KAJIAN LAGU BERITA KEPADA KAWAN KARYA EBIET G. ADE DITINJAU DARI PERSPEKTIF HERMENEUTIK.

(1)

KAJIAN LAGU BERITA KEPADA KAWAN KARYA EBIET G. ADE DITINJAU DARI PERSPEKTIF HERMENEUTIK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Univesitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Resta Sulastri NIM 12208241023

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Resta Sulastri NIM : 12208241023

Program Studi : Pendidikan Seni Musik

Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 10 Oktober 2016 Penulis,


(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk: 1. Rahmat Sukarni (Ayahanda)


(6)

vi MOTTO

Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur di panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan pertolongan atas segala hal, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa tanpa uluran tangan dan doa dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. A.M. Susilo Pradoko, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan memotivasi saya, sampai akhirnya skripsi ini terselesaikan;

2. Dr. Ayu Niza Machfuzia, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran, kearifan, dan bijaksana dalam membimbing saya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

3. Ebiet G. Ade, selaku narasumber utama yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya dalam membantu penelitian ini;

4. Group band Combination dan komunitas MemBers EGA Korwil Jabodetabek selaku narasumber lainnya yang telah bersedia membantu penelitian ini;

5. Ganda Gempata, adik penulis yang telah memberikan semangat selama proses pembuatan tugas akhir ini;

6. Restika, Ifath, Retno, kak Narnie, Ranti, Cita, Friska, dan Kiki yang selalu memberikan dukungan, semangat, serta menemani dalam proses pembuatan tugas akhir ini;

7. Teman-teman Pendidikan Seni Musik Angkatan 2012, khususnya kelas A yang selalu mendukung dan memberikan motivasi selama empat tahun masa perkuliahan;

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu penyusunan tugas akhir ini.


(8)

viii

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran, komentar ataupun kritik yang membangun. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 10 Oktober 2016


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman Judul……….. i

Persetujuan……… ii

Pengesahan……… iii

Pernyataan………. iv

Halaman Persembahan………. v

Motto………. vi

Kata Pengantar………... vii

Daftar Isi……… ix

Daftar Gambar……….. xi

Daftar Tabel……… xii

Daftar Lampiran………... xiii

Abstrak……… xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Fokus Masalah……….. 6

C. Rumusan Masalah……… 6

D. Tujuan Penelitian………. 7

E. Manfaat Penelitian……… . 7

BAB II. KAJIAN TEORI A. Pengertian Bentuk Lagu………. 9

B. Pengertian Struktur Lagu……… 10

C. Pengertian Struktur Puisi……… 15

D. Musikalisasi Puisi……… 22

E. Makna Denotatif dan Konotatif……….. 23

F. Hermeneutika………. 25


(10)

x BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian………. 31

B. Tahap-tahap Penelitian……….. 31

C. Data Penelitian……….. 33

D. Instrumen Penelitian……….. 33

E. Teknik Pengumpulan Data………... 34

F. Teknik Analisis Data……… 37

G. Validitas Data……….. 39

BAB IV. KAJIAN LAGU BERITA KEPADA KAWAN KARYA EBIET G. ADE A. Struktur Bentuk Lagu dan Syair Berita kepada Kawan……. 40

1. Struktur Bentuk Lagu Berita kepada Kawan……… 40

2. Struktur Syair Berita kepada Kawan……… 46

B. Pengaruh Ekspresi Atas Syair dan Melodi Lagu Berita kepada Kawan.. 53

C. Riwayat Pengarang Lagu……….. 60

D. Susana Penciptaan dan Analisis Makna Lagu Dari Berbagai Sumber.. 63

1. Suasana Penciptaan Lagu……… 63

2. Analisis Makna Lagu Dari Berbagai Sumber………. 64

E. Analisis Makna Denotatif Lagu Berita kepada Kawan……… 66

F. Analisis Makna Konotatif Lagu Berita kepada Kawan……… 72

G. Pembahasan………... 79

BAB V. Penutup A. Simpulan……… 84

B. Saran……… 86

DAFTAR PUSTAKA……… 87 LAMPIRAN……… 89


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan polisemis Ricouer……… 27

Gambar 2 Bagan polisemi fenomena objek material seni………... 28

Gambar 3 Bagan polisemi makna lagu………. 38

Gambar 4 Bagian A lagu Berita kepada Kawan ………...…….. 41

Gambar 5 Bagian A’ lagu Berita kepada Kawan………. 42

Gambar 6 Bagian B lagu Berita kepada Kawan………. 43

Gambar 7 Bagian C lagu Berita kepada Kawan……… 44

Gambar 8 Bagian C’ lagu Berita kepada Kawan………. 45

Gambar 9 Bagian coda lagu Berita kepada Kawan………. 46

Gambar 10 Bagian A dan syair bait pertama lagu Berita kepada Kawan …… 54

Gambar 11 Bagian A’ dan syair bait kedua lagu Berita kepada Kawan……… 55

Gambar 12 Bagian B dan syair bait ketiga lagu Berita kepada Kawan………. 56

Gambar 13 Bagian C dan syair bait keempat lagu Berita kepada Kawan……. 57

Gambar 14 Bagian C’ dan syair bait kelima lagu Berita kepada Kawan…….. 58


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi instrument penelitian………. ………….. 34

Tabel 2 Analisis makna denotatif per kalimat bait pertama……… 67

Tabel 3 Analisis makna denotatif per kalimat bait kedua………... 68

Tabel 4 Analisis makna denotatif per kalimat bait ketiga……….. 69

Tabel 5 Analisis makna denotatif per kalimat bait keempat……… 70

Tabel 6 Analisis makna denotatif per kalimat bait kelima……….. 71

Tabel 7 Analisis makna konotatif per kalimat bait pertama ……….. 73

Tabel 8 Analisis makna konotatif per kalimat bait kedua……….. 75

Tabel 9 Analisis makna konotatif per kalimat bait ketiga……… 76

Tabel 10 Analisis makna konotatif per kalimat bait keempat………. 77

Tabel 11 Analisis makna denotatif per kalimat bait kelima……….. 78

Tabel 12 Transkrip data pendapat berbagai pihak terkait makna lagu Berita kepada Kawan………. 82


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bukti wawancara dengan Ebiet G. Ade………... 90 Lampiran 2 Bukti wawancara dengan Combination Band………. 91 Lampiran 3 Hasil wawancara 1 Ebiet G. Ade………. 92 Lampiran 4 Hasil wawancara 2 Ebiet G. Ade………. 96 Lampiran 5 Hasil wawancara Combination Band……….. 98

Lampiran 6 Surat keterangan bukti wawancara……….. 100

Lampiran 7 Hasil wawancara penggemar Ebiet G. Ade……… 101

Lampiran 8 Bukti artikel berita………. 103


(14)

xiv

KAJIAN LAGU BERITA KEPADA KAWAN KARYA EBIET G. ADE DITINJAU DARI PERSPEKTIF HERMENEUTIK

Oleh: Resta Sulastri 12208241023 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk struktur lagu dan struktur syair, serta mengungkap makna denotatif dan konotatif lagu Berita kepada Kawan melalui perspektif hermeneutik Paul Ricouer. Digunakannya teori hermeneutik Paul Ricouer sebagai landasan analisis dikarenakan dalam hermeneutik Paul Ricouer, terdapat bagan polisemi makna teks yang dapat mempermudah dalam mengkaji makna sebuah teks.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan hermeneutik. Subjek penelitian ini adalah lagu Berita kepada Kawan karya Ebiet G. Ade. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan teknik analisis hermeneutika. Dalam melakukan analisis data, format bagan polisemi makna teks Paul Ricouer diaplikasikan ke dalam objek penelitian, yaitu lagu Berita kepada Kawan. Hasil analisis dikonfirmasikan dengan pendapat-pendapat dari narasumber untuk selanjutnya dapat dideskripsikan makna lagu Berita kepada Kawan. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan cara menyesuaikan logis antara pernyataan satu dengan pernyataan lainnya dan menyesuaikan kalimat argumentasi dengan fakta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) lagu Berita kepada Kawan terdiri atas tiga bagian, dengan urutan kalimat A A’ B C C’ Coda. Pengolahan motif yang terdapat pada lagu didominasi oleh pembesaran dan pemerkecilan nilai nada, (2) syair lagu Berita kepada Kawan merupakan puisi yang memiliki pola rima bebas dengan tema bencana alam, (3) secara denotatif, lagu Berita kepada Kawan memiliki makna tentang seseorang yang menceritakan kisah perjalanan yang dilakukannya seorang diri di sebuah tempat yang sedang terjadi bencana, (4) secara konotatif, lagu Berita kepada Kawan memiliki makna tentang seseorang yang bersimpati dan berempati pada bencana alam yang menimpa tanah kelahirannya.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Musik tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Melalui musik, seorang manusia dapat merasa gembira atau sedih. Sunarko (dalam Widhyatama, 2012: 2) mengatakan bahwa musik adalah penghayatan isi hati manusia yang diungkapkan dalam bentuk bunyi yang teratur dalam melodi atau ritme serta mempunyai unsur atau keselarasan yang indah. Prier (2013: 1) mengatakan bahwa musik mirip dengan bahasa. Dalam musik terdapat kalimat-kalimat musik. Kalimat musik sendiri diartikan sebagai sejumlah ruang birama (biasanya 8 atau 16 birama) yang merupakan satu kesatuan yang tampak. Tidak jauh beda dari bahasa, dalam kalimat musik juga terdapat kalimat tanya dan jawab. Fakta bahwa stuktur musik tidak berbeda jauh dengan stuktur dalam bahasa, dikarenakan musik juga berfungsi sebagai alat komunikasi.

Musik bukan hanya dipandang sebagai sebuah seni, melainkan juga sebuah ilmu. Musik erat kaitannya dengan ilmu matematika. Pythagoras adalah tokoh utama yang mengembangkan penerapan teori matematika ke dalam musik. Bahkan teori matematika dalam musik yang dicetuskannya menjadi dasar lahirnya musik diatonis (Sunarto, 1997: xiii).

Selain dipandang sebagai ilmu, musik juga dijadikan sebagai alat komunikasi. Saat ini banyak musisi menjadikan lagu sebagai alat komunikasinya untuk


(16)

2

menyuarakan perasaan, bahkan kritik untuk lingkungan atau orang-orang sekitarnya. Sunarto (1997: ix) menjelaskan bahwa Ludwig van Beethoven pernah menyampaikan kritik dan kekecewaannya pada Napoleón muda (Bonaparte) yang mengangkat dirinya menjadi kaisar Perancis, lewat sebuah simfoni yang berjudul Sinfonia Eroica/Sinfoni Heroik. Padahal sebelumnya simfoni itu berjudul Sinfonia Grande Intitolata Bonaparte (Simfoni Besar Atas Nama Napoleón Bonaparte). Sebuah simfoni yang awalnya mewakili perasaan kagum pada Bonaparte atas semangat kepahlawanannya, beralih menjadi sebuah simfoni yang dinilai mencekam dan berisi mars kesedihan yang berkesan radikal.

Melalui musik musisi dapat menyampaikan aspirasinya, dan keberadaan syair dalam sebuah lagu membantu musisi untuk memperjelas aspirasi yang disampaikan. Syair dalam lagu dapat membantu musisinya untuk mempertegas maksud dan tujuan dari lagu tersebut. Hanya saja syair yang digunakan biasanya menggunakan kalimat kiasan untuk menambah nilai estetika pada sebuah karya. Selain itu sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan menafsirkan bagi pendengarnya.

Pesan-pesan dalam musik seringkali diungkapkan secara konotatif (makna kias) dan denotatif (makna sebenarnya) lewat syair lagu atau video klip yang diciptakan. Syair lagu Bento dari Iwan Fals misalnya, yang secara tak langsung adalah kritik terhadap pejabat di masa Orde Baru yang dianggap lebih sibuk memperkaya diri sendiri. Contoh lain adalah lagu Kritis BBM dari grup band Slank, yang secara terang-terangan mengkritik pemerintah akan keputusannya menaikkan harga BBM.


(17)

3

Unsur-unsur dalam musik modern, seperti syair, atau video klip, sering menjadi sarana favorit para musisi untuk menyuarakan isi hatinya. Dalam musik, para musisi berani mengangkat isu yang masih dianggap tabu di masyarakat. Lagu Polly dari Nirvana misalnya, yang terinspirasi dari kisah nyata tentang penculikan dan pemerkosaan pada seorang gadis (anonim) empat belas tahun (Adhityo, 2012: 2).

Musik diketahui memiliki fungsi komunikasi. Melalui lagu, musisi menjadikan musik sebagai media komunikasi untuk menyampaikan apa yang ada dalam benaknya (Fajri, 2014: 3). Sebagai satu kesatuan dengan eksitensi manusia, musik merupakan ‘alat’ pengungkapan ekspresi ataupun maksud dari penciptanya, manusia. Dalam menulis syair lagu musisi kerap menggunakan metafora. Metafora adalah sesuatu yang mengacu kepada gejala penggantian sebuah kata yang harfiah dengan sebuah kata lain yang figuratif (Budiman, 2003: 170).

Penggunaan metafora dalam syair lagu menyebabkan tidak semua orang dapat memahami maksud yang sebenarnya dari pencipta lagu. Hal ini disebabkan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam menafsirkan sebuah kata. Pandangan yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang berbeda. Perbedaan interpretasi tersebut tidak jarang menimbulkan perdebatan. Padahal lagu yang tepat dapat membentuk akar yang kuat pada penikmatnya, mengajak penikmatnya untuk berpikir dan lebih bijak dalam bersikap.

Saat ini perkembangan tema lagu dalam industri musik Indonesia terkesan monoton dengan musisi yang mengobral tema cinta yang sama dalam setiap syair lagunya. Musik kemudian hanya dijadikan sebagai alat untuk mencari popularitas dan


(18)

4

kekayaan. Demi kepentingan pasar, para musisi rela menyampingkan ideologi bermusiknya. Musisi tersebut menjadi tidak bersungguh-sungguh dalam menciptakan sebuah karya, asalkan dapat terkenal dengan cepat dan dapat menghasilkan banyak uang, sehingga sekarang sering dijumpai musisi yang hanya muncul dengan satu lagu lalu tenggelam dan tak pernah terdengar lagi kabarnya.

Namun tidak semua musisi terperangkap dalam tema lagu cinta saja. Meski tidak banyak, namun masih ada musisi yang menciptakan karya dengan tema lain, misalnya tema tentang realita sosial. Dengan kemampuan kreatifnya, musisi mampu menjadi media untuk menyajikan realita sosial yang terjadi sehari-hari di kehidupan masyarakat. Salah satu musisi yang aktif menciptakan lagu berdasarkan realita sosial lingkungan sekitarnya adalah Ebiet G. Ade.

Abdul Ghoffar Abdullah atau yang lebih dikenal dengan nama Ebiet G. Ade, merupakan salah satu musisi Indonesia yang kerap mengangkat tema sosial dan lingkungan ke dalam lagu-lagunya . Penyanyi yang memulai karirnya dari menjadi penyair ini sering menyisipkan ‘pesan’ dalam lagu-lagu secara tersirat, sehingga para penikmatnya perlu melakukan interpretasi untuk dapat memahaminya. Hal ini dapat diasumsikan karena dipengaruhi oleh latar belakangnya sebagai seorang penyair, sehingga syair dalam lagu-lagu Ebiet banyak menggunakan kiasan.

Berdasarkan artikel yang dimuat di harian Republika edisi 13 januari 2014, diketahui bahwa saat ini Ebiet G. Ade sudah menghasilkan 22 album studio, terhitung sejak awal karirnya di dunia musik pada tahun 1979 sampai 2015, dan sedikitnya 25 album kompilasi yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan rekam (Subarkah, 2014:


(19)

5

27). Ebiet G. Ade telah mendapatkan sejumlah penghargaan selama berkarir di belantika musik tanah air, diantaranya 18 Golden dan Platinum Record dari Jackson Record. Keaktifannya dalam menciptakan lagu yang bertemakan lingkungan juga sukses membawanya menjadi Duta Lingkungan Hidup pada tahun 2006 dan penghargaan Lingkungan Hidup satu tahun sebelumnya.

Salah satu lagunya yang kerap menjadi backsound dalam warta berita di TV jika ada liputan bencana alam di negeri ini adalah Berita kepada Kawan. Lagu yang sebenarnya dirilis pada akhir tahun 1979 dan terdapat dalam album Camelia II yang juga album kedua Ebiet ini, seolah tidak lekang dimakan masa. Berita kepada Kawan bahkan dinobatkan sebagai salah satu dari “150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa” oleh Majalah Rolling Stone, sebuah majalah musik didirikan di San Francisco pada 1967 oleh Jann Wenner dan Ralph J. Gleason, dan mulai terbit di Indonesia sejak juni 2005 oleh JHP Media.

Lagu Berita kepada Kawan merupakan lagu inspiratif yang selalu dikaitkan dengan bencana alam yang terjadi di tanah air. Namun makna sesungguhnya dari lagu tersebut tidak dapat ditebak hanya dengan mendengar lagunya sekali atau dua kali. Tentu masih banyak dugaan makna lain yang dapat disematkan pada lagu itu. Boleh jadi lagu itu ditujukan untuk merefleksi diri agar lebih dekat dengan Sang Pencipta. Seperti teori yang diungkapkan oleh Ricouer (dalam Hardiman, 2015: 243), bahwa makna sebuah teks tidak hanya tentang teksnya saja melainkan juga dapat dilihat dari unsur eksistensinya. Berdasarkan hal itulah, maka menarik untuk melakukan


(20)

6

penelitian terhadap lagu Berita kepada Kawan, dan mengetahui serta mengungkapkan makna sesungguhnya dari lagu tersebut.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini difokuskan pada stuktur dan bentuk lagu, struktur syair, serta makna lagu Berita kepada Kawan. Penelitian ini menggunakan teori hermeneutik simbol dari Paul Ricouer untuk mengungkap makna lagu. Digunakannya teori hermeneutik simbol dari Paul Ricouer sebagai landasan analisis dikarenakan dalam hermeneutik simbol Paul Ricouer, terdapat bagan yang dapat mempermudah dalam mengkaji makna sebuah teks.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.:

1. Bagaimanakah struktur dan bentuk lagu Berita kepada Kawan? 2. Bagaimanakah struktur syair lagu Berita kepada Kawan?

3. Makna denotatif apakah yang terdapat pada lagu Berita kepada Kawan, jika dikaji dengan teori hermeneutik?

4. Makna konotatif apakah yang terdapat pada lagu Berita kepada Kawan, jika dikaji dengan teori hermeneutik?


(21)

7 D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk hal-hal berikut:

1. Mendekskripsikan bentuk dan struktur lagu Berita kepada Kawan sebagai dasar dalam proses penggarapan dan interpretasi karya.

2. Mendeskripsikan struktur syair lagu Berita kepada Kawan sebagai dasar untuk mengkaji makna karya.

3. Mengungkapkan makna denotatif yang terkandung dalam lagu Berita kepada Kawan melalui perspektif hermeneutik Paul Ricouer.

4. Mengungkapkan makna konotatif yang terkandung dalam lagu Berita kepada Kawan melalui perspektif hermeneutik Paul Ricouer.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis.

1. Secara Teoretis,

Hasil penelitian ini dapat menambah literatur penelitian tentang analisis karya seni musik yang menggunakan hermeneutik sebagai metode analisis dan sebagai sumber bagi yang membutuhkan uraian makna dalam lagu Berita kepada Kawan karya Ebiet G. Ade.


(22)

8 2. Secara Praktis,

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi dasar interpretasi bagi orang yang akan membawakan lagu Berita kepada Kawan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak lain, khususnya mahasiswa seni musik dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian yang serupa.


(23)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Bentuk Lagu

Musik terdiri atas beberapa bentuk yang memiliki ciri khas tersendiri. Prier (2013: 5) menyatakan bahwa bentuk musik adalah suatu gagasan / ide yang tampak. Ide ini mempersatukan nada-nada musik terutama bagian-bagian komposisi yang dibunyikan satu per satu sebagai kerangka. bentuk lagu memperlihatkan suatu kesatuan utuh dari satu atau beberapa kalimat dengan penutup yang meyakinkan. Menurut jumlah kalimat, maka dibedakan menjadi:

1. Bentuk lagu satu bagian

Bentuk lagu satu bagian merupakan lagu yang memiliki satu kalimat / periode saja. Prier (2013: 6) menyatakan bahwa lagu dengan satu bagian sangat tebatas jumlahnya. Terdapat hanya dua kemungkinan untuk bervariasi. Kemungkinan pertama ialah A (a a’), artinya pertanyaan diulang dengan vaiasi dalam jawabannya. Kemungkinan kedua adalah A (a x), yaitu pertanyaan dan jawaban berbeda.

2. Bentuk lagu dua bagian

Bentuk lagu dua bagian merupakan lagu yang memiliki dua kalimat / periode yang berlainan. Bentuk ini adalah bentuk yang paling banyak digunakan dalam musik sehari-hari. Ada banyak kemungkinan variasi dari lagu dua bagian. Bentuk lagu dua bagian terdiri atas dua kalimat lagu yang dikombinasikan untuk membentuk pola-pola yang lebih luas (Muttaqin, 2008: 134). Bila sebuah anak kalimat / frase diulang


(24)

dengan variasi, maka lagu tersebut tidak bisa digolongkan dalam bentuk lagu dua bagian. Prier (2013: 8) menyatakan bahwa dalam lagu dua bagian, kalimat pertama (A) dan kalimat kedua (B) tidak harus memiliki jumlah birama yang sama panjang. Umumnya kalimat A ditutup dengan akor T atau dengan modulasi ke dominan, sedangkan kalimat B ditutup dengan akor tonika. Namun meskipun berbeda, sering terdapat pula unsur yang sama dalam kalimat A dan B.

3. Bentuk lagu tiga bagian

Bentuk lagu tiga bagian merupakan lagu yang terdiri atas tiga pola bagian yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Muttaqin (2008: 136) berpendapat bahwa bentuk lagu tiga bagian, terdiri atas bagian pertama yang disebut bagian A, bagian kedua disebut bagian B, dan bagian ketiga disebut bagian C. Prier (2013: 12) mengatakan bahwa lagu yang berbentuk tiga bagian tentu saja memiliki birama yang lebih banyak dan kontras yang nampak dalam irama, arah melodi, jenis tangga nada, dan modulasi ke dominan / minor.

B. Pengertian Struktur Lagu

Menurut Prier (2013: 1), “lagu berarti sejumlah nada yang tersusun dalam ruang-ruang birama”. Di lain pihak, Martaningrum (2012: 7) menyatakan bahwa lagu adalah wujud musik berupa suatu kerangka termasuk dari melodi dan berirama yang tersusun dalam norma, tempo dan dinamika.. Berdasarkan pengertian tersebut dapat


(25)

disimpulkan bahwa lagu adalah melodi pokok yang tersusun dalam ruang-ruang birama.

Untuk memahami sebuah lagu lebih dalam, maka diperlukan kemampuan untuk menganalisis lagu tersebut secara detil. Hal-hal yang perlu dianalisis dalam sebuah lagu adalah bentuk dan struktur lagu. Struktur lagu bisa dipahami sebagai unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah lagu. Secara garis besar, unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah lagu yaitu:

1. Irama

Muttaqin (2008: 101) menyatakan bahwa irama adalah susunan di antara durasi nada-nada yang pendek dan panjang, nada-nada yang bertekanan dan yang tidak bertekanan, menurut pola tertentu yang berulang-ulang. Menurut Sumaryo (dalam Joseph, 2005: 52), irama secara populer adalah unsur-unsur dalam musik sebagai pembagian berlangsungnya waktu yang memberi pernyataan hisup kepada musik, irama musik terasa mempunyai gerak. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa irama adalah susunan panjang pendeknya not-not yang berurutan dalam tempo yang tetap dan pola tertentu yang berulang-ulang.

2. Melodi

Melodi merupakan salah satu unsur yang membentuk sebuah lagu. Rochani (2012: 2) menyatakan bahwa melodi merupakan gerak keseluruhan dari nada-nada dalam sebuah lagu. Di lain bagian, Tagg (2015: 9) menyatakan bahwa “Melodic is part of music that have aspect like register; pitch range; rhythmic motifs; tonaity,


(26)

contour; timbre”. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melodi memiiki unsur ritme dan nada yang tersusun dan bergerak secara keseluruhan dalam sebuah lagu. Menurut Rochani (2012: 3) unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah melodi antara lain adalah motif dan frase. Berikut penjelasan lebih lanjut terkait unsur-usur dalam sebuah melodi:

a. Motif

Istilah motif dalam musik merupakan bagian terkecil dan kalimat musik yang sudah memiliki arti (Joseph, 2005: 59). Menurut Prier (2013: 3), motif lagu adalah unsur lagu yang terdiri atas sejumlah nada yang dipersatukan dengan suatu gagasan / ide. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa motif adalah bagian terkecil dalam musik yang dipersatukan dalam satu gagasan / ide. Biasanya motif lagu diulang-ulang dan divariasi. Secara normal, sebuah motif lagu memenuhi dua ruang birama. Menurut Prier (2013: 27-33) terdapat tujuh cara untuk pengolahan motif, antara lain:

1. Ulangan harafiah

Ulangan harafiah merupakan ulangan motif yang tidak disertai perubahan apa pun, dimana motif satu dengan motif yang diulang sama persis. Tujuan dari ulangan harafiah adalah untuk menegaskan suatu kesan yang ingin disampaikan dalam lagu. 2. Ulangan pada tingkat lain (sekuens)

Sekuens memiliki dua kemungkinan: Sekuens naik: Sebuah motif yang diulang pada tingkat nada yang lebih tinggi. Dalam pengembangan motif ini nada harus disesuaikan dengan tangga nada dan harmoni lagu, sehingga beberapa interval


(27)

mengalami perubahan. Meskipun demikian, motif asli dengan mudah dapat dikenali. Sekuens turun: Sebuah motif yang diulang pada tingkat nada yang rendah.

3. Pembesaran Interval (augmentation of the ambitus)

Pembesaran interval merupakan pengolahan motif dimana salah satu interval dalam lagu dapat diperbesar saat diulang. Tujuan dari pembesaran interval ini adalah untuk menciptakan suatu peningkatan ketegangan. Kalimat pengolahan motif seperti ini biasanya dijumpai di bagian pertanyaan kalimat atau juga pada ulangan kalimat A’ dalam lagu A B A’.

4. Pemerkecilan Interval (diminuation of the ambitus)

Pemerkecilan interval merupakan pengolahan motif dimana salah satu interval dalam lagu dapat diperkecil saat diulang. Namun pengolahan ini mengurangi ketegangan, maka biasanya terdapat di kalimat jawaban. Sebuah interval dapat diperkecil sampai menjadi ‘nol’ (prim) hingga melodinya menghilang dan tinggal unsur irama saja. Berbeda dengan pembesaran interval, biasanya pemerkecilan interval tidak terjadi berulang-ulang. Hal ini pun biasanya tidak terjadi dalam satu kalimat, tetapi dengan jarak yang tertentu.

5. Pembalikan (inversion)

Dalam pembalikan, setiap interval naik dapat dijadikan interval turun dan setiap interval dalam motif asli yang menuju ke bawah, dalam pembalikannya diarahkan ke atas. Bila pembalikannya bebas, maka besarnya interval tidak dipertahankan, tetapi disesuaikan dengan harmoni lagu, asalkan arah melodi tetap terbalik dengan arah melodi dalam motif asli.


(28)

6. Pembesaran nilai nada (augmentation of the value)

Pembesaran nilai nada merupakan pengolahan motif dimana masing-masing nilai nada digandakan. Pembesaran nilai nada dapat mempengaruhi tempo lagu, sehingga tempo dapat menjadi lambat atau lebih cepat. Pengolahan seperti ini sering terjadi dalam musik instrumental.

7. Pemerkecilan nilai nada (diminuation of the value)

Dalam pemerkecilan nilai nada, nilai nada dibagi menjadi dua dengan nada-nada melodi tetap sama. Pemerkecilan nilai nada-nada ini mempengaruhi irama sebuah lagu.. Pengolahan motif ini juga sering dijumpai dalam musik instrumental.

Berdasarkan uraian tentang tujuh cara dalam pengolahan motif tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan mengolah nilai nada, tingkatan nada, interval, dan pembalikan, dapat menghasilkan beragam musik yang berbeda. Berbagai macam cara pengolahan motif ini juga berperan penting dalam mempertegas pesan atau kesan suatu musik. Dengan adanya pengolahan motif maka musik akan menjadi lebih menarik.

b. Frase

Frase dapat diartikan sebagai suatu seksi dalam suatu alur musikal yang merupakan satu kesatuan (unit) terpendek yang diakhiri oleh kadens (Muttaqin, 2008: 125). Di lain pihak, Joseph (2005: 59) menyatakan bahwa istilah frase dalam musik merupakan gabungan beberapa motif menjadi satu. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa frase adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa motif dan


(29)

diakhiri oleh sebuah kadens. Frase memiliki dua fungsi yaitu sebagai kalimat pertanyaan dan kalimat jawaban.

3. Harmoni

Harmoni adalah hubungan nada-nada dalam akor (Marzoeki, 2004: 45). Pendapat lain diutarakan oleh Prakosa (2015: 12) yang menyatakan bahwa harmoni merupakan elemen musikal yang didasarkan atas penggabungan nada secara simultan, sebagaimana dibedakan oleh rangkaian nada-nada dan melodi. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa harmoni adalah rangkaian nada-nada yang digabungkan secara simultan sehingga membentuk akor.

C. Pengertian Struktur Puisi

Menurut Salad (2012: 32), puisi adalah susunan kata-kata indah yang tertuang di kertas. Di lain pihak, Waluyo (dalam Wisang, 2014: 13) mengatakan puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi adalah susunan bahasa yang dipadatkan dengan kata-kata kias yang diberi irama dengan bunyi yang padu.

Untuk memahami sebuah puisi lebih dalam, maka perlu mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada puisi. Unsur puisi terdiri atas unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi.


(30)

1. Unsur intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun puisi dari dalam (Wiyanto, 2005: 102). Menurut Wisang (2014: 20), unsur intrinsik adalah hakikat puisi yang meliputi struktur fisik dan struktur batin sebuah puisi. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapa disimpulkan bahwa unsur intrinsik adalah unsur dalam sebuah puisi yang meliputi struktur fisik dan batin. Unsur yang terdapat pada struktur fisik puisi meliputi diksi, citraan atau imajinasi, kata-kata konkret, bahasa figuratif, rima, baris, bait, dan tipografi, sedangkan unsur yang terdapat pada struktur batin meliputi tema, rasa, nada, dan tujuan (Wisang, 2014: 20). Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai unsur struktur fisik dan batin puisi.

a. Diksi

Diksi adalah pilihan kata yang merupakan pergumulan penyair antara kecakapan, kecermatan, ciri khas yang dapat dilihat pada puisi yang diciptakan (Wisang, 2014: 20). Menurut Wicaksono(2014: 22), diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa diksi adalah pilihan kata yang mampu membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan.


(31)

b. Citraan (Imajinasi)

Citraan atau imajinasi adalah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan lewat kata-kata (Wicaksono, 2014: 49). Menurut Rokhmansyah (2014: 18), imajinasi merupakan susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris di mana pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengarkan, dan merasakan seperti apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan penyair dalam puisinya secara imajinatif melalui pengalaman dan rasa kita. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa citraan adalah kata-kata yang dapat menggambarkan pengalaman indra penyair kepada pembaca. Menurut Rokmansyah (2014: 19) imajinasi dibagi atas:

1) Imajinasi penglihatan (Visual Imagery)

Imajinasi yang menyebabkan pembaca seolah-olah seperti melihat sendiri apa yang diceritakan oleh penyair. Contoh: daun-daun berguguran.

2) Imajinasi pendengaran (Auditory Imagery)

Imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar sendiri apa yang dikemukakan oleh penyair. Suara dan bunyi yang dipergunakan tepat sekali untuk melukiskan hal yang diungkapkan. Contoh: suara letusan senjata memekakkan telinga.

3) Imajinasi Olfaktory

Imajinasi penciuman atau pembawaan dengan membaca kata-kata tertentu dapat menyebabkan pembaca atau pendengar merasa seolah mencium bau sesuatu. Contoh: bau amis darah mengungkung udara.

4) Imajinasi gustatory

Imajinasi pencicipan. Dengan membaca kata-kata tertentu menyebabkan pembaca atau pendengar seolah merasakan rasa-rasa tertentu. Contoh: kata-katamu pahit di lidah.

5) Imajinasi faktual

Imajinasi rasa kulit, yang menyebabkan pembaca atau pendengar seolah merasakan sesuatu menyentuh kulitnya. Contoh: kasarnya jemari tangan.


(32)

6) Imajinasi kinastetik

Imajinasi gerak, yang menyebabkan pembaca atau pendengar seolah merasakan atau melihat gerakan-gerakan. Contoh: langkah lunglai menuju peraduan malam. 7) Imajinasi organik

Imajinasi badan, yang menyebabkan pembaca atau pendengar seolah melihat atau merasakan sesuatu di badannya. Contoh: tubuhku terguncang.

Berdasarkan uraian tentang macam-macam citraan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap indera yang dimiliki manusia dapat dituangkan dalam puisi melalui citraan. Citraan juga membantu pembaca atau pendengar dalam menginterpretasi sebuah puisi. Dari kata citraan, makna yang abstrak dapat menjadi makna konkret, nyata lewat daya bayang pembaca.

c. Kata-kata konkret

Kata-kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh, dengan demikian pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa, keadaan, maupun sesuatu yang digambarkan penyair sehingga pembaca dapat memahami arti puisi (Rokmansyah, 2014: 20). Di lain pihak, Wisang (2014: 25) berpendapat bahwa kata-kata konkret adalah kata-kata yang dilihat secara denotatif sama tapi secara konotatif tidak sama menurut kondisi dan situasi pemakainya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kata-kata konkret adalah kata yang maknanya tergantung pada kondisi dan situasi pemakainya.

d. Bahasa figuratif

Menurut Wisang (2014: 27), bahasa figuratif merupakan gaya bahasa berupa kiasan, perbandingan, pertentangan, persamaan, dan penegasan. Di lain pihak, Waluyo (2014: 21) berpendapat bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan oleh


(33)

penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna kata atau katanya bermakna kias. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif adalah gaya bahasa berupa kiasan yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu secara tidak biasa. Menurut Rokmansyah (2014: 22), bahasa kias yang umumnya terdapat pada puisi antara lain:

1) Simile

Kata kias yang menyamakan satu hal dengan hal lainnya dengan menggunakan kata-kata pembanding seperti bagai, bak, laksana, dan kata-kata pembanding lainnya. Contoh: parasmu cantik bak dewi venus.

2) Metafora

Kata kias yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang sebenarnya tidak sama. Contoh: kembang desa yang kesepian

3) Personifikasi

Kiasan yang menyamakan benda dengan manusia. Contoh: siang ini awan menangis.

4) Hiperbola

Kiasan yang melebih-lebihkan suatu hal. Contoh: gedung itu telah mencapai langit biru.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata kiasan yang digunakan dalam puisi memiliki banyak ragamnya tergantung dengan fungsi dari kata tersebut. Penggunaan beragam kata kiasan tersebut disesuaikan dengan maksud dari penyair ketika menciptakan puisinya.

e. Rima

Rima adalah persamaan bunyi dalam suatu kata atau kalimat (Wisang, 2014: 28). Menurut Waluyo (2014: 23), rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi sehingga puisi menjadi menarik untuk dibaca. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa rima adalah


(34)

persamaan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi. Menurut tempatnya rima dibedakan menjadi rima awal, tengah, dan akhir (Wisang, 2014: 28). Rokmansyah (2014: 23) menyatakan bahwa berdasarkan bunyinya rima dibedakan menjadi:

…(a) rima sempurna bila seluruh akhir suku kata sama bunyinya; (b) rima tak sempurna bila sebagian akhir suku kata tidak sama bunyinya; (c) rima mutlak bila seluruh bunyi kata itu sama; (d) asonansi yaitu perulangan bunyi vokal dalam satu kata; (e) aliterasi yaitu perulangan bunyi konsonan di depan setiap kata secara berurutan; (f) prisonansi yaitu bila konsonan yang membentuk kata itu sama tetapi vokalnya berbeda…

Uraian tersebut menandakan bahwa perbedaan pada letak dan bunyi rima memiliki pengaruh pada sebuah puisi. Adanya rima dalam puisi memberikan kesan yang berbeda. Tiap rima yang berbeda mampu memberikan kesan yang berbeda pula. f. Baris

Baris dalam puisi disebut larik. Menurut Soedjarwo dkk (2001: 27), larik adalah satu kesatuan ritma yang terdiri atas beberapa periode, suku, dan kata. Aminuddin (dalam Wisang, 2014: 31) mengatakan bahwa baris dalam puisi pada dasarnya merupakan pewadah, penyatu, pengemban ide penyair yang diawali dengan kata. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa baris adalah satu kesatuan yang menjadi wadah dan penyatu ide penyair.

g. Bait

Bait merupakan satuan yang lebih besar dari baris (Wisang, 2014: 32). Menurut Soedjarwo dkk (2001: 27), bait adalah suatu kesatuan gagasan yang terdiri dari beberapa baris atau larik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan


(35)

bahwa bait adalah satuan yang lebih besar dari baris dan membentuk suatu gagasan tertentu.

h. Tipografi

Tipografi adalah susunan penulisan dalam puisi (Rokmansyah, 2014: 26). Menurut Siswanto (2014: 113), tipografi adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tipografi adalah susunan penulisan dalam puisi yang meliputi kata, larik, dan bait.

i. Tema

Menurut Waluyo (dalam Wisang, 2014: 36), tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui puisinya. Tema adalah sesuatu yang digambarkan penyair dalam puisinya (Rokmansyah, 2014: 29). Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tema adalah gagasan pokok pada sebuah puisi. j. Perasaan

Perasaan merupakan sikap penyair terhadap pokok pikiran (Wisang, 2014: 35). Menurut Rokmansyah (2014: 29), perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang ditampilkan dalam puisinya yang merupakan gambaran perasaan yang dialami penyair saat menciptakan puisinya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perasaan adalah sikap penyair terhadap puisinya.

k. Nada

Menurut Wisang (2014: 35), nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karya sastra. Menurut Tjahjono (dalam Rokmansyah, 2014: 29), nada


(36)

adalah sikap penyair terhadap pembaca berkenaan dengan pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nada adalah sikap penyair terhadap pembaca berkenaan dengan puisinya.

l. Tujuan

Berkaitan dengan tujuan penyair menciptakan puisi. Menurut Rokmansyah (2014: 30), tujuan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan pesan tujuan yang hendak disampaikan penyair melalui puisinya. Tujuan sangat bergantung dari pandangan hidup, cita-cita, dan keyakinan penyair (Wisang, 2014: 35).

2. Unsur Ekstrinsik

Wiyanto dkk (2005: 102), unsur ekstrinsik adalah unsur yang terdapat di luar puisi. Menurut Wisang (2014: 35), unsur ekstrinsik meliputi pengarang, proses kreatif, latar belakang kehidupan, situasi, lingkungan sosial masyarakat, peristiwa, zaman yang melatari lahirnya puisi dari pengarang bersangkutan, termasuk nilai-nilai yang terkandung dalam puisi. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang berkenaan dengan kehidupan pengarang dan proses penciptaan karyanya.

D. Musikalisasi Puisi

Musikalisasi puisi adalah bentuk seni perpaduan antara puisi dan musik (Salad, 2012: 92). Menurut Wisang (2014: 7), musikalisasi puisi adalah membacakan


(37)

puisi dengan cara dilagukan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa musikalisasi puisi adalah salah satu cara membacakan puisi dengan cara dilagukan atau diiringi musik. Menurut beberapa catatan, istilah musikalisasi puisi dimunculkan pertama kali oleh beberapa penyair dan musikus di Yogyakarta pada awal 1970. Nama-nama yang dikenal melalui pertunjukan musikalisasi puisi diantara lain, Deded El Murad, Emha Ainun Nadjib, Ebiet G. Ade, dan Ary Sudibyo (Salad, 2012: 102).

E. Makna Denotatif dan Konotatif

Denotatif dan konotatif termasuk dalam diksi atau gaya bahasa. Makna denotatif dan konotatif dibedakan berdasarkan pada ada atau tidaknya nilai rasa. Denotatif dan konotatif dapat berbentuk kata maupun kalimat (Widjono, 2007: 104). Berikut penjelasan lebih lanjut tentang makna denotatif dan konotatif.

1. Makna Denotatif

Makna denotatif dikenal sebagai bagian dari diksi atau gaya bahasa. Widjono (2007: 105) menyatakan bahwa makna denotatif adalah

… Kata yang lebih menekankan tidak adanya nilai rasa. Makna denotatif biasanya disebut makna konseptual, makna sebenarnya, dan makna lugas. Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data). Makna sebenarnya adalah makna sebenarnya kata, misal, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat. Makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.


(38)

Pengertian tersebut menandakan bahwa makna denotatif merupakan makna yang sebenarnya dari sebuah kata. Di lain pihak, Putrayasa (2007: 10) berpendapat bahwa denotatif adalah sebuah kata yang hanya mengacu pada makna dasar. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa makna denotatif adalah sebuah kata yang mengacu pada makna sebenarnya. Contoh kalimat denotatif: setiap hari ibu selalu merawat bunga di pekarangan depan rumah. Kata bunga dalam kalimat tersebut merujuk pada tumbuhan bunga.

2. Makna Konotatif

Makna konotatif berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Putrayasa (2007: 10) berpendapat bahwa, “makna konotasi dibedakan atas dua bagian, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif berarti makna tambahan yang bernilai rasa tinggi, sedangkan konotasi negatif adalah makna tambahan yang bernilai rasa rendah.” Menurut Widjono (2007: 106), makna konotasi cenderung bersifat subyektif dan lebih banyak digunakan dalam situasi tidak formal. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa makna konotasi adalah makna kias yang dapat bernilai positif maupun negatif tergantung dengan nilai cita rasanya. Contoh kalimat konotatif: Bunga desa tersebut telah dipinang oleh pemuda dari pulau seberang. Kata bunga pada kalimat tersebut merujuk pada gadis cantik.


(39)

F. Hermeneutika

Kata hermeneutika berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermeneunein, yang berarti menafsirkan, dan kata benda hermeneia, yang berarti interpretasi (Palmer, 2005: 14). Pendapat lain mengatakan bahwa hermeneutik diartikan sebagai sebuah kegiatan atau kesibukan untuk menyingkap makna sebuah teks, sementara teks dapat dimengerti sebagai jejaring makna atau struktur simbol-simbol, entah tertuang sebagai tulisan ataupun bentuk-bentuk lain (Hardiman, 2015: 12). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hermeneutik adalah kegiatan interpretasi yang bertujuan untuk menyingkap makna teks, simbol-simbol, ataupun bentuk-bentuk lain. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hermeneutik; 1. Kajian Hermeneutik

Menurut Hardiman (2015: 14), hermeneutik pada mulanya merupakan sebuah kegiatan yang sangat khusus, yaitu menafsir teks-teks sakral. Schleiermacher (dalam Palmer, 2005: 95) membuka proyek hermeneutika umum, dengan meletakkan hermeneutika umum dalam seni pemahaman. Seni pemahaman yang diinginkan Schleiermacher pada hakekatnya sama, antara dokumen hukum, kitab-kitab keagamaan, atau karya sastra.

Selain teks bahasa, hermeneutika juga dapat digunakan untuk menganalisis musik. Savage (2010: 4) menyatakan bahwa “music as the object of social and cultural processes”. Hal tersebut dikarenakan musik digunakan oleh beberapa orang untuk berkomunikasi dan beribadat. Sebagai satu kesatuan dengan eksitensi manusia, musik merupakan ‘alat’ pengungkapan ekspresi ataupun maksud dari penciptanya,


(40)

manusia (Suhardjo. 1997: xv). Jika musik dipandang sebagai bagian dari sosial dan proses budaya maka musik juga dapat dianalisis menggunakan hermeneutik.

2. Hermeneutika Paul Ricouer

Ada 8 orang tokoh hermeneutik yang terkenal yakni, Scheleiermacher, Gadamer, Dilthey, Heidegger, Bultmann, Habermas, Ricouer, dan Derrida. Dari kedelapan tokoh tersebut, pemikiran Ricouer tentang hermeneutik cukup menarik karena Ricouer (2014: 193) berpendapat bahwa dalam hermeneutik pengertian teks menjadi sangat penting untuk mendukung pengkajian maknanya. Lebih lanjut Ricouer (dalam Hardiman, 2015: 23) menyatakan bahwa teks dipahami dengan memahami kaitannya dengan penulis (produsen teks), lingkungannya (fisik, sosial budaya), dan dengan teks lain (intertekstualitas). Maka teks juga harus dipahami dalam konteks dialog antara pembaca dan teks yang dibacanya itu.

Dengan demikian hal yang menonjol dalam hermeneutik ialah bahwa pengertian bahwa teks itu pada dasarnya polisemis, sehingga tidak mungkin hanya satu makna. Jadi maknanya tergantung pada berbagai faktor tersebut. Menurut Ricouer (dalam Hardiman, 2015: 270) ada dua hal penting dalam aktivitas memahami. Hal pertama adalah memahami terarah bukan pada intensi pengarang teks, melainkan pada “persoalan” teks itu. Hal kedua adalah refleksi filosofis pembaca. Memahami dalam pengertian Ricouer tidak terbatas pada hal yang tertulis dalam teks, melainkan melibatkan sebuah diskursus filosofis yang ditimbulkan oleh


(41)

teks. Dalam arti ini memahami adalah merenungkan makna, yaitu menyingkap makna itu lewat refleksi.

Untuk mempermudah dalam memahami dan mengurai makna teks, Ricouer membuat bagan teks polisemis yang didalamnya terdapat langkah-langkah untuk menganalisis makna polisemis sebuah teks. Melalui bagan teks polisemis tersebut diharapkan makna teks yang diurai akan lebih mendekati makna sebenarnya dari maksud penulis teks tersebut. Langkah-langkah tersebut meliputi informasi terkait penulis teks, lingkungan dari penulis teks, teks lain yang mempengaruhi teks tersebut, dan dialog dengan pembaca teks. Berikut bagan teks polisemis Ricouer:

Gambar 1.

Bagan polisemis Ricouer (Hoed, 2011 dalam Pradoko, 2015: 24)

Bagan teks tersebut kemudian diadaptasi oleh Pradoko (2015: 25), untuk mengkaji fenomena sosial objek budaya material seni. Teks digantikan dengan gejala fenomena objek material seni. Konteks yang diperhatikan selanjutnya adalah penulis,

Teks Penulis

Lingkungan

Teks lain

Operta aperta

Pembaca dialog


(42)

yang dalam hal ini adalah seniman pembuat karya seni. Lingkungan di dalam hal ini adalah masyarakat pendukung yang hidup dan menghidupi objek material tersebut, masyarakat etnis setempat, dan lingkungan geografis tempat tinggal masyarakatnya. Teks lain dalam hal ini adalah teori-teori yang ada berkaitan dengan fenomena sosial objek kebudayaan seni yang sedang diteliti, serta sumber bacaan tentang objek budaya seni tersebut. Pembaca dalam hal ini adalah peneliti itu sendiri dan komunitas para seniman yang mengalami objek seni, serta seniman yang tinggal di daerah setempat. Proses pemahaman hermeneutika teks dari Paul Ricouer diterapkan dalam fenomena objek material seni, yang bila digambarkan dalam bagan menjadi sebagai berikut:

Gambar 2.

Bagan polisemi fenomena objek material seni (Pradoko. 2015: 25)

Fenomena Objek Material Seni Seniman Pembuat Karya Lingkungan Sosial, Budaya, Alam Objek Kebudayaan Material Sejenis

Keterbukaan Perspektif Budaya Penonton, Masyarakat Pendukungnya dialog


(43)

Bagan polisemi makna objek material seni ini, kemudian diadaptasi untuk menganalisis makna lagu. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan lagi proses analisis makna lagu. Dengan berbagai konteks permasalahan guna mengurai makna lagu maka akan menghasilkan pemahaman dan hasil interpretasi yang lebih baik dan ketajaman melakukan konteks berbagai aspek sehingga membuahkan hasil penelitian yang mendalam.

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Harnas Hijriyah (2010) yang berjudul Kajian Lagu Indonesia Raya Ditinjau Dari Perspektif Hermeneutik yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) Lagu Indonesia Raya merupakan refleksi kebangsaan W.R Supratman karena hasil dari akumulasi pengalaman hidup yang selama ini ia rasakan, (2) dengan berdasar pada struktur dan polanya, lagu ini adalah lagu yang bercirikan seni musik Eropa Barat, dan (3) banyaknya perubahan yang terjadi pada lagu Indonesia Raya, menjadikan lagu ini semakin jauh dari keontetikannya.

Relevansi penelitian tersebut terhadap penelitian ini adalah dalam hal tujuan dan landasan analisis penelitian. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur, serta makna lagu Indonesia raya. Dalam penelitian tersebut menggunakan landasan analisis hermeneutik untuk mendeskripsikan makna lagu. Tujuan dan landasan analisis tersebut juga digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur, serta makna


(44)

lagu Berita kepada Kawan. Landasan analisis dalam penelitian ini juga menggunakan hermeneutik untuk mendeskripsikan makna lagu.


(45)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Suharsimi (2005: 234) menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status atau gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2007: 18) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik. Pendekatan ini bertujuan untuk mengungkap makna sebuah teks. Pemikiran hermeneutik yang digunakan adalah pemikiran Ricouer, dimana hermeneutik mampu menguraikan dan menemukan polisemi makna pada sebuah teks.

B. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tahap-tahap penelitian yang bertujuan untuk mengarahkan penelitian menjadi lebih terarah dan sistematis. Moleong (2007: 127-143) menyatakan bahwa ada empat tahapan dalam pelaksanaan peneltian yaitu sebagai berikut:


(46)

1. Tahap pra lapangan

Dalam tahap ini ditentukan fokus penelitian, studi kepustakaan, mencari sumber berupa partitur, audio, dan video lagu Berita kepada Kawan. Selain itu, dilakukan wawancara secara informal dengan group band yang pernah memainkan karya tersebut dan penggemar Ebiet G. Ade sebagai pelengkap analisis data melalui pendekatan hermeneutik Ricouer. Tahap pra lapangan dilakukan pada bulan Januari 2016.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap ini, dipelajari partitur lagu Berita kepada Kawan karya Ebiet G. Ade. Selain itu, dilakukan wawancara dengan Ebiet G. Ade dan anggota dari members ega sebagai komunitas penggemar Ebiet G. Ade, juga dilakukan upaya konfirmasi ilmiah melalui penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian. Tahap pekerjaan lapangan dilakukan pada bulan Mei 2016.

3. Tahap analisis data

Pada tahap ini, data yang diperlukan yang berupa teks partitur lagu Berita kepada Kawan karya Ebiet G. Ade dianalisis untuk mengetahui bentuk dan struktur lagunya. Berikutnya dilakukan penyajian data serta penarikan kesimpulan.


(47)

4. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap evaluasi dan pelaporan, dilakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan. Selain itu, dilakukan juga diskusi dengan pihak yang lebih ahli dalam bidang kajian hermeneutik untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa partitur lagu Berita kepada Kawan karya Ebiet G.Ade, ditambah dengan data-data pendukung berupa audio lagu Berita kepada Kawan, buku-buku, artikel, jurnal, dan wawancara dengan narasumber untuk kepentingan analisis makna lagu.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Moleong (2007: 19) dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau bantuan orang lain adalah alat pengumpul data utama. Peneliti sebagai instrumen penelitian berfungsi dalam mengambil inisiatif yang berhubungan dengan penelitian. Inisiatif ini meliputi pencarian data, pembuatan pertanyaan untuk wawancara, dan sebagai pengolah data. Berdasarkan pengertian tersebut, maka instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Namun peneliti juga harus menggunakan pedoman dalam mengumpulkan sebuah data. Baik itu pedoman wawancara maupun pedoman studi dokumen yang membantu peneliti dalam mengumpukan data dilapangan. Oleh karena itu, kisi-kisi


(48)

instrumen disusun untuk menjadi landasan dalam pengumpulan data. Berikut ini kisi-kisi yang dibuat oleh peneliti:

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian No Sub Variabel

Pedoman Wawancara Pedoman Observasi Ebiet Fans Band Ebiet Fans Band 1 Pengetahuan

tentang lagu Berita kepada Kawan

√ √ √ √ √ √

2 Pengetahuan tentang latar belakang lagu Berita kepada Kawan

√ √ √ √ √ √

3 Pendapat terkait makna lagu Berita kepada Kawan

√ √ √ √ √ √

E. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dari dokumentasi penelitian, evaluasi, pengamatan, dan pernyataan dari narasumber-narasumber. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari partitur dan mendengarkan lagu Berita kepada Kawan karya Ebiet G. Ade, mempelajari artikel yang membahas tentang lagu yang sedang dikaji, serta melakukan wawancara terhadap pelaku berkesenian, penggemar, dan Ebiet G. Ade sebagai pengarang lagu.


(49)

Oleh karena itu, dalam mengumpulkan data dilakukan wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Berikut dijelaskan teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Wawancara

Menurut Moleong (2007: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Untuk melengkapi data analisis dalam hermeneutik Ricouer, peneliti melakukan wawancara kepada Ebiet G. Ade selaku pengarang lagu, kemudian group band Combination selaku pelaku berkesenian, dan penggemar Ebiet G. Ade selaku penikmat karya seni.

Wawancara dilakukan kepada bapak Ebiet G. Ade pada bulan Mei 2016. Dalam wawancara tersebut diperoleh informasi berupa latar belakang lagu Berita kepada Kawan. Selain itu, Ebiet G. Ade juga mengutarakan pendapatnya terkait makna lagu tersebut. Hasil wawancara menunjukkan bahwa tujuan pengarang menciptakan lagu ini adalah untuk menceritakan tentang bencana alam dari sudut pandang korban.

Wawancara selanjutnya dilakukan kepada Combination Band pada bulan Januari 2016. Combination merupakan band asal Malaysia yang menjadi penggemar Ebiet G. Ade dan terkenal di sosial media karena video-video yang menampilkan pertunjukan musik band tersebut. Salah satu lagu Ebiet yang pernah dibawakan oleh Combination adalah Berita kepada Kawan. Informasi yang diperoleh berupa pendapat para personil Combination Band tentang karya-karya Ebiet G. Ade dan interpretasi mereka atas lagu Berita kepada Kawan. Hasil wawancara menunjukkan


(50)

bahwa mereka berpendapat bahwa lagu Berita kepada Kawan mrupakan lagu tentang ketuhanan dan bencana alam.

Wawancara lain juga dilakukan kepada bapak Faisal Singarimbun selaku anggota aktif members ega, komunitas penggemar Ebiet G. Ade. Informasi yang diperoleh berupa pendapat narasumber tentang makna lagu Berita kepada Kawan. Hasil wawancara dengan Faisal Singarimbun menunjukkan bahwa makna lagu Berita kepada Kawan merupakan lagu yang menceritakan tentang teguran Tuhan pada umat manusia yang tidak peduli akan lingkungan sekitarnya.

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk menunjang data hasil penelitian. Dokumentasi merupakan bahan tertulis atau film lain dari rekaman yang disiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik (Moleong. 2007: 161). Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa partitur, rekaman video group band Combination selaku pelaku berkesenian, dan audio berupa mp3 lagu Berita kepada Kawan yang dibawakan oleh Ebiet G. Ade.

3. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi data penelitian melalui penelusuran literatur mengenai analisis bentuk struktur musik dan teori tentang hermeneutik, baik berupa buku, jurnal, maupun artikel dari internet untuk mendapatkan data yang menunjang penelitian ini.


(51)

F. Teknis Analisis Data

Menurut Creswell (2010: 275), analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analisis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Selain itu, analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisis informasi dari para partisipan. Keterkaitan hal-hal tersebut berpengaruh pada tingkat pemahaman dan interpretasi. Seperti dijelaskan oleh Creswell (2010: 274) bahwa peneliti perlu mempersiapkan data tersebut untuk diteliti, melakukan analisis-analisis yang berbeda, memperdalam pemahaman data tersebut, menyajikan data, dan membuat interpretasi makna yang lebih luas terhadap data tersebut.

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Analisis ini juga menggunakan pendekatan hermeneutik. Dalam pendekatan ini, format bagan polisemi makna teks diaplikasikan ke dalam objek penelitian yaitu lagu Berita kepada Kawan yang bila digambarkan sebagai berikut:


(52)

Gambar 3.

Bagan polisemi makna lagu Sumber: (Resta, 2016)

Dalam penelitian ini konteks yang harus diperhatikan guna ketajaman analisis makna lagu tersebut adalah lagu Berita kepada Kawan dan lingkungan saat lagu tercipta, Ebiet G. Ade sebagai seniman pembuata karya, analisis teks lagu Berita kepada Kawan dari berbagai sumber, interaksi dialetik antara peneliti, pengarang lagu, penggemar, serta orang yang pernah membawakan lagu tersebut. Jadi data yang telah didapatkan kemudian dianalisis dan dideskripsikan dengan kenyataan yang ada, tujuannya yaitu untuk mendeskripsikan makna lagu Berita kepada Kawan.

Dalam melakukan analisis data, dicoba memahami dan menerjemahkan apa yang ada di dalam teks lagu. Selanjutnya, teks lagu Berita kepada Kawan diamati dari segi bentuk dan struktur musik dengan acuan buku-buku analisis musik. Peneliti membagi berdasarkan pembagian terbesar dalam struktur musik yaitu bentuk sampai

Berita kepada Kawan Ebiet. G Ade

Lingkungan saat diciptakan

Analisis Teks Lagu dari Berbagai Sumber

Polisemi Makna

Penggemar dialog


(53)

kepada pembagian frase dan motif. Langkah ini dilakukan agar sebuah teks musik menjadi jelas antara kalimat satu dengan kalimat yang lain. Kemudian peneliti menganalisis kalimat dan bait dalam syair lagu Berita kepada Kawan untuk mengetahui makna lagu.

Setelah melakukan analisis bentuk dan struktur dalam teks lagu Berita kepada Kawan, dilakukan wawancara kepada beberapa narasumber. Hasil analisis dikonfirmasikan dengan pendapat-pendapat dari narasumber untuk selanjutnya dapat dideskripsikan makna lagu Berita kepada Kawan.

G. Validitas Data

Menurut Rohman (2013: 29), validitas data dalam penelitian hermeneutik dapat diperoleh melalui tiga cara yaitu dengan menyesuaikan penelitian dengan desain penelitian hermeneutik yang sudah ada sebelumnya, menyesuaikan logis antara pernyataan satu dengan pernyataan lainnya, dan menyesuaikan kalimat argumentasi dengan fakta-fakta. Dalam penelitian ini, validitas data dilakukan dengan cara menyesuaikan logis pernyataan satu dengan pernyataan lainnya, dan menyesuaikan kalimat argumentasi dengan fakta-fakta yang ada.


(54)

40 BAB IV

KAJIAN LAGU BERITA KEPADA KAWAN KARYA EBIET G. ADE

A. Struktur Bentuk Lagu dan Syair Berita kepada Kawan

Lagu Berita kepada Kawan merupakan lagu populer karya Ebiet G. Ade yang terdapat dalam album Camelia II. Dalam proses mengungkap makna lagu diperlukan analisis secara keseluruhan pada lagu, baik itu pada struktur bentuk lagu ataupun struktur syair. Analisis pada struktur bentuk lagu bertujuan untuk memahami konteks lagu secara keseluruhan yang meliputi, bentuk, frase tanya dan jawab, serta motif lagu. Analisis pada struktur syair bertujuan untuk memahami tema, diksi, citraan, kata-kata konkret, rima, bahasa figuratif, perasaan penyair, serta amanat dan tujuan lagu. Kedua analisis tersebut dilakukan dalam rangka mengkaji lagu Berita kepada Kawan lebih dalam lagi. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai struktur bentuk lagu dan kalimat dalam syair:

1. Struktur bentuk lagu Berita kepada Kawan

Lagu Berita kepada Kawan terdiri atas 115 ruang birama. Lagu ini terdiri atas tiga bagian, dengan urutan kalimat A A’ B C C’ Coda. Pada lagu ini bagian pertama diulang dengan variasi kemudian dilanjutkan dengan bagian kedua, lalu bagian terakhir yang juga diulang dengan variasi, kemudian ditutup dengan coda. Keunikan dari lagu ini terdapat pada kalimat lagu yang tidak simetris yang menyebabkan terjadinya penyimpangan berupa anak frase yang terlalu panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari penjelasan berikut.


(55)

a. Bagian A

Gambar 4: Bagian A lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Bagian A terdiri atas 23 ruang birama (birama 1-23). Birama 1-8 merupakan frase tanya (a) dengan motif m. Motif m merupakan motif induk dari lagu ini. Birama 9-23 merupakan frase jawab (x) yang memiliki dua motif, m1 dan m2. Birama 9-15 dengan motif m1 merupakan pembesaran nilai nada (augmentation of the value) dari motif m. Selanjutnya birama 16-19 merupakan perpanjangan dari anak kalimat


(56)

dengan motif baru, m2 yang diulang sehingga mengakibatkan frase jawab menjadi lebih panjang.

b. Bagian A’

Gambar 5: Bagian A’ lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Bagian A’ terdiri atas 18 ruang birama (birama 24-41). Birama 24-31 merupakan frase tanya (a) dengan motif m3, yang merupakan pembesaran nilai nada (augmentation of the value) dari motif m. Frase jawab (x’) pada birama 32-41 adalah motif m4 yang merupakan pemerkecilan nilai nada (diminuation of the value) dari motif m1 dan m2.


(57)

c. Bagian B

Gambar 6: Bagian B lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Bagian B terdiri atas 15 ruang birama (birama 41-56). Birama 41-49 dengan motif n merupakan frase tanya (b), yang merupakan motif baru. Frase jawab (b’) pada birama 50-56 adalah motif n1 yang merupakan frase tanya yang divariasi dengan pemerkecilan nilai nada (diminuation of the value). Bagian B merupakan satu-satunya bagian dalam lagu yang simetris, dimana jumlah birama pada frase tanya dan frase jawab hanya memiliki perbedaan satu birama.


(58)

d. Bagian C

Gambar 7: Bagian C lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Bagian C terdiri atas 18 ruang birama (birama 57-74). Birama 57-65 merupakan frase tanya (c) dengan motif p yang merupakan motif baru. Frase jawab (c’) pada birama 65-74 merupakan perkembangan dari frase tanya (c) dari nada dan ritmisnya. Frase jawab (c) memiliki dua motif , p1 dan p2. Motif p1 adalah pemerkecilan nada (diminuation of the value) dan sekuens turun sedangkan motif p2 adalah sekuens naik


(59)

e. Bagian C’

Gambar 8: Bagian C’ lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Bagian C’ terdiri atas 24 ruang birama (birama 75-98). Frase tanya (y) pada birama 75-82 memiliki dua motif, q dan q1. Motif q1 merupakan motif baru sedangkan motif q2 adalah sekuens turun dari motif q. Birama 83-98 merupakan frase jawab (x) dengan motif q2. Motif q2 lebih panjang dari motif lainnya karena memiliki fungsi mengantarkan pergerakan melodi ke akhir lagu.


(60)

f. Coda

Gambar 9: Bagian Coda lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Bagian coda terdiri atas 17 ruang birama (birama 99-115) yang memiliki dua motif, m2 dan m5. Motif m2 yang sebelumnya ada di bagian A, diulang kembali pada bagian coda. Motif m5 merupakan pengembangan dari motif m2. Kedua motif ini diulang sebanyak dua kali sebagai tanda berakhirnya lagu.

2. Struktur syair Berita kepada Kawan

Syair lagu Berita kepada Kawan berbentuk puisi yang terdiri atas lima bait. Untuk mengkaji syair maka perlu memandang syair sebagai sebuah puisi sehingga


(61)

unsur-unsur yang terdapat dalam lagu dapat dianalisis dengan baik. Berikut syair lagu Berita kepada Kawan:

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan Sayang engkau tak duduk disampingku kawan

Banyak cerita yang mestinya kau saksikan Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan Hati tergetar menapak kering rerumputan

Perjalanan ini pun seperti jadi saksi Gembala kecil menangis sedih oooo

Kawan coba dengar apa jawabnya Ketika ia kutanya mengapa Bapak ibunya telah lama mati

Ditelan bencana tanah ini Sesampainya di laut Kukabarkan semuanya

Kepada karang kepada ombak kepada matahari Tetapi semua diam tetapi semua bisu Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit

Barangkali disana ada jawabnya Mengapa di tanahku terjadi bencana Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita

Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

Sumber: http://www.ebietgade.com/

Untuk dapat memahami syair diperlukan analisis pada unsur pembangun syair Berita kepada Kawan. Unsur pembangun syair terdiri atas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur dalam yang membangun keutuhan syair Berita kepada Kawan menjadi syair yang sarat makna dan kaya nilai. Kemudian unsur ekstrinsik merupakan unsur luar, yakni latar belakang penyair dan suasana saat


(62)

terciptanya karya. Berikut pembahasan lebih lanjut terkait unsur pembangun syair Berita kepada Kawan;

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik merupakan unsur dalam yang membangun keutuhan syair Berita kepada Kawan menjadi syair yang sarat makna dan kaya nilai. Pada unsur intrinsik terdapat dua sisi yang saling melengkapi yakni struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri atas diksi, daya bayang atau citraan, bahasa figuratif, dan rima. Kemudian struktur batin terdiri atas tema, perasaan penyair, dan amanat atau tujuan. Berikut pembahasan lebih lanjut terkait unsur intrinsik syair Berita kepada Kawan;

a. Diksi

Dalam syair lagu Berita kepada Kawan terdapat beberapa diksi. Hal ini disebabkan oleh syair tersebut berupa puisi, dimana dalam puisi keberadaan diksi sangat penting. Beberapa diksi yang ditemukan dalam syair Berita kepada Kawan antara lain;

1) Diksi tubuhku terguncang pada larik pertama bait kedua menggambarkan rasa khawatir akan sesuatu hal .

2) Diksi hati tergetar pada larik kedua bait kedua menggambarkan perasaan takut akan sesuatu hal.

3) Diksi bertanya pada rumput yang bergoyang pada larik terakhir bait kelima menggambarkan suasana dimana seseorang yang berpasrah diri.


(63)

Ketiga diksi tersebut menggambarkan keadaan seseorang yang merasa khawatir dan takut akan sesuatu hal kemudian berpasrah diri dalam menerima keadaan yang ada. Diksi tersebut juga dapat menggambarkan kehidupan manusia yang dipenuhi rasa takut dan khawatir hingga akhirnya berpasrah diri dan berhasil melenyapkan rasa takut dan khawatir tersebut.

b. Daya bayang atau citraan

Dalam syair lagu Berita kepada Kawan terdapat beberapa citraan yaitu citraan penglihatan, pendengaran, rabaan dan badan. Citraan tersebut membantu untuk memahami makna lagu. Berikut penjelasan terkait citraan yang ada di dalam syair Berita kepada Kawan.

1) Citraan penglihatan

Kata karang, matahari, dan langit pada bait keempat. Ketiga kata tersebut dapat dilihat dengan mata bukan dengan indra yang lain. Kemudian kata menatap dan saksikan yang berarti melihat.

2) Citraan pendengaran

Gembala kecil menangis sedih pada larik terakhir bait kedua. Kata menangis disini dapat didengar. Kata dengar juga terdapat pada larik pertama bait ketiga. Kemudian kata laut dan ombak pada larik pertama dan ketiga juga dapat didengar. 3) Citraan rabaan

Di tanah kering bebatuan pada larik terakhir bait pertama. Kemudian kata menapak pada larik kedua bait kedua berarti memijakkan telapak kaki. Rasa kering yang ada pada kata hanya bisa dirasakan oleh indra peraba.


(64)

4) Citraan badan

Tubuhku terguncang pada larik pertama bait kedua. Kata terguncang disini berarti terganggu keseimbangan pada tubuh.

c. Bahasa figuratif

Pada syair Berita kepada Kawan terdapat majas personifikasi. Majas personifikasi tersebut terdapat pada bait ketiga dan terakhir. Kalimat-kalimat yang mengandung majas personifikasi adalah rumput yang bergoyang, alam mulai enggan bersahabat, dan ditelan bencana.

d. Rima

Syair lagu Berita kepada Kawan memiliki pola rima bebas. Pada baris dan bait pertama syair Berita kepada Kawan ada asonansi a dan i (Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan); baris kedua (Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan). Pada bait kedua baris pertama terdapat asonansi u dan e (Tubuhku terguncang); baris kedua terdapat aliterasi r dan k (tergetar-menapak-kering-rerumputan). Pada bait ketiga baris kedua terdapat asonansi a (ketika ia kutanya mengapa); baris keempat terdapat aliterasi n (ditelan bencana tanah ini). Pada bait keempat baris ketiga terdapat asonansi a (kepada karang kepada ombak kepada matahari); baris kelima terdapat aliterasi t (terpaku menatap langit). Pada bait kelima baris ketiga terdapat aliterasi n (mungkin-tuhan-bosan).

Pada bait pertama terdapat 51 bunyi vokal dan 75 bunyi konsonan. Terdapat pula bunyi berat seperti u = 6, g = 6, j = 1, d = 5, b = 3, ng = 5 (26 bunyi berat). Kemudian bunyi ringan seperti i = 10, e = 6, p = 2, t = 7, k = 6, s = 7 (38 bunyi


(65)

ringan). Diketahui bahwa pada bait pertama lebih banyak terdapat bunyi ringan yaitu 38 huruf, sedangkan bunyi berat 26 huruf. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bait pertama memiliki bunyi yang ringan.

Pada bait kedua terdapat 52 bunyi vocal dan 76 bunyi konsonan. Terdapat pula bunyi berat seperti u = 8, g = 6, j = 3, d = 2, b = 3, ng = 3 (25 bunyi berat). Kemudian bunyi ringan seperti i = 11, e = 13, p = 1, t = 7, k = 4, s = 5 (41 bunyi ringan). Diketahui bahwa pada bait kedua lebih banyak terdapat bunyi ringan yaitu 41 huruf, sedangkan bunyi berat 25 huruf. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bait kedua memiliki bunyi yang ringan.

Selanjutnya, pada bait ketiga terdapat 43 bunyi vocal dan 51 bunyi konsonan. Terdapat pula bunyi berat seperti u = 2, g = 2, j = 1, d = 2, b = 5, ng = 2 (14 bunyi berat). Kemudian bunyi ringan seperti i = 7, e = 6, p = 1, t = 5, k = 4, s = 0 (23 bunyi ringan). Diketahui bahwa pada bait ketiga lebih banyak terdapat bunyi ringan yaitu 23 huruf, sedangkan bunyi berat 14 huruf. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bait ketiga memiliki bunyi yang ringan.

Pada bait keempat terdapat 64 bunyi vocal dan 75 bunyi konsonan. Terdapat pula bunyi berat seperti u = 8, g = 2, j = 0, d = 5, b = 3, ng = 2 (20 bunyi berat). Kemudian bunyi ringan seperti i = 9, e = 9, p = 6, t = 7, k = 9, s = 7 (47 bunyi ringan). Diketahui bahwa pada bait keempat lebih banyak terdapat bunyi ringan yaitu 41 huruf, sedangkan bunyi berat 25 huruf. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bait keempat masih sama dengan bait-bait sebelumnya yakni memiliki bunyi yang ringan.


(66)

Pada bait kelima terdapat 88 bunyi vocal dan 123 bunyi konsonan. Terdapat pula bunyi berat seperti u = 8, g = 12, j = 2, d = 8, b = 9, ng = 7 (46 bunyi berat). Kemudian bunyi ringan seperti i = 9, e = 11, p = 2, t = 11, k = 6, s = 6 (45 bunyi ringan). Diketahui bahwa pada bait kelima lebih banyak terdapat bunyi berat yaitu 46 huruf, sedangkan bunyi ringan 45 huruf. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bait kelima berbeda dari bait-bait sebelumnya yakni memiliki bunyi yang berat.

f. Tema

Dalam syair Berita kepada Kawan, tema yang dikemukakan oleh penyair adalah bencana alam yang terjadi di tanah air. Secara garis besar dapat dijelaskan dengan terjadinya bencana alam, banyak korban yang kehilangan orang berharganya. Perasaan terhadap bencana disebutkan dalam bait-bait syairnya. Adanya kata bencana dalam syair mempertegas tema syair ini.

g. Perasaan penyair (Feeling)

Feeling dari syair Berita kepada Kawan mengungkapkan rasa simpati dan empati penyair terhadap korban bencana alam. Rasa simpati dan empati tersebut menyebabkan penyair menginstropeksi diri dan memikirkan penyebab terjadinya bencana. Berikut kutipannya: /Mungkin tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa/ atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita// (bait kelima). Dari kutipan tersebut penyair menyinggung soal tingkah laku manusia yang buruk terahdap lingkungan sekitarnya.


(67)

h. Amanat atau tujuan

Melalui syair Berita kepada Kawan, penyair memberikan emosi, pikiran, dan kepekaan melalui kata-kata pilihannya yang mengantar pembaca atau pendengar untuk ikut merasakan kesedihan yang dialami korban bencana. Pesan yang terkandung dalam syair Berita kepada Kawan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca adalah; sebagai manusia harus terus mengingat Tuhan dan selalu ingat untuk instropeksi diri karena kehidupan hanya sementara.

B. Pengaruh Ekspresi Atas Syair dan Melodi Lagu Berita kepada Kawan

Ekspresi yang diungkapkan melalui syair dapat terlihat melalui pilihan kata yang digunakan, sedangkan ekspresi pada lagu dapat terlihat melalui pilihan melodi yang digunakan. Untuk mengetahui ekspresi atas syair dan melodi lagu Berita kepada Kawan maka perlu dikaitkan antara hasil analisis bentuk dan struktur lagu dengan analisis struktur syair Berita kepada Kawan. Berikut penjelasan lebih lanjut terkait perbandingan hasil analisis bentuk dan struktur lagu dengan analisis struktur syair Berita kepada Kawan;

1. Bagian A dan bait pertama

Pada bagian A terdapat 23 ruang birama, yang meliputi frase tanya dan jawab. Frase tanya memiliki 8 ruang birama, sedangkan frase jawab memiliki 15 ruang birama. Bait pertama dalam syair mengisi bagian A dalam lagu. Bait pertama sendiri memiliki 4 baris, yang menjadi awal pembuka ide pokok dalam syair. Berdasarkan syair, frase tanya diisi oleh 2 baris awal bait pertama yakni / perjalanan ini terasa


(68)

sangat menyedihkan / sayang engkau tak duduk disampingku kawan //. Jika dilihat dari analisis rima maka frase tanya pada bagian ini memiliki bunyi yang ringan. Hal ini ditegaskan oleh kadens yang bersifat feminine pada beberapa birama yakni birama 2 dan 8. Kemudian interval yang digunakan frase tanya adalah interval prime (P1), secondo (M2), terts (M3), kuart (P4), dan sekst (M6), dimana interval prime lebih mendominasi. Interval yang terdapat pada frase tanya semakin mempertegas bunyi dari syair yakni ringan.

Gambar 10: Bagian A dan syair bait pertama Lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Pada frase jawab, kadens yang digunakan lebih tegas atau bersifat maskulin diantaranya pada birama 16 dan 19. Kemudian interval yang digunakan tidak jauh beda dengan frase tanya, namun pada frase jawab interval kuart (P4) dan sekst (M6)


(69)

tidak digunakan, dan interval yang mendominasi adalah interval secondo (M2). Jika dilihat dari analisis rima maka frase tanya pada bagian ini memiliki bunyi yang ringan. Frase jawab memiliki ruang birama yang lebih banyak dibandingkan dengan frase tanya, dimana birama tambahan tersebut diisi dengan senandung kata oh untuk mempermanis lagu.

2. Bagian A’ dan bait kedua

Pada bagian A’ terdapat 18 ruang birama, yang meliputi frase tanya dan jawab. Frase tanya memiliki 8 ruang birama, sedangkan frase jawab memiliki 10 ruang birama. Bait kedua dalam syair mengisi bagian A’ dalam lagu. Bait kedua sendiri memiliki 4 baris. Berikut potongan bagian A’ dan bait kedua;

Gambar 11: Bagian A’ dan syair bait kedua Lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Pada frase tanya dan jawab, interval yang digunakan adalah interval prime (P1), secondo (M2), terts (M3), kuart (P4), dan sekst (M6). Interval secondo (M2) mendominasi keseluruhan bagian ini. Hal ini tidak jauh berbeda dari bagian A, karena


(70)

bagian A’ merupakan pengulangan dari bagian A yang divariasi. Bunyi rima pada bagian ini juga masih ringan yang didukung dengan interval dalam lagu.

3. Bagian B dan bait ketiga

Gambar 12: Bagian B dan bait ketiga Lagu Berita kepada Kawan

Sumber: (Resta, 2016)

Pada bagian B terdapat 15 ruang birama, yang meliputi frase tanya dan jawab. Frase tanya memiliki 9 ruang birama, sedangkan frase jawab memiliki 8 ruang birama. Bait ketiga dalam syair mengisi bagian B dalam lagu. Pada frase tanya dan jawab, interval yang digunakan adalah interval prime (P1), secondo (M2), terts (M3), kuint (P5), dan sekst (M6). Pada bagian ini interval prime (P1) lebih mendominasi.


(71)

Sama seperti bagian-bagian sebelumnya, bagian ini juga memiliki bunyi yang ringan jika dilihat dari analisis rimanya. Hal ini dikarenakan ide pokok pikiran lagu belum mencapai puncaknya pada bagian ini.

4. Bagian C dan bait keempat

Gambar 13: Bagian C dan bait keempat Lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Pada bagian C terdapat 18 ruang birama, yang meliputi frase tanya dan jawab. Frase tanya memiliki 9 ruang birama, sedangkan frase jawab memiliki 9 ruang birama. Bait keempat dalam syair mengisi bagian B dalam lagu. Pada frase tanya dan


(72)

jawab, interval yang digunakan adalah interval prime (P1), secondo (M2), terts (M3), kuart (P4), dan kuint (P5). Pada bagian ini interval prime (P1) dan secondo (M2) lebih mendominasi. Pada kata langit dari baris terakhir bait keempat, nada re tinggi dinyanyikan dalam 9 ketuk yang menandakan adanya perubahan yang signifikan pada emosi lagu. Hal ini sekaligus mengantarkan pada puncak ide pokok pikiran lagu.

5. Bagian C’ dan bait kelima

Gambar 14: Bagian C’ dan bait kelima Lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Pada bagian C’ terdapat 24 ruang birama, yang meliputi frase tanya dan jawab. Frase tanya memiliki 8 ruang birama, sedangkan frase jawab memiliki 16 ruang birama. Bait terakhir dalam syair mengisi bagian C’ dalam lagu. Pada frase


(73)

tanya dan jawab, interval yang digunakan adalah interval prime (P1), secondo (M2), terts (M3), kuart (P4), dan kuint (P5). Pada bagian ini interval secondo (M2) lebih mendominasi. Bagian ini menjadi puncak lagu, dimana bunyi rimanya berat dan menyaratkan emosi tertinggi dari keseluruhan lagu.

6. Coda

Gambar 15: Coda dan syair Lagu Berita kepada Kawan Sumber: (Resta, 2016)

Lagu diakhiri dengan coda ringan yang menjadi melodi senandung kata oh. Interval yang digunakan pada coda adalah interval prime (P1) dan secondo (M2). Seperti bagian A dan A’, senandung kata oh dalam syair digunakan penyair untuk mempermanis lagu. Selain itu kata tersebut juga membuat akhir lagu terasa lebih enak didengar.


(1)

Peneliti: Kenapa bapak berpendapat seperti itu?

Faisal Singarimbun: Alasannya karena syairnya bercerita seperti itu. Lagunya sering dipakai sebagai backsound berita bencana alam kan? Jelas sekali kalau lagunya menceritakan tentang bencana alam. Peneliti: Iya pak, terima kasih untuk alasannya. Kalau begitu saya mau

bertanya tentang kegiatan members ega, agenda apa saja yang rutin dilakukan pak?

Faisal Singarimbun:Biasanya kami mengadakan kegiatan sosial, seperti menanam pohon, atau mengunjungi panti sosial. Kadang kami juga mengadakan pertunjukan musik.

Peneliti: Apa pak Ebiet pernah ikut dalam salah satu agenda members ega?

Faisal Singarimbun: Oh, sering.

Peneliti: Wah, pasti senang sekali ya pak bisa melakukan kegiatan sosial bersama idola.

Faisal Singarimbun: Ya pasti senang sekali mba.

Peneliti: Sudah hampir malam pak, saya pamit dulu. Terima kasih banyak untuk waktu dan obrolannya. Semoga bapak sehat selalu.

Faisal Singarimbun: Iya sama-sama mba. Semoga skripsinya mba lancar ya. Peneliti: Amiin, sekali lagi terima kasih pak.


(2)

103


(3)

(4)

(5)

(6)