Ebiet G. Ade Riwayat Pengarang Lagu

C. Riwayat Pengarang Lagu

Riwayat pengarang lagu termasuk dalam unsur ekstrinsik puisi. Selain itu, mengetahui riwayat pengarang lagu juga penting dalam musik agar bisa lebih memahami karya. Berikut penjelasan lebih lanjut terkait riwayat pengarang lagu;

1. Ebiet G. Ade

a. Riwayat hidup dan pendidikan Ebiet G. Ade adalah seorang penyanyi dan penulis lagu yang lahir di Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah 21 April 1954. Ebiet merupakan bungsu dari enam bersaudara. Nama asli dari penyanyi ini adalah Abid Ghoffar. Ebiet lahir dalam keluarga sederhana dimana ayahnya yang bernama Aboe Dja’far berprofesi sebagai PNS, dan ibunya Saodah berprofesi sebagai pedagang kain Subarkah, 2014: 27. Nama Ebiet diperoleh dari pengalamannya kursus bahasa Inggris semasa SMA. Gurunya orang asing, sering memanggilnya dengan nama Ebiet karena mengucapkan A menjadi E. Berdasarkan hal tersebut, ia lebih sering dipanggil Ebiet hingga saat ini. Sementara itu, nama Ade, berawal dari adanya nama ayah yang digunakan sebagai nama belakang yaitu AD, dan kemudian menjadi Ade. Asal mula nama tersebut pada akhirnya menjadi Ebiet G. Ade, yang merupakan kepanjangan Ebiet Ghoffar Aboe Dja’far. Ebiet melanjutkan pendidikannya ke PGAN Pendidikan Guru Agama Negeri Banjarnegara setelah lulus SD. Namun Ebiet tidak menyelesaikan pendidikannya di sana dan pindah ke SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Kemudian Ebiet melanjutkan pendidikannya ke SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Pada saat sekolah Ebiet aktif dalam organisasi PII Pelajar Islam Indonesia. Namun, Ebiet tidak dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dikarenakan ketiadaan biaya. b. Karier Musik Awalnya Ebiet belajar musik untuk menyalurkan hobinya membaca puisi karena ia merasa tidak bisa mendeklamasikan puisi dengan baik. Kemudian Ebiet memilih musikalisasi puisi sebagai cara untuk membaca puisi tanpa mendeklamasikannya. Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan Kusbini Subarkah, 2014: 28. Ebiet yang akrab dengan lingkungan seniman muda Yogyakarta sering mengikuti kegiatan seni berupa pertunjukan musikalisasi puisi dengan membawakan puisi karyanya sendiri juga karya penyair lainnya seperti Sapardi Djoko Damono, Emha Ainun Nadjib yang juga sahabatnya, atau penyair terkenal lainnya Wisang, 2014: 8. Awalnya Ebiet menganggap kegiatannya dalam musikalisasi puisi hanya sebagai hobi. Namun dengan dukungan dari teman-teman dekatnya, Ebiet mulai masuk dalam industri musik Indonesia. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekaman, akhirnya Ebiet diterima di Jackson Record pada tahun 1979 Subarkah, 2014: 27. Lagu-lagunya menjadi terkenal dan sempat merajai dunia musik pop Indonesia pada kisaran tahun 1979-1983. Sampai saat ini Ebiet G. Ade sudah menghasilkan 22 album studio, terhitung sejak awal karirnya di dunia musik pada tahun 1979 sampai 2015, dan sedikitnya 25 album kompilasi yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan rekam. Selama berkarir di industri musik Indonesia, Ebiet sudah mendapatkan sejumlah penghargaan, diantaranya 18 Golden dan Platinum Record dari Jackson Record dan label lainnya. Keaktifannya dalam menciptakan lagu yang bertemakan lingkungan juga sukses membawanya menjadi Duta Lingkungan Hidup pada tahun 2006 dan penghargaan Lingkungan Hidup satu tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2005 Subarkah, 2014: 27. c. Karya-karyanya Ebiet adalah salah satu penyanyi Indonesia yang banyak menciptakan karya tentang alam, sosial, ketuhanan, dan kemanusiaan, beberapa lagunya bahkan terinspirasi dari kejadian bencana alam. Beberapa lagunya yang terinspirasi dari bencana alam adalah Berita kepada Kawan, Sebuah Tragedi 1981, Untuk Kita Renungkan, dan Masih Ada Waktu. Lagu Berita kepada Kawan terinspirasi dari kejadian bencana gas beracun di dataran tinggi Dieng pada tahun 1978. Lagu Sebuah Tragedi 1981 ditulisnya pada tahun 1981 yang menceritakan tentang tenggelamnya KMP Tampomas II di Kepulauan Masalembu. Lagu Untuk Kita Renungkan terinspirasi dari letusan gunung Galunggung pada tahun 1982. Kemudian lagu Masih Ada Waktu ditulis setelah kejadian kecelakaan kereta api Bintaro Triwikromo, 2006: 35. Kemampuan Ebiet dalam menulis lagu tentang bencana alam membuatnya terpilih menjadi salah satu musisi yang mendukung album Kita Untuk Mereka, yang merupakan album yang dikeluarkan berkaitan dengan kejadian tsunami pada tahun 2004 bersama 57 musisi lainnya.

D. Suasana Penciptaan Lagu dan Analisis Makna Lagu dari Berbagai Sumber