Unsur intrinsik Pengertian Struktur Puisi

1. Unsur intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun puisi dari dalam Wiyanto, 2005: 102. Menurut Wisang 2014: 20, unsur intrinsik adalah hakikat puisi yang meliputi struktur fisik dan struktur batin sebuah puisi. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapa disimpulkan bahwa unsur intrinsik adalah unsur dalam sebuah puisi yang meliputi struktur fisik dan batin. Unsur yang terdapat pada struktur fisik puisi meliputi diksi, citraan atau imajinasi, kata-kata konkret, bahasa figuratif, rima, baris, bait, dan tipografi, sedangkan unsur yang terdapat pada struktur batin meliputi tema, rasa, nada, dan tujuan Wisang, 2014: 20. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai unsur struktur fisik dan batin puisi. a. Diksi Diksi adalah pilihan kata yang merupakan pergumulan penyair antara kecakapan, kecermatan, ciri khas yang dapat dilihat pada puisi yang diciptakan Wisang, 2014: 20. Menurut Wicaksono2014: 22, diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa diksi adalah pilihan kata yang mampu membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan. b. Citraan Imajinasi Citraan atau imajinasi adalah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan lewat kata-kata Wicaksono, 2014: 49. Menurut Rokhmansyah 2014: 18, imajinasi merupakan susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris di mana pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengarkan, dan merasakan seperti apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan penyair dalam puisinya secara imajinatif melalui pengalaman dan rasa kita. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa citraan adalah kata-kata yang dapat menggambarkan pengalaman indra penyair kepada pembaca. Menurut Rokmansyah 2014: 19 imajinasi dibagi atas: 1 Imajinasi penglihatan Visual Imagery Imajinasi yang menyebabkan pembaca seolah-olah seperti melihat sendiri apa yang diceritakan oleh penyair. Contoh: daun-daun berguguran. 2 Imajinasi pendengaran Auditory Imagery Imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar sendiri apa yang dikemukakan oleh penyair. Suara dan bunyi yang dipergunakan tepat sekali untuk melukiskan hal yang diungkapkan. Contoh: suara letusan senjata memekakkan telinga. 3 Imajinasi Olfaktory Imajinasi penciuman atau pembawaan dengan membaca kata-kata tertentu dapat menyebabkan pembaca atau pendengar merasa seolah mencium bau sesuatu. Contoh: bau amis darah mengungkung udara. 4 Imajinasi gustatory Imajinasi pencicipan. Dengan membaca kata-kata tertentu menyebabkan pembaca atau pendengar seolah merasakan rasa-rasa tertentu. Contoh: kata-katamu pahit di lidah. 5 Imajinasi faktual Imajinasi rasa kulit, yang menyebabkan pembaca atau pendengar seolah merasakan sesuatu menyentuh kulitnya. Contoh: kasarnya jemari tangan. 6 Imajinasi kinastetik Imajinasi gerak, yang menyebabkan pembaca atau pendengar seolah merasakan atau melihat gerakan-gerakan. Contoh: langkah lunglai menuju peraduan malam. 7 Imajinasi organik Imajinasi badan, yang menyebabkan pembaca atau pendengar seolah melihat atau merasakan sesuatu di badannya. Contoh: tubuhku terguncang. Berdasarkan uraian tentang macam-macam citraan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap indera yang dimiliki manusia dapat dituangkan dalam puisi melalui citraan. Citraan juga membantu pembaca atau pendengar dalam menginterpretasi sebuah puisi. Dari kata citraan, makna yang abstrak dapat menjadi makna konkret, nyata lewat daya bayang pembaca. c. Kata-kata konkret Kata-kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh, dengan demikian pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa, keadaan, maupun sesuatu yang digambarkan penyair sehingga pembaca dapat memahami arti puisi Rokmansyah, 2014: 20. Di lain pihak, Wisang 2014: 25 berpendapat bahwa kata-kata konkret adalah kata-kata yang dilihat secara denotatif sama tapi secara konotatif tidak sama menurut kondisi dan situasi pemakainya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kata-kata konkret adalah kata yang maknanya tergantung pada kondisi dan situasi pemakainya. d. Bahasa figuratif Menurut Wisang 2014: 27, bahasa figuratif merupakan gaya bahasa berupa kiasan, perbandingan, pertentangan, persamaan, dan penegasan. Di lain pihak, Waluyo 2014: 21 berpendapat bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna kata atau katanya bermakna kias. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif adalah gaya bahasa berupa kiasan yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu secara tidak biasa. Menurut Rokmansyah 2014: 22, bahasa kias yang umumnya terdapat pada puisi antara lain: 1 Simile Kata kias yang menyamakan satu hal dengan hal lainnya dengan menggunakan kata-kata pembanding seperti bagai, bak, laksana, dan kata-kata pembanding lainnya. Contoh: parasmu cantik bak dewi venus. 2 Metafora Kata kias yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang sebenarnya tidak sama. Contoh: kembang desa yang kesepian 3 Personifikasi Kiasan yang menyamakan benda dengan manusia. Contoh: siang ini awan menangis. 4 Hiperbola Kiasan yang melebih-lebihkan suatu hal. Contoh: gedung itu telah mencapai langit biru. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata kiasan yang digunakan dalam puisi memiliki banyak ragamnya tergantung dengan fungsi dari kata tersebut. Penggunaan beragam kata kiasan tersebut disesuaikan dengan maksud dari penyair ketika menciptakan puisinya. e. Rima Rima adalah persamaan bunyi dalam suatu kata atau kalimat Wisang, 2014: 28. Menurut Waluyo 2014: 23, rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi sehingga puisi menjadi menarik untuk dibaca. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa rima adalah persamaan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi. Menurut tempatnya rima dibedakan menjadi rima awal, tengah, dan akhir Wisang, 2014: 28. Rokmansyah 2014: 23 menyatakan bahwa berdasarkan bunyinya rima dibedakan menjadi: …a rima sempurna bila seluruh akhir suku kata sama bunyinya; b rima tak sempurna bila sebagian akhir suku kata tidak sama bunyinya; c rima mutlak bila seluruh bunyi kata itu sama; d asonansi yaitu perulangan bunyi vokal dalam satu kata; e aliterasi yaitu perulangan bunyi konsonan di depan setiap kata secara berurutan; f prisonansi yaitu bila konsonan yang membentuk kata itu sama tetapi vokalnya berbeda… Uraian tersebut menandakan bahwa perbedaan pada letak dan bunyi rima memiliki pengaruh pada sebuah puisi. Adanya rima dalam puisi memberikan kesan yang berbeda. Tiap rima yang berbeda mampu memberikan kesan yang berbeda pula. f. Baris Baris dalam puisi disebut larik. Menurut Soedjarwo dkk 2001: 27, larik adalah satu kesatuan ritma yang terdiri atas beberapa periode, suku, dan kata. Aminuddin dalam Wisang, 2014: 31 mengatakan bahwa baris dalam puisi pada dasarnya merupakan pewadah, penyatu, pengemban ide penyair yang diawali dengan kata. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa baris adalah satu kesatuan yang menjadi wadah dan penyatu ide penyair. g. Bait Bait merupakan satuan yang lebih besar dari baris Wisang, 2014: 32. Menurut Soedjarwo dkk 2001: 27, bait adalah suatu kesatuan gagasan yang terdiri dari beberapa baris atau larik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bait adalah satuan yang lebih besar dari baris dan membentuk suatu gagasan tertentu. h. Tipografi Tipografi adalah susunan penulisan dalam puisi Rokmansyah, 2014: 26. Menurut Siswanto 2014: 113, tipografi adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tipografi adalah susunan penulisan dalam puisi yang meliputi kata, larik, dan bait. i. Tema Menurut Waluyo dalam Wisang, 2014: 36, tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui puisinya. Tema adalah sesuatu yang digambarkan penyair dalam puisinya Rokmansyah, 2014: 29. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tema adalah gagasan pokok pada sebuah puisi. j. Perasaan Perasaan merupakan sikap penyair terhadap pokok pikiran Wisang, 2014: 35. Menurut Rokmansyah 2014: 29, perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang ditampilkan dalam puisinya yang merupakan gambaran perasaan yang dialami penyair saat menciptakan puisinya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perasaan adalah sikap penyair terhadap puisinya. k. Nada Menurut Wisang 2014: 35, nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karya sastra. Menurut Tjahjono dalam Rokmansyah, 2014: 29, nada adalah sikap penyair terhadap pembaca berkenaan dengan pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nada adalah sikap penyair terhadap pembaca berkenaan dengan puisinya. l. Tujuan Berkaitan dengan tujuan penyair menciptakan puisi. Menurut Rokmansyah 2014: 30, tujuan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan pesan tujuan yang hendak disampaikan penyair melalui puisinya. Tujuan sangat bergantung dari pandangan hidup, cita-cita, dan keyakinan penyair Wisang, 2014: 35.

2. Unsur Ekstrinsik