuk kata maupun kalimat Widjono, 2007: 104. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang makna denotatif dan konotatif.

1. Makna Denotatif

Makna denotatif dikenal sebagai bagian dari diksi atau gaya bahasa. Widjono 2007: 105 menyatakan bahwa makna denotatif adalah … Kata yang lebih menekankan tidak adanya nilai rasa. Makna denotatif biasanya disebut makna konseptual, makna sebenarnya, dan makna lugas. Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi pengamatan menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi data. Makna sebenarnya adalah makna sebenarnya kata, misal, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat. Makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias. Pengertian tersebut menandakan bahwa makna denotatif merupakan makna yang sebenarnya dari sebuah kata. Di lain pihak, Putrayasa 2007: 10 berpendapat bahwa denotatif adalah sebuah kata yang hanya mengacu pada makna dasar. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa makna denotatif adalah sebuah kata yang mengacu pada makna sebenarnya. Contoh kalimat denotatif: setiap hari ibu selalu merawat bunga di pekarangan depan rumah. Kata bunga dalam kalimat tersebut merujuk pada tumbuhan bunga.

2. Makna Konotatif

Makna konotatif berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Putrayasa 2007: 10 berpendapat bahwa, “makna konotasi dibedakan atas dua bagian, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif berarti makna tambahan yang bernilai rasa tinggi, sedangkan konotasi negatif adalah makna tambahan yang bernilai rasa rendah.” Menurut Widjono 2007: 106, makna konotasi cenderung bersifat subyektif dan lebih banyak digunakan dalam situasi tidak formal. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa makna konotasi adalah makna kias yang dapat bernilai positif maupun negatif tergantung dengan nilai cita rasanya. Contoh kalimat konotatif: Bunga desa tersebut telah dipinang oleh pemuda dari pulau seberang. Kata bunga pada kalimat tersebut merujuk pada gadis cantik.

F. Hermeneutika

Kata hermeneutika berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermeneunein, yang berarti menafsirkan, dan kata benda hermeneia, yang berarti interpretasi Palmer, 2005: 14. Pendapat lain mengatakan bahwa hermeneutik diartikan sebagai sebuah kegiatan atau kesibukan untuk menyingkap makna sebuah teks, sementara teks dapat dimengerti sebagai jejaring makna atau struktur simbol-simbol, entah tertuang sebagai tulisan ataupun bentuk-bentuk lain Hardiman, 2015: 12. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hermeneutik adalah kegiatan interpretasi yang bertujuan untuk menyingkap makna teks, simbol-simbol, ataupun bentuk-bentuk lain. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hermeneutik;

1. Kajian Hermeneutik

Menurut Hardiman 2015: 14, hermeneutik pada mulanya merupakan sebuah kegiatan yang sangat khusus, yaitu menafsir teks-teks sakral. Schleiermacher dalam Palmer, 2005: 95 membuka proyek hermeneutika umum, dengan meletakkan hermeneutika umum dalam seni pemahaman. Seni pemahaman yang diinginkan Schleiermacher pada hakekatnya sama, antara dokumen hukum, kitab-kitab keagamaan, atau karya sastra. Selain teks bahasa, hermeneutika juga dapat digunakan untuk menganalisis musik. Savage 2010: 4 menyatakan bahwa “music as the object of social and cultural processes ”. Hal tersebut dikarenakan musik digunakan oleh beberapa orang untuk berkomunikasi dan beribadat. Sebagai satu kesatuan dengan eksitensi manusia, musik merupakan ‘alat’ pengungkapan ekspresi ataupun maksud dari penciptanya, manusia Suhardjo. 1997: xv. Jika musik dipandang sebagai bagian dari sosial dan proses budaya maka musik juga dapat dianalisis menggunakan hermeneutik.

2. Hermeneutika Paul Ricouer

Ada 8 orang tokoh hermeneutik yang terkenal yakni, Scheleiermacher, Gadamer, Dilthey, Heidegger, Bultmann, Habermas, Ricouer, dan Derrida. Dari kedelapan tokoh tersebut, pemikiran Ricouer tentang hermeneutik cukup menarik karena Ricouer 2014: 193 berpendapat bahwa dalam hermeneutik pengertian teks menjadi sangat penting untuk mendukung pengkajian maknanya. Lebih lanjut Ricouer dalam Hardiman, 2015: 23 menyatakan bahwa teks dipahami dengan memahami kaitannya dengan penulis produsen teks, lingkungannya fisik, sosial budaya, dan dengan teks lain intertekstualitas. Maka teks juga harus dipahami dalam konteks dialog antara pembaca dan teks yang dibacanya itu. Dengan demikian hal yang menonjol dalam hermeneutik ialah bahwa pengertian bahwa teks itu pada dasarnya polisemis, sehingga tidak mungkin hanya satu makna. Jadi maknanya tergantung pada berbagai faktor tersebut. Menurut Ricouer dalam Hardiman, 2015: 270 ada dua hal penting dalam aktivitas memahami. Hal pertama adalah memahami terarah bukan pada intensi pengarang teks, melainkan pada “persoalan” teks itu. Hal kedua adalah refleksi filosofis pembaca. Memahami dalam pengertian Ricouer tidak terbatas pada hal yang tertulis dalam teks, melainkan melibatkan sebuah diskursus filosofis yang ditimbulkan oleh teks. Dalam arti ini memahami adalah merenungkan makna, yaitu menyingkap makna itu lewat refleksi. Untuk mempermudah dalam memahami dan mengurai makna teks, Ricouer membuat bagan teks polisemis yang didalamnya terdapat langkah-langkah untuk menganalisis makna polisemis sebuah teks. Melalui bagan teks polisemis tersebut diharapkan makna teks yang diurai akan lebih mendekati makna sebenarnya dari maksud penulis teks tersebut. Langkah-langkah tersebut meliputi informasi terkait penulis teks, lingkungan dari penulis teks, teks lain yang mempengaruhi teks tersebut, dan dialog dengan pembaca teks. Berikut bagan teks polisemis Ricouer: Gambar 1. Bagan polisemis Ricouer Hoed, 2011 dalam Pradoko, 2015: 24 Bagan teks tersebut kemudian diadaptasi oleh Pradoko 2015: 25, untuk mengkaji fenomena sosial objek budaya material seni. Teks digantikan dengan gejala fenomena objek material seni. Konteks yang diperhatikan selanjutnya adalah penulis, Teks Penulis Lingkungan Teks lain Operta aperta Pembaca dialog yang dalam hal ini adalah seniman pembuat karya seni. Lingkungan di dalam hal ini adalah masyarakat pendukung yang hidup dan menghidupi objek material tersebut, masyarakat etnis setempat, dan lingkungan geografis tempat tinggal masyarakatnya. Teks lain dalam hal ini adalah teori-teori yang ada berkaitan dengan fenomena sosial objek kebudayaan seni yang sedang diteliti, serta sumber bacaan tentang objek budaya seni tersebut. Pembaca dalam hal ini adalah peneliti itu sendiri dan komunitas para seniman yang mengalami objek seni, serta seniman yang tinggal di daerah setempat. Proses pemahaman hermeneutika teks dari Paul Ricouer diterapkan dalam fenomena objek material seni, yang bila digambarkan dalam bagan menjadi sebagai berikut: Gambar 2. Bagan polisemi fenomena objek material seni Pradoko. 2015: 25 Fenomena Objek Material Seni Seniman Pembuat Karya Lingkungan Sosial, Budaya, Alam Objek Kebudayaan Material Sejenis Keterbukaan Perspektif Budaya Penonton, Masyarakat Pendukungnya dialog Praktik Berkesenian Bagan polisemi makna objek material seni ini, kemudian diadaptasi untuk menganalisis makna lagu. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan lagi proses analisis makna lagu. Dengan berbagai konteks permasalahan guna mengurai makna lagu maka akan menghasilkan pemahaman dan hasil interpretasi yang lebih baik dan ketajaman melakukan konteks berbagai aspek sehingga membuahkan hasil penelitian yang mendalam.

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Harnas Hijriyah 2010 yang berjudul Kajian Lagu Indonesia Raya Ditinjau Dari Perspektif Hermeneutik yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: 1 Lagu Indonesia Raya merupakan refleksi kebangsaan W.R Supratman karena hasil dari akumulasi pengalaman hidup yang selama ini ia rasakan, 2 dengan berdasar pada struktur dan polanya, lagu ini adalah lagu yang bercirikan seni musik Eropa Barat, dan 3 banyaknya perubahan yang terjadi pada lagu Indonesia Raya, menjadikan lagu ini semakin jauh dari keontetikannya. Relevansi penelitian tersebut terhadap penelitian ini adalah dalam hal tujuan dan landasan analisis penelitian. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur, serta makna lagu Indonesia raya. Dalam penelitian tersebut menggunakan landasan analisis hermeneutik untuk mendeskripsikan makna lagu. Tujuan dan landasan analisis tersebut juga digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur, serta makna lagu Berita kepada Kawan. Landasan analisis dalam penelitian ini juga menggunakan hermeneutik untuk mendeskripsikan makna lagu. 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Suharsimi 2005: 234 menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status atau gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Denzin dan Lincoln dalam Moleong, 2007: 18 menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik. Pendekatan ini bertujuan untuk mengungkap makna sebuah teks. Pemikiran hermeneutik yang digunakan adalah pemikiran Ricouer, dimana hermeneutik mampu menguraikan dan menemukan polisemi makna pada sebuah teks.

B. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tahap-tahap penelitian yang bertujuan untuk mengarahkan penelitian menjadi lebih terarah dan sistematis. Moleong 2007: 127- 143 menyatakan bahwa ada empat tahapan dalam pelaksanaan peneltian yaitu sebagai berikut: