F. Hermeneutika
Kata hermeneutika berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermeneunein, yang berarti menafsirkan, dan kata benda hermeneia, yang berarti interpretasi
Palmer, 2005: 14. Pendapat lain mengatakan bahwa hermeneutik diartikan sebagai sebuah kegiatan atau kesibukan untuk menyingkap makna sebuah teks, sementara
teks dapat dimengerti sebagai jejaring makna atau struktur simbol-simbol, entah tertuang sebagai tulisan ataupun bentuk-bentuk lain Hardiman, 2015: 12.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hermeneutik adalah kegiatan interpretasi yang bertujuan untuk menyingkap makna teks, simbol-simbol,
ataupun bentuk-bentuk lain. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hermeneutik;
1. Kajian Hermeneutik
Menurut Hardiman 2015: 14, hermeneutik pada mulanya merupakan sebuah kegiatan yang sangat khusus, yaitu menafsir teks-teks sakral. Schleiermacher dalam
Palmer, 2005: 95 membuka proyek hermeneutika umum, dengan meletakkan hermeneutika umum dalam seni pemahaman. Seni pemahaman yang diinginkan
Schleiermacher pada hakekatnya sama, antara dokumen hukum, kitab-kitab keagamaan, atau karya sastra.
Selain teks bahasa, hermeneutika juga dapat digunakan untuk menganalisis musik. Savage 2010: 4 menyatakan bahwa “music as the object of social and
cultural processes ”. Hal tersebut dikarenakan musik digunakan oleh beberapa orang
untuk berkomunikasi dan beribadat. Sebagai satu kesatuan dengan eksitensi manusia, musik merupakan ‘alat’ pengungkapan ekspresi ataupun maksud dari penciptanya,
manusia Suhardjo. 1997: xv. Jika musik dipandang sebagai bagian dari sosial dan proses budaya maka musik juga dapat dianalisis menggunakan hermeneutik.
2. Hermeneutika Paul Ricouer
Ada 8 orang tokoh hermeneutik yang terkenal yakni, Scheleiermacher, Gadamer, Dilthey, Heidegger, Bultmann, Habermas, Ricouer, dan Derrida. Dari
kedelapan tokoh tersebut, pemikiran Ricouer tentang hermeneutik cukup menarik karena Ricouer 2014: 193 berpendapat bahwa dalam hermeneutik pengertian teks
menjadi sangat penting untuk mendukung pengkajian maknanya. Lebih lanjut Ricouer dalam Hardiman, 2015: 23 menyatakan bahwa teks dipahami dengan
memahami kaitannya dengan penulis produsen teks, lingkungannya fisik, sosial budaya, dan dengan teks lain intertekstualitas. Maka teks juga harus dipahami
dalam konteks dialog antara pembaca dan teks yang dibacanya itu. Dengan demikian hal yang menonjol dalam hermeneutik ialah bahwa
pengertian bahwa teks itu pada dasarnya polisemis, sehingga tidak mungkin hanya satu makna. Jadi maknanya tergantung pada berbagai faktor tersebut. Menurut
Ricouer dalam Hardiman, 2015: 270 ada dua hal penting dalam aktivitas memahami. Hal pertama adalah memahami terarah bukan pada intensi pengarang
teks, melainkan pada “persoalan” teks itu. Hal kedua adalah refleksi filosofis pembaca. Memahami dalam pengertian Ricouer tidak terbatas pada hal yang tertulis
dalam teks, melainkan melibatkan sebuah diskursus filosofis yang ditimbulkan oleh
teks. Dalam arti ini memahami adalah merenungkan makna, yaitu menyingkap makna itu lewat refleksi.
Untuk mempermudah dalam memahami dan mengurai makna teks, Ricouer membuat bagan teks polisemis yang didalamnya terdapat langkah-langkah untuk
menganalisis makna polisemis sebuah teks. Melalui bagan teks polisemis tersebut diharapkan makna teks yang diurai akan lebih mendekati makna sebenarnya dari
maksud penulis teks tersebut. Langkah-langkah tersebut meliputi informasi terkait penulis teks, lingkungan dari penulis teks, teks lain yang mempengaruhi teks tersebut,
dan dialog dengan pembaca teks. Berikut bagan teks polisemis Ricouer:
Gambar 1.
Bagan polisemis Ricouer
Hoed, 2011 dalam Pradoko, 2015: 24 Bagan teks tersebut kemudian diadaptasi oleh Pradoko 2015: 25, untuk
mengkaji fenomena sosial objek budaya material seni. Teks digantikan dengan gejala fenomena objek material seni. Konteks yang diperhatikan selanjutnya adalah penulis,
Teks Penulis
Lingkungan
Teks lain Operta aperta
Pembaca dialog
yang dalam hal ini adalah seniman pembuat karya seni. Lingkungan di dalam hal ini adalah masyarakat pendukung yang hidup dan menghidupi objek material tersebut,
masyarakat etnis setempat, dan lingkungan geografis tempat tinggal masyarakatnya. Teks lain dalam hal ini adalah teori-teori yang ada berkaitan dengan fenomena sosial
objek kebudayaan seni yang sedang diteliti, serta sumber bacaan tentang objek budaya seni tersebut. Pembaca dalam hal ini adalah peneliti itu sendiri dan komunitas
para seniman yang mengalami objek seni, serta seniman yang tinggal di daerah setempat. Proses pemahaman hermeneutika teks dari Paul Ricouer diterapkan dalam
fenomena objek material seni, yang bila digambarkan dalam bagan menjadi sebagai berikut:
Gambar 2.
Bagan polisemi fenomena objek material seni
Pradoko. 2015: 25
Fenomena Objek Material
Seni Seniman
Pembuat Karya
Lingkungan Sosial, Budaya,
Alam Objek Kebudayaan
Material Sejenis Keterbukaan Perspektif Budaya
Penonton, Masyarakat
Pendukungnya dialog
Praktik Berkesenian
Bagan polisemi makna objek material seni ini, kemudian diadaptasi untuk menganalisis makna lagu. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan lagi proses
analisis makna lagu. Dengan berbagai konteks permasalahan guna mengurai makna lagu maka akan menghasilkan pemahaman dan hasil interpretasi yang lebih baik dan
ketajaman melakukan konteks berbagai aspek sehingga membuahkan hasil penelitian yang mendalam.
G. Penelitian yang Relevan