KAJIAN PUSTAKA IMPLEMENTASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JALANAN (PKS-ANJAL) SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN HAK DASAR PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DAN BELAJAR DIPONEGORO SLEMAN YOGYAKARTA.

22 Pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak ditujukan untuk membantu memperbaiki kondisi anak dan keluarga, serta membantu dalam memenuhi kebutuhan hak dasar anak. Dibuatlah program kesejahteraan sosial anak PKSA. Program Kesejahteraan Sosial Anak PKSA merupakan wahana untuk membangun sistem bantuan sosial berbasis keluarga dan mengimplementasikan penguatan tanggung jawab orang tua keluarga. Program Kesejahteraan Sosial Anak PKSA merupakan : Upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri, dan kreativitas anak, penguatan orang tuakeluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Nomor : 29RS-KSAKEP2011 : 9-10. Menurut Mulia Astuti dkk 2013 Program Kesejahteraan Sosial Anak PKSA merupakan bagian dari sistem Kesejahteraan Sosial secara luas. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial sendiri adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dalam konsep kesejahteraan sosial, harus terdapat aspek pencegahan primer, penanganan resiko sekunder, maupun penanganan korban tersier. Program Kesejahteraan Sosial Anak juga mencakup aspek perlindungan anak. Disini, titik berat ada pada penanganan masalah yang dialami anak. Konsep ini masuk dalam pelayanan tersier. Dalam PKSA, terdapat 5 cluster pelayanan anak. Cluster tersebut adalah, Anak Balita 23 Terlantar, Anak Terlantar yang tercakup di dalamnya Anak Jalanan, Anak Berhadapan dengan Hukum, Anak dengan Kedisabilitasan, dan Anak Memerlukan Perlindungan Khusus. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah Upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri, dan kreativitas anak, penguatan orang tuakeluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. Serta mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. b. Tujuan PKSA Tujuan Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari keterlantaran, kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisispasi anak dapat terwujud. Kemensos RI, 2011 : 11 c. Sasaran PKSA Sasaran PKSA diprioritaskan kepada anak-anak yang miliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, 24 ketunaan soaial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan atau korban tindak kekrasan, eksploitasi dan diskriminasi. Menurut Kementrian Sosial RI dalam buku pedoman PKSA 2011 : 13 sasaran penerima manfaat dibagi dalam 6 enam kelompok, meliputi: 1 Anak balitausia dini yang terlantar tanpa asuhan yang layak a Anak yang berasal dari keluarga sangat miskin miskin b Anak yang kehilangan hak asuh dari orangtua keluarga c Anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orangtua keluarga d Anak yang di eksploitasi secara ekonomi seperti anak balita yang disalahgunakan orangtua menjadi pengemis di jalanan. e Anak yang menderita gizi buruk atau kurang. 2 Anak terlantar tanpa asuhan yang layak, meliputi : a Anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tua keluarga, atau b Anak kehilangan hak asuh dari orang tua keluarga. 3 Anak terpaksa bekerja di jalanan, meliputi : a Anak yang rentan bekerja di jalanan b Anak yang bekerja di jalanan c Anak yang bekerja dan hidup di halanan. 4 Anak yang berhadapan dengan hukum, meliputi: a Anak yang diindikasikan melakukan pelanggaran hukum b Anak yang mengikuti proses peradilan c Anak yang berstatus diversi d Anak yang menjalanai masa hukuman pidana e Anak yang menjadi korban perbuatan pelanggaran hukum f Anak yang berperilaku nakal 5 Anak dengan kecacatan, dengan kategori : a Mampu didik dan mampu latih b Cacat ringan dan sedang, meliputi: anak dengan kecacatan fisik, anak dengan kecacatan mental, anak dengan cacat fisik dan mental c Cacat berat yang belum diakses Program Jaminan Sosial oarang dengan kecacatan 6 Anak yang memerlukan perlindungan khusus lainnya, meliputi: a Anak dalam situasi darurat dan berada dalam lingkungan yang buruk diskriminasi b Anak korban perdagangan manusia 25 c Anak korban kekrasan, baik fisik dan atau mental dan seksual d Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, serta dari komunitas adat terpencil e Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotopika dan zat adiktif lainnya NAPZA f Anak yang terinfeksi HIV AIDS. Sasaran PKSA yang akan dicapai dalam periode RPJMN II tahun 2010-2014 adalah : 1 Meningkatnya presentase anak dan balita terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dengan kecacatan dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus untuk memperoleh akses pelayanan sosial dasar. 2 Meningkatnya presentase orangtuakeluarga yang bertanggung jawab dalam pengasuhan dan perlindungan anak. 3 Menurunnya prosentase anak yang mengalami masalah sosial. 4 Meningkatnya lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan perlindungan terhadap anak. 5 Meningkatnya Pekerja Sosial Profesional, tenaga Kesejahteraan Sosial dan Relawan Sosial terlatih, yang memberikan pendampingan di bidang pelayanan kesejahteraan sosial anak. 6 Meningkatnya peranan Pemerintah Daerah provinsi kabupaten kota dalam mensinergiskan PKSA dengan program kesejahteraan dan perlindungan anak yang bersumber dari APBD. 7 Meningkatnya produk hukum pengasuhan dan perlindungan anak sebagai landasan hukum pelaksanana PKSA. d. Kebijakan 1 Mengedepankan kemitraan dengan berbagai pihak dalam mewujudkan sistem kesejaheraan sosial anak yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan, 2 Mengupayakan perluasan jangkauan layanan untuk seluruh anak yang mengalami masalah sosial, 3 Mengedepankan pengembangan sistem pelayanan dan program kesejahteraan sosil yang melembaga dan profesional, 26 4 Menempatkan keluarga sebagai pusat pelayanan dalam rangka memperkuat tanggung jawab orang tua keluarga dalam memberikan pengasuhan dan perlindungan bagi anak, 5 Mendorong peningkatan kemampuan dan keterlibatan masyarakat dalam upaya mensejahterakan dan melindungi anak. e. Kriteria Penerima Manfaat Sasaran PKSA diprioritaskan kepada anak-anak yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan, ketelentaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, danatau korban tindak kekerasan, ekspoitasi dan diskriminasi. pedoman PKSA, 2011 : 13. f. Program-program PKSA PKSA dibagi menjadi 6 kelompok kluster Program, yaitu : 1 Program Kesejahteraan Sosial Anak balita PKS-AB 2 Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar PKS-Antar 3 Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan PKS-Anjal 4 Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum PKS-ABH 5 Program Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan PKSA- ADK 6 Program Kesejahteraan Sosial Anak Dengan Perlindungan Khusus PKS-AMPK PKSA dirancang sebagai upaya yang terarah, Terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan 27 masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial dan bantuan kesejahteraan sosial anak bersyarat conditional cash transfer yang meliputi: 1 Bantuan Sosial subsidi pemenuhan hak dasar akte kelahiran, tempat tinggal, nutrisis, air bersih, dll. 2 Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar akses pendidikan dasar, akses pelayanan kesehatan, akses oelayanan rehabilitasi sosial, dll 3 Pengembangan potensi diri dan kretifitas anak. 4 Penguatan tanggung jawab orang tua keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak. 5 Penguatan kelembagaan kesejahteraan sosial anak g. Prasyarat dan Kewajiban Penerima layanan Sasaran penerima layanan PKSA : anak, orang tua keluarga maupun lembaga kesejahteraan sosial yang menjadi mitra pendamping, harus memenuhi persyaratan conditionalities sebagai berikut : 1 Adanya perubahan sikap dan perilaku sosial anak ke arah positif 2 Intensitas kehadiran anak dalam layanan sosial dasar dari berbagai organisasilembaga semakin meningkat. 3 Intensitas kehadiran anak dalam kegiatan pengembangan potensi diri kreativitas anak semakin meningkat. 4 Tanggung jawab orang tua keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak semakin meningkat. 28 5 Peran Lembaga Kesejahteraan Sosial anak yang bermitra dengan Kementerian Sosial semakin efektif dalam mendampingi anak sehingga anak dapat terhindar dari penelantaran, eksploitasi, kekerasan dan diskriminasi. 2. Kajian tentang Anak Jalanan a. Pengertian Anak Rawan Sebelum menjelaskan mengenai pengertian anak jalanan, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian anak rawan itu sendiri, apa yang dimaksud dengan anak rawan, ciri-ciri anak rawan serta kategori penggolongan anak rawan. 1 Pengertian anak rawan Anak rawan sendiri pada dasarnya adalah sebuah istilah untuk menggambarkan kelompok anak-anak yang karena situasi, kondisi, dan tekanan-tekanan kultur maupun struktur menyebabkan mereka belum atau tidak terpenuhi hak-haknya, dan bahkan acap kali pula dilanggar hak-haknya Bagong, 2010: 3-4. 2 Ciri-ciri anak rawan Inferior, rentan dan marginal adalah beberapa ciri yang umumnya diidap oleh anak-anak rawan. Dikatakan inferior, karena mereka biasanya tersisih dari kehidupan normal dan terganggu proses tumbuh kembangnya secara wajar. Adapun dikatakan rentan karena mereka sering menjadi korban situasi dan bahkan terlempar dari masyarakat displaced children. Sementara itu, anak-anak rawan 29 tersebut tergolong marginal karena dalam kehidupan sehari-harinya biasanya mereka mengalami berbagai bentuk eksploitasi dalam diskriminasi, mudah diperlakukan salah dan bahkan acap kali pula kehilangan kemerdekaannya Bagong, 2010: 3-4. 3 Penggolongan anak rawan Penggolongan anak rawan diantaranya: anak korban perkosaan, anak-anak yang dilacurkan, buruh anak, anak jalanan, pengungsi anak, anak yang ditelantarkan, anak korban kekerasan, dan anak-anak yang mempunyai perlindungan khusus Children in Need of Special Protection sesungguhnya adalah kelompok manusia yang rawan diperlakukan salah. Mereka bukan saja sering tidak dipenuhi hak-ahak dasarnya dan ditelantarkan, tetapi juga sering dilanggar hak- haknya: diperlakukan kasar dan menjadi korban Child abuse. Anak-anak yang terkategori rawan ini biasanya memang tidak kelihatan dan suaranya pun nyaris tak terdengar, mereka tersembunyi di kolong jembatan, hidup dirumah-rumah petak yang berhimpitan dengan gedung bertingkat, dan ditampung di camp-camp pengungsi.dan berserakan diwilayah pedesaan yang terisolasi Bagong, 2010: 2-3 b. Pengertian Anak Jalanan Anak Jalanan : Anak Jalanan, tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau kadang disebut juga secara eufemistis sebagai anak mandiri. Usulan Rano karno tatkala ia menjabat sebagai Duta Besar UNICEF. Sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan 30 dengan lingkungan kota yang keras , dan bahkan sangat tidak bersahabat Bagong, 2010: 185-186. Anak jalanan yakni adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak dijalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada orang tuanya Soedijar, 1984; Sanusi, 1995; Bagong, 2010, menurut UU Tentang Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 6 Tentang Perlindungan Anak. Anak Terlantar adalah Anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Anak jalanan adalah yang berusia dibawah 18 tahun melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan termasuk dilingkungan pasar, pertokoan dan pusat-pusat keramaian lainnya. Depsos RI. 2008 : 7 Menurut uraian tentang pengertian anak jalanan diatas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan merupakan anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja dijalan, anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras. c. Faktor-faktor Penyebab Keberadaan Anak Jalanan 31 Menurut Aan T. Subhansyah Dkk: Faktor pendorong hadirnya anak hidup di jalan ditenggarai sebagaian besar berasal dari masalah kemiskinan dan kekerasan dalam keluarga. Faktor Penyebab Keberadaan Anak Jalanan yaitu: Kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, Ketidak harmonisan keluargatekanan orang tua, Pengaruh teman atau kerabatpergaulan, Sebagai pelarian dari keluarga, Pilihan hidup anak itu sendiri 3. Hak Dasar Anak Jalanan a. Hak Dasar Anak Anak di Indonesia berhak atas hak dasarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup selayaknya anak normal. Hak dasar tersebut seharusnya diketahui oleh setiap lapisan masyarakat guna menciptakan partisipasi mereka dalam pemenuhan hak dasar anak. Dinamika kehidupan sosial sering kali membuat anak tidak bisa mendapatkan haknya. Dinamika sosial tersebut akhirnya membentuk permasalahan anak yang sampai sekarang tidak bisa hilang dimuka bumi. Maka dari itu perlu dibuat peraturan perundangan yang menjadi landasan terciptanya pemenuhan kebutuhan hak dasarnya. Menurut Undang – Undang Dasar 1945 dengan amandemen menyebutkan,“anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. Dengan kata lain negara memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan, perlindungan serta hak – hak anak terlantar tersebut. 32 Hak asasi anak terlantar pada umumnya sama dengan hak asasi manusia lain, seperti tercantum dalam Undang – Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Menurut UU Tentang Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 6 Tentang Perlindungan Anak bahwa Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah. Setiap anak di indonesia berhak atas hak dasarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup selayaknya anak normal. Anak jalanan kurang terpenuhi kebutuhan hak dasar anak seperti pendidikan, kebutuhan tumbuh kembang, partisipasi, dan perlindungan. Depsos RI, 2008 :31. Menurut sekjen PBB pada tanggal 20 November 1989 dan konvensi PBB ini berlaku pada tanggal 2 September 1990 khususnya pada artikel 32 ayat 1 berbunyi: “pihak Negara mengakui hak anak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari melakukan setiap pekerjaan yang mungkin akan berbahaya atau menggangu pendidikan anak, atau membahayakan kesehatan atau perkembangan fisik dan mental, spiritual, moral atau sosial anak”. Menurut Kemensos 2010 : 10 Hak-hak anak merupakan bagian integral dari HAM, berkaitan dengan peranan negara, maka tiap negara mengembankan kewajiban yaitu : 1 melindungi to protect, 2 memenuhi to fulfill, 3 dan menghormati to respect. 33 Hak-hak anak berdasarkan kewajiban negara dimaksud maka sistem kesejahteraan anak dan keluarga diimplementasikan dalam kerangka kebijakan yang sifatnya kontinum dari tingkat makro sampai mikro. Kementrian Sosial RI dalam Pedoman Operasional Bantuan Sosial Melalui LKSA 2013 : 3 dijelaskan bahwa: Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan kasih sayang dari keluarga, hak mendapat perlindungan dari segala bentuk kekrasan dan eksploitasi, hak mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, identitas diri dan hak partisipasi. Hal ini sangat penting diperoleh dari keluarga sebagai fondasi bagi tumbuh kembang anak. Namun, maslah kemiskinan yang dihadapi banyak keluarga telah menyebabkan ketidakmampuan keluarga menjalankan peran pengasuhan sehingga hak-hak anak menjadi tidak terpenuhi, hal ini menyebabkan anak terpaksa turun ke jalan untuk hidup dan bekerja di jalan. Pemenuhan hak dasar seperti pemenuhan gizi nutrisi susu, perawatan, kesehatan dasar di rumah, penyediaan pakaian sehari-hari, penyediaan peralatan mandi, penyediaan alat permaianan edukatif,dll. Kemensos RI, 2011 : 39. Menurut Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 4 Bahwa anak memiliki hak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang. Depsos RI, 2008 : 33 Menurut uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah. Setiap anak berhak atas hak dasarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup selayaknya anak normal. Anak jalanan kurang terpenuhi kebutuhan hak dasar anak seperti 34 pendidikan, kebutuhan tumbuh kembang, partisipasi, dan perlindungan. Maka dari itu perlu dibuat peraturan perundangan yang menjadi landasan terciptanya pemenuhan kebutuhan hak dasarnya. Terkait pemenuhan hak dasar anak diindonesia, permasalahan anak jalanan menjadi salah satu permasalahan anak yang belum bisa mendapatkan hak-hak dasarnya. Kementrian Sosial RI, dalam tujuan pedoman pelaksanaan PKS-Anjal dijelaskan beberapa poin mengenai upaya penanganan masalah anak jalanan. Pemenuhan hak dasar ini diharapkan bisa menekan anak jalanan untuk melakukan aktivitas ekonomi dijalan berikut adalah empat hak dasar yang menjadi prioritas program untuk mengatasi permasalahn anak jalanan Pedoman PKSA, 2011 : 39 : 1 Pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pemenuhan gizi nutrisi susu, perawatan kesehatan dasar di rumah, penyediaan pakaian sehari-hari, penyediaan peralatan mandi, penyediaan alat permainan edukatif, dll. 2 Aksesibilitas terhadap layanan sosial dasar, seperti untuk mengurusan akte kelahiran, penyediaan pakaian seragam, penyediaan sepatu sekolah, penyediaan buku-buku sekolah yang tidak dibiayai Biaya Operasional Sekolah BOS, transportasi dalam mengakses layanan kesehatan dipuskesmas rumah sakit, sarana aksesibilitas peralatan bantu bagi anak dengan kecacatan, dll. Layanan sosial dasar dari program-pogram berbagai sektor pemerintah tidak selayaknya menggunakan tabungan anak, seperti Jamkesmas, BOS, biaya administrasi Akte Kelahiran, dll. 3 Peningkatan potensi diri dari kretivitas anak, meliputi biaya untuk : a kegiatan kesenian transport atau biaya mengikuti latihan keterampilan musik, kerajinan tangan handi craf, melukis, menari, drama teater, dll, pengadaan sarana peralatan kretivitas anak alat musik gitar, alat musik tradisioanal, bahan-bahan pelatihan keterampilan, dll.; b kegiatan oleh raga peralatan olah raga yang disukai anak, transport biaya ikut klub oleh raga, dll; 3 35 kegiatan bimbingan mental spiritual alat dan pakaian ibadah, transport ke tempat ibadah pada hari-hari besar, dll 4 Pengutan tanggung jawab orang tua keluarga seperti akses transport mengantar anak mengurus pelayanan kesehatan dasar, perbaikan nutrisi ibu hamil korban kekrasan di rumah, layanan akses konseling peservasi orang tua, dll.. layanan yang seharusnya diperoleh dari program-program pemberdayaan keluarga miskin dari berbagai sektor pemerintah tidak selayaknya mengguakan tabungan anak, seperti pembelian Raskin, Modal Usaha dari PNPM, Usaha Ekonomi Produktif KUBE, pembuatan KTP, dll. Selama proses pelaksanaan PKSA, maka LKSA harus menupayakan agar para orang tua, wali mempunyai tabungan sendiri, sehingga pemanfaatan tabungan anak dapat sepenuhnya diperuntukkan untuk kepentingan anak. b. Hak Dasar Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan telah dimulai sejak manusia berada di muka bumi ini, dengan berkembangnya kehidupan dan peradaban manusia maka perkembangan penyelenggaraan pendidikan sejalan dengan kehidupan manusia. Pendidikan mempunyai peran untuk membentuk pribadi- pribadi manusia menjadi lebih baik dan terarah. Pendidikan mempunyai beberapa artian diantanya menurut T. Sulistyono 2011 : 1 Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada pemikiran tertentu. Dengan kata lain, upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan. Undang-Undang No 35 tahun 2014 pasal 9 ayat 1 : “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat”. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan 36 secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sugihartono dkk, 2007 : 3 Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Dalam memenuhi hak dasar anak untuk memperoleh pendidikan PKSA memberikan pelayanan Aksesibilitas Pelayanan Sosial Dasar adalah kemampuan menjangkau pelayanan sosial dasar untuk anak penerima manfaat PKSA berupa pelayanan kesehatan dasar, pendidikan, identitas diri, peningkatan keterampilan, sarana, tempat tinggal, air bersih, rekreasi, dan kebutuhan dasar lainnya. Pedoman PKSA, 2011 : 11 Menurut Undang-undang Tentang Perubahan Atas UU No 23 Th 2002 Tentang Perlindungan Anak, Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. Anak jalanan harus diberikan pendidikan guna pengembangan mental dan kecerdasan. Terkait dengan masalah pendidikan, UU tersebut juga pada Pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa: “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan 37 pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.” Anak jalanan sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Pada dasarnya mereka memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran sesuai minat dan bakatnya. seperti anakanak lainnya. Untuk itu, pendidikan harus diberikan kepada masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi, jenis kelamin dan lain sebagainya termasuk anak jalanan. Menurut uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada pemikiran tertentu. Setiap Anak berhak memperolah pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat anak. Diantara hak-hak mendasar bagi anak-anak adalah tercukupinya kesempatan pendidikan, dan kebutuhan untuk mengapresiasikan diri dalam konteks mereka sebagai anak-anak. Beberapa problem spesifik anak-anak jalanan yang mencegah keikutsertaan anak-anak jalanan dalam pendidikan formal adalah rendahnya kesadaran tentang arti pendidikan serta masih adanya diskriminasi yang muncul dari masyarakat ketika mereka mengikuti pendidikan formal tertentu. Hal ini sangat mengganggu berbagai upaya pemerintah dan beberapa kelompok masyarakat untuk memberikan pendidikan formal kepada anak-anak jalanan. Sementara, pembiaran anak-anak jalanan untuk tetap tidak memiliki basis pendidikan tertentu akan menciptakan 38 problem baru dimasa yang akan datang. Untuk pencapaian pemenuhan hak pendidikan tersebut, maka Rumah Singgah dan Belajar RSB Diponegoro telah merancang program pemenuhan kebutuhan pendidikan anak bagi anak-anak jalanan. 4. Tinjauan Tentang Rumah singgah a. Pengertian Rumah Singgah Lembaga Pelayanan Sosial Anak jalanan adalah suatu wahana yang menyedakan pelayanan sosial bagi anak jalanan, baik yang bersifat rehabilitasi, pengembangan, maupun tindak lanjut baik yang diselenggarakan oleh lembaga milik pemerintah maupun lembaga milik masyarakat. Depsos RI. 2008 : 7. Rumah Singgah sebagaimana tertuang dalam dalam petunjuk pelaksanaan Pembinaan kesejahteraan Sosial anak Jalanan Departemen Sosial RI adalah suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara, antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membentu meraka. Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Rumah singgah diharapkan akan menjadi tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya. Karena itu ditekankan pentingnya menciptakan rumah singgah sebagai tempat yang aman, menarik dan menyenangkan bagi anak jalanan. Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial Humana, hal 65. 39 b. Tujuan Rumah Singgah Peraturan Menteri Sosial RI No 184 Tahun 2011 Tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial, BAB II pasal 2-3 : Pasal 2 : “Tujuan pendirian LKS sebagai wujud peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.” Pasal 3 : “Ruang lingkup Peraturan ini meliputi Kedudukan, Peran dan Fungsi, Lingkup Wilayah dan Tipologi, Syarat dan Tata Cara Pendaftaran dan Perizinan LKS, Sumber Daya, Koordinasi, Kewenangan, Pendanaan, Pelaporan, Pembinaan dan Pengawasan, Pemantauan dan Evaluasi, Penghargaan dan Dukungan, dan Sanksi Administrasi.” c. Prinsip-prinsip Rumah Singgah Prinsip rumah singgah disusun sesuai dengan karakteristik pribadi maupun kehidupan anak jalanan untuk memenuhi fungsi dan mendukung strategi. Prinsip rumah singgah adalah : 1 Semi institutional yaitu anak jalanan sebagai penerima pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya mengikuti kegiatan. 2 Pusat kegiatan rumah singgah merupakan tempat kegiatan, pusat informasi dan akses semua kegiatan yang dilakukan didalam maupun diluar rumah singgah. 3 Terbuka 24 jam yaitu anak jalanan boleh datang kapan saja. 4 Hubungan informasi dalam rumah singgah bersifat informal seperti perkawanan dan kekeluargaan. 5 Bermain dan belajar. 6 Persinggaan dari perjalanan ke rumah atau alternatif lain. Rumah singgah merupakan persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan ditentukan oleh anak Zulfadli, 2004. d. Pendekatan Pelayanan Rumah singgah Pendekatan pelayanan rumah singgah yang mendasari standar, Pendekatan Ekologi dan Psikososial, Perspektif Kekuatan Strength Perspective serta Perlindungan Hak Anak, standar dikembangkan 40 dengan memanfaatkan pendekatan ekologi, psikososial, perspektif kekuatan dan perlindungan anak. Dengan memadukan pendekatan- pendekatan tersebut, anak diposisikna sebagai aktor dalam lingkungan sosialnya yang dipengaruhi oleh dan mempengaruhi berbagai sistem, baik keluarga, komunitas, masyarakat maupun kebijakan-kebijakan yang mendukung kehidupan anak. Posisi ini pula yang memungkinkan anak dihargai secara individual, mendapatkan kesempatan yang berpartisipasi dalam terpenuhinya hak-hak mereka sebagai anak yang membutuhkan perlindungan. Standar Nasional Pengasuhan Untuk lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, hal 8. e. Tahapan-tahapan Pelayanan Rumah Singgah Tahapan pelayan rumah singgah yaitu : 1 Tahap I : Penjangkauan Pada tahap ini dilakukan penjangkauan terhadap anak-anak jalanan yang akan diberikan pelayanan melalui Rumah singgah. Pelaksana hendaknya turun ke jalan untuk bertemu dan berkenalan dengan anak-anak yang berada di wilayah sasaran. Proses ini bisa berlangsung pada tiga bulan pertama secara intensif, namun berlangsung selama pelayanan, hanya saja bulan-bulan berikutnya bisa dikurangi atau mengaktifkan anak-anak yang sudah dikenal untuk menghubungi anak-anak lain. Kegiatan penting tahap ini adalah : 41 a Menyusun rencana penjangkauan yang meliputi kantong anak, kelengkapan surat, pengumpulan dataawal, kontak person, koordinasi dengan pihak terkait. b Perkenalan dengan anak-anak jalanan. c Membuat pemetaan wilayah sasaran dan gambaran keadaan anak jalanan di wilayah tersebut. d Identifikasi anak-anak jalanan di wilayah tersebut secara kelompok atau menyeluruh seperti jenis kegiatan, asal daerah, kebiasaan di jalanan, dan lainlain. e Pengelompokan anak berdasarkan kegiatan dan ruang gerak anak di kantong anak jalanan. f Mengupayakan rumah singgah di dekat lokasi kantong anak jalanan bersama anak jalanan. g Mensosialisasikan manfaat rumah singgah kepada anak-anak jalanan. h Menumbuhkan kepercayaaan anak jalanan kepada pekerja sosial. 2 Tahap II : Masuk Rumah Singgah a Mengajak anak jalanan ke rumah singgah baik digunakan pendekatan perorangan maupun kelompok. b Memberikan kesempatan kepada anak jalanan untuk mengenal lebih dekat rumah singgah dan lingkungannnya. c Identifikasi awal terhadap anak jalanan. 42 d Menjelaskan peran yang harus dilakukan oleh anak dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah singgah. e Melakukan kesepakatan pelayanan yang akan diterima anak jalanan. 3 Tahap III : Persiapan Menerima Kegiatan a Menciptakan susanan rumah singgah sebagai suatu keluarga dimana satu sama lain saling memahami dan bersikap terbuka. b Membuat peraturan tata tertib rumah singgah bersama anak. c Membimbing anak untuk berperilaku secara normatif. d Menyusun jadwal pemeriksaan kesehatan bulanan. e Pekerja sosial membagi penanganan anak jalanan berdasarkan masalah dan kebutuhannya. f Menyiapkan anak memperoleh pelayanan tersebut. 4 Tahap IV : Penerima Kegiatan a Menghubungi sistem sumber yang akan dijaldikan mitra. b Membuat kesepakatan kemitraan antara rumah singgah dengan sistem sumber. c Anak memperoleh pelayanan. d Memonitoring dan evaluasi anak selama memperoleh pelayanan dari sistem sumber. 43 5 Tahap V : Pengakhiran Pelayanan Pengakhiran pelayanan adalah selesainya pelayanan terhadap anak. Pengakhiran dapat dilakukan, jika: a Anak pergi tanpa kabar. b Anak jalanan kembali ke keluarga. c Anak jalanan dapat dirujuk ke keluarga pengganti dan lembaga penerima rujukan. d Anak jalanan yang telah selesai mengikuti seluruh proses pelayanan rumah singgah. e Anak jalanan terdapat pekerjaan tetap. Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan, 2005 : 15-18 B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penelitian Muhammad Lucky Lukman Dolly 2012. Muhammad Lucky Lukman Dolly melakukan penelitian tentang Kehidupan Anak Jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pengelola rumah singgah, pendamping, tutor, dan anak binaan rumah singgah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. 44 Hasil penelitian menunjukan bahwa kehidupan anak jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta di lakukan dengan tiga bentuk 1 karakteristik kehidupan Anak jalanan pada umumnya tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mandi, cuci, kakus serta makan, hanya yang membedakan antara anak jalanan dan anak normal adalah karakter fisik dan psikis, 2 style yang diterapkan anak jalanan dalam kehidupan sehari-hari berpenampilan lusuh dan rambut kemerahan, sedangkan gaya hidup yang diterapkan antara lain: merokok, mewarnai rambut, mabuk-mabukan namun setelah masuk rumah singgah kebiasan itu telah ditinggalkan oleh anak, 3 interaksi dalam pendidikan anak jalanan, bentuk interaksi dalam pendidikan yang di berikan anak jalanan oleh pihak rumah singgah antara lain: a program pelatihan berupa program life skill, b program pendampingan memberikan pengajaran atau pendampingan belajar kepada anak jalanan, c program PKSA adalah serangkaian layanan khusus berupa layanan pemenuhan kebutuhan dasar. Tindak lanjut dari hasil penelitian ini diharapkan perlu adanya penambahan pendamping dan tutor yang berpengalaman dalam pelaksanaan program pemberdayaan untuk anak jalanan. Dari penelitian dengan judul kehidupan anak jalanan diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Program Kesejahteraan Sosial Anak PKSA, jika pada penelitian diatas menggunakan tempat di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta 45 maka peneliti menggunakan tempat di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro Yogyakarta. 46 C. Kerangka Berpikir Gambar 1. Kerangka Berfikir D. Penerima Manfaat Dana PKSA Ada 60 Anak Binaan Penerima Manfaat Dana PKSA di RSB Diponegoro Masalah Anak Jalanan Rumah Singgah dan Belajar Diponegro Pelaksanaan Bantuan Program Kesejahteraan Sosial Anak Pemenuhan Hak Dasar Anak, salah satunya yaitu Upaya Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak Jalanan Anak Terpenuhi Kebutuhan Dasar dan Tidak Kejalan 47 Berdasarkan bagan kerangka berpikir yang ada di atas, maka penjelasan kerangka berpikir tersebut yaitu sebagai berikut : Perubahan pembangunan disektor ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan perkembangan yang cukup pesat. Namun tidak dapat dipungkiri menghasilkan dampak yang kurang baik yaitu munculnya kesenjangan sosial di Indonesia. kesenjangan sosial tersebut memunculkan permasalahan di Indonesia khususnya pedesaan maupun perkotaan yang masalahnya lebih komplek. Dari sekian dampak perubahan pembangunan nasional yang tidak merata, mengakibatkan permasalahan. Salah satunya ialah masalah kemiskinan yang belum teratasi secara efektif secara memberikan kontribusi pada ketelantaran anak. Menjadi pendorong banyak anak yang terpaksa beraktifitas di jalanan untuk mencari uang, salah satunya yaitu munculnya anak jalanan. Keadaan anak jalanan yang sebagian besar menghabiskan waktu dijalan untuk mengais dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah, dimana seharusnya anak mendapatkan pendidikan layak di usianya yang tergolong muda, karena dipaksa atau terpaksa turun ke jalan dengan alasan tertentu, sehingga kebutuhan hak dasar anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak tidak terpenuhi. Setiap anak memiliki hak yang sama untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan potensinya. Anak jalanan merupakan salah satu aset bangsa dan penerus masa depan bangsa. Keberadaannya dijalanan perlu dientaskan dan salah satu cara mengentaskannya adalah dengan menyelenggarakan rumah singgah. 48 Di dalam rumah singgah anak jalanan diberikan pelayanan kesejahteraan sosial diantaranya melalui pemberdayaan anak jalanan. Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro RSB sebagai Lembaga Pelayanan Sosial Anak Jalanan untuk memperoleh pendidikan yang memadai, hak untuk menikmati kehidupan anak-anak dan perlindungan. Rumah Singgah sebagai penerima dan pelaksana manfaat dana PKSA klaster Anak Jalanan adalah program kesejahteraan sosial anak yang diperioritaskan kepada anak-anak jalanan dengan komponen program bantuan sosialSubsidi Hak Dasar Anak, meliputi: Bantuan sosialsubsidi pemenuhan hak dasar akte kelahiran, tempat tinggal, nutrisi, air bersih, dll, Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar akses pendidikan dasar, akses pelayanan kesehatan, akses pelayanan rehabilitasi sosial, dll., Pengembangan potensi diri dan kreativitas anak, Penguatan tanggung jawab orang tuakeluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak, Penguatan kelembagaan kesejahteraan sosial anak. Anak jalanan yang menjadi binaan Rumah Singgah Diponegoro yang menerima manfaat dana PKSA yaitu berjumlah 60 anak, anak tersebut tidak hanya berasal dari Yogyakarta tetapi juga dari luar Yogyakarta yang beraktifitas di Yogyakarta. Syarat dasar penerima manfaat dana PKSA yaitu anak yang beraktifitas di jalan anak jalanan. Diharapkan dengan pemanfaatan bantuan dana PKSA tersebut anak dapat memperoleh hak pendidikan dasar dan anak tidak lagi kejalan. E. Pertanyaan Penelitian 49 1. Bagaimana Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak PKSA sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan melalui pemanfaatan dana PKSA di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro? 2. Bagaimana hasil yang ingin dicapai dari peran Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak? 3. Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan Sosial Anak LPKSA RSB Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui pemanfatan dana PKSA? 4. Apa saja yang menjadi faktor penghambat Pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro? 5. Apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro? 50

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode, dan alasan menggunakan metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan ini dikarenakan ingin mengetahui gambaran lebih dalam terkait dengan Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak jalanan PKS-Anjal Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah Dan Belajar RSB Diponegoro Yogyakarta. Menurut Sugiyono 2007:9: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi gabungan, analisis data bersifat induktifkualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Menurut Best 1982:119 dalam Sukardi 2011:157, Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya. Peneliti menggunakan pendekatan dekriptif kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka tetapi berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan. Dengan tujuan yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Dengan demikian diharapkan peneliti dapat mendeskripsikan, menguraikan, dan menggambarkan bagaimana Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak jalanan PKS-Anjal Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah 51 Singgah Dan Belajar RSB Diponegoro Yogyakarta secara menyeluruh, yaitu mengenai implementasi, situasi dan keadaan yang dialami informan. sehingga penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas rasional sebagai realitas subyektif khususnya adalah anak jalanan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran deskripsi mengenai situai-situasi atau kejadian. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai studi deskripsi tentang Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak jalanan PKS-Anjal Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah Dan Belajar RSB Diponegoro Yogyakarta. Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro Yogyakarta yang beralamat Jl. Gudang Pusri No.9 A Kembang RT.01 RW 61 Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Tahap pengumpulan data awal. yaitu melakukan observasi awal untuk mengetahui tempat, aktifitas anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro. Dan wawancara formal pada obyek yang akan diteliti. 2. Tahap penyusunan proposal. 52 Dalam tahap ini dilakukan penyusunan proposal dari kata-kata yang telah dikumpulkan melalui tahap penyusunan data awal. 3. Tahap perijinan. Pada tahap ini dilakukan pengurusan izin untuk penelitian di Rumah Singah dan Belajar Diponegoro. 4. Tahap pengumpulan data dan analisis data. Dalam tahapan ini dilakukan pengumpulan terhadap data-data yang sudah di dapat dan menganalisa data untuk pengorganisasian data, interpretasi data, penyimpulan data. 5. Tahap penyusunan laporan. Tahapan ini dilakukan untuk menyusun seluruh data dari hasil penelitian yang di dapat dan selanjutkan disusun sebagai laporan pelaksanaan penelitian. C. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu untuk mengumpulkan data dalam penelitian atau alat penelitian Moleong, 2006: 216. Instrumen ini perlu karena peneliti dituntut untuk dapat menemukan data dari fenomena, peristiwa dan dokumen tertentu. Dalam penelitian ini menjadi instrument utama penelitian adalah peneliti dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Pedoman observasi digunakan sebagai alat bantu pengumpul data yang dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga data yang didapatkan sebagaimana adanya. Pencatatan data wawancara karena kalau pencatatan itu tidak dilakukan dengan semestinya, 53 maka sebagian dari data akan hilang dan usaha wawancara akan sia-sia. Pedoman dokumentasi digunakan untuk menggali data atau informasi subyek yang tercatat sebelumnya, yang bisa diperoleh melalui catatan tertulis. Menurut Moleong 2006: 216 bahwa ada dua bentuk dokumen yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Penggunaan pedoman ini bertujuan agar dalam observasi dan wawancara tidak menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti. D. Sampel Sumber Data Sumber data penelitian adalah orang, tempat, atau peristiwa yang menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian diperlukan sebagai pemberi keterangan mengenai informasi atau data yang menjadi sasaran penelitian. Subyek dalam tentang Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak jalanan PKS-Anjal Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah Dan Belajar RSB Diponegoro Yogyakarta ini adalah Pekerja sosial, Pendamping, Anak jalanan, Orang tua dan Pimpinan Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro. Tujuan dari pemilihan subyek ini adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya. E. Teknik Pengumpulan Data Mengumpulkan data merupakan pekerjaan penting dalam penelitian, ada beberapa macam metode pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian, adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interview wawancara, obsevasi pengamatan, dan dokumentasi.