Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan

80 “Pelaksanaan pksa di rumah singgah sudah sesuai dengan petunjuk pksa dan sudah tercukupi karena anak diikutkan paket A bagi yang Do.” Berdasarkan Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukan bahwa Pelaksanaan Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak PKSA di RSB Diponegoro secara umum sudah sesuai dengan pedoman operasional PKSA dari Kementrian Sosial. Yaitu membantu pemenuhan hak pendidikan anak jalanan dengan memberikan layanan, bentuk Layanan diberikan dalam bentuk pelayanan pemenuhan hak-hak dasar anak yang diperkuat dengan dana dukungan yang peruntukannya bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan gizi, pembelian perlengkapan sekolah seperti alat tulis, tas, sepatu, termasuk juga transportasi anak dari rumah ke sekolah dan pre-remedial bridging course Dalam proses implementasi pendampingan, dana dukungan PKSA disalurkan melalui rekening atas nama masing-masing anak yang di pantau oleh masing-masing pendamping. Informasi mengenai pelaksanaan program PKSA di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak Dilakukan dengan melakukan beberapa tahapan. Yaitu: a. Observasi lapangan dan pemetaan permasalahan anak Sebelum Bantuan Sosial Anak Jalanan Di tetapkan tahap awal yang di laksanakan oleh RSB Diponegoro yaitu observasi 81 lapangan dan pemetaan permasalahan anak atau dikenal dengan kegiatan penjangkauan. Penjangkauan dilaksanakan bersama-sama tim yang terdiri dari Tim RSB dan Dinas Sosial DIY. Penjangkauan ini dimaksudkan untuk menggali informasi, menghimpun data terkait dengan anak-anak yang mengadakan kegiatan di jalan raya. Selanjutnya akan dijadikan bahan masukan dan pertimbangan pemerintah dalam rangka pembinaan dan perlindungan anak yang hidup di jalan di daerah istimewa yogyakarta. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Bapak “FS” dalam wawancara yang dilakukan oleh Peneliti. “Tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh RSB Diponegoro yaitu melakukan tahapan awal dengan penjangkauan kami turun ke jalan untuk mengamati anak yang sedang mengamen di jalan Penjangkauan adalah sebagian cara atau strategi agar dapat mengenal dan mendekati anak-anak.” Pernyataan mengenai Tahap-tahapan pelaksanaan program PKSA juga diungkapkan oleh Mba “DV” sebagai berikut : “Tahapan yaitu dimulai dari penjangkauan, kita turun ke jalan dengan tim perwakilan dari dinas sosial, biasanya setiap lembaga sudah kebagian titik-titik yang menjadi tempat anak-anak jalanan mangkal.” Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa Sebelum Bantuan Sosial Anak Jalanan Ditetapkan tahap awal yang di laksanakan oleh RSB Diponegoro yaitu observasi lapangan dan pemetaan permasalahan anak atau 82 dikenal dengan kegiatan penjangkauan. Tim penjangkau turun ke jalan dengan tim perwakilan dari Dinas Sosial untuk mengamati anak yang sedang mengamen di jalan , masing-masing lembaga memiliki titik-titik wilayah jangkuan yang telah disampaikan pada rapat koordinasi penjangkauan sebelumnya di Dinas Sosial DIY. Penjangkauan adalah sebagian cara atau strategi agar dapat mengenal dan mendekati anak-anak. b. Melakukan assesmen dan penghimpunan informasi berkaitan profil anak dan keluarga Tahap selanjutnya yaitu melakukan assesment dan penghimpunan informasi berkaitan dengan profil anak dan keluarga. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan data dari hasil wawancara seperti yang diungkapkan oleh Bapak “FS” sebagai berikut : “Hubungan yang baik antar anak dan orangtua atau masyarakat juga diawali dengan situasi kunjungan- kunjungan seperti ini Home visit yaitu bersilaturahim ke rumah anak, penjangkauan di jalan atau berkunjung di rumah dimana anak tinggal.” Pernyataan lain mengenai tahapan assesmen dan penghimpunan informasi profil anak dan keluarga juga disampaikan oleh Mba “MK” sebagai berikut: “Verifikasi data dilakukan dengan cara melakukan kunjungan kerumah-rumah data calon penerima dukungan sekaligus melakukan wawancaran guna data tambahan yang 83 selanjutnya akan disampaikan dalam case conference antar sesama pendamping Pekerja Sosial.” Peneliti juga menemukan tahapan dari Program PKSA dalam wawancara yang dilakukan kepada Mba “DV” sebagai berikut : “Selanjutnya assesment lalu home visit yaitu dengan meminta identitas dan alamat lengkap anak saat penjangkauan dijalan mba, lalu kita kunjungi untuk mengenal anak lebih jauh beserta keluarganya. Setelah wawancara dan data sudah lengkap maka dirapatkan bareng-bareng apakah anak ini layak atau tidak untuk mendapat bantuan dana PKSA.” Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat diketahui bahwa setelah kegiatan penjangkauan tahapan selanjutnya yang dilakukan yaitu melakukan kunjungan ke rumah anak atau home visit dengan meminta identitas lengkap, mengenal anak beserta keluarganya lebih jauh, mengetahui masalah anak dan keluarga, yang selanjutnya akan dipertimbangkan bersama apakah anak ini layak atau tidak untuk mendapat dana manfaat PKSA sesuai dengan kriteria penerima manfaat PKSA. c. Case conference dan analisis data LPKSA bersama tim assessor Penetapan anak Calon Penerima dana manfaat PKSA akan dilakukan setelah kegiatan verifikasi data yang dilakukan dengan cara melakukan kunjungan kerumah-rumah anak calon penerima dukungan sekaligus melakukan wawancara dengan keluarga anak yang akan menerima dana dukungan guna data tambahan yang 84 kemudian akan disampaikan dalam case conference antar sesama pendamping dan pekerja sosial. Penerima dukungan secara umum tergambarkan sebagai anak yang mengalami permasalahan secara sosioekonomi ditambah dengan beberapa permasalahan lainnya seperti hambatan belajar, sibuk beraktifitas di lampu merah dan jalan-jalan, anak yang ditelantarkan serta anak binaan dari beberapa organisasi sub mitra panti asuhan. Syarat anak penerima bantuan PKSA dengan pedoman operasional Kementrian Sosial RI, anak yang mendapatkan pendampingan dan pembinaan dalam LKSA, yaitu: 1 Anak yang melakukan aktivitas ekonomi di jalan 2 Anak yang hidup di jalan dengan atau tanpa keluarga 3 Anak yang masih dalam proses pendampingan dan pembinaan LKSA, baik yang masih berada di jalan maupun yang sudah tidak berada di jalan 4 Terdaftar sebagai anak dampingan atau binaan dalam LKSA 5 Anak yang pada saat penetapan daftar, anak penerima bantuan sosial berusia kurang dari 18 tahun. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Mba “DV” selaku pendamping dan UPPKSA Dinsos DIY bahwa: “Assesment lalu home visit yaitu dengan meminta identitas dan alamat lengkap anak lalu kita kunjungi untuk mengenal anak lebih jauh beserta keluarganya. Setelah wawancara dan data lengkap maka dirapatkan apakah anak ini layak atau tidak untuk mendapat bantuan dana PKSA.” 85 Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Mba “MK” selaku Pendamping anak jalanan yang menyatakan bahwa: “Verifikasi data itu akan dilakukan dengan cara melakukan kunjungan kerumah-rumah data calon penerima dukungan sekaligus melakukan wawancaran mbak guna data tambahan yang kemudian akan disampaikan dalam case conference antar sesama pendamping Pekerja Sosial. Penerima dukungan secara umum tergambarkan sebagai anak yang mengalami permasalahan secara sosioekonomi ditambah dengan beberapa permasalahan lainnya seperti hambatan belajar, sibuk beraktifitas di lampu merah dan jalan-jalan, anak yang ditelantarkan serta anak binaan dari beberapa organisasi sub mitra panti asuhan. Setelah mempertimbangkan layak atau tidak anak itu mendapatkan dana bantuan. Selanjutnya ditawarin anak untuk sekolah. Dengan menggunakan Remedial Course dan Pre Remedial Bridging Course.” Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui tentang proses tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam program PKSA yaitu dengan verifikasi data yang dilakukan dengan melakukan kunjungan kerumah anak calon penerima bantuan yang kemudian data hasil wawancara tersebut dijadikan referensi yang kemudian akan disampaikan dalam Case Conference antar sesama pendamping dan pekerja sosial dengan berpedoman pada pedoman operasional Bantuan Sosial bagi anak jalanan melalui LKSA dari kementrian Sosial RI. d. Rekomendasi dan penetapan anak calon penerima program PKSA 86 Penetapan anak calon penerima bantuan PKSA merupakan hasil dari tahapan-tahapan diatas, setelah semua tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan dan dipertimbangkan apakah anak layak atau tidak untuk menerima layanan, selanjutnya ditetapkanlah anak- anak yang akan penerima layanan. Selanjutnya alternatif pengelolaan dana bantuan disalurkan melalui mekanisme bank atau pos wesel melalui lembaga penyalur bantuan sosial yaitu oleh Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro, yang disesuaikan dengan karakteristik penerima layanan. Adapun pencairan dana kepada anak harus sesuai dengan kebutuhan anak atas rekomendasi putusan hasil asesmen dan pembahasan kasus case conference atau pertimbangan orang tuakeluarga dan rekomendasi lembaga kesejahteraan sosial yang menjadi mitra kerja PKSA. Berdasarkan hasil asesmen, dana bantuan sosial dapat disalurkan menjadi bantuan peralatansaran prasarana sesuai dengan kebutuhan anak. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Mba “MK” selaku pendamping RSBD bahwa : “Setelah mempertimbangkan layak atau tidak anak itu mendapatkan dana bantuan. Selanjutnya ditawarin anak untuk sekolah. Dengan menggunakan Remedial Course dan Pre Remedial Bridging Course.” Hal ini juga diungkapkan oleh bapak “FS” selaku pengelola RSB Diponegoro bahwa : 87 “Hubungan yang baik antar anak dan orangtua atau masyarakat juga diawali dengan situasi kunjungan- kunjungan seperti ini Home visit, penjangkauan di jalan atau berkunjung di rumah dimana anak tinggal. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis bersama tim agar dapat dipertimbangkan anak layak atau tidak menerima dana PKSA nantinya selanjutnya di ditetapkan anak yang akan menerima dana tersebut.” Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa setelah tahapan-tahapan diatas dilaksanakan maka tahapan selanjutnya yaitu menetapkan anak-anak yang akan menerima bantuan PKSA dengan mempertimbangkan layak atau tidak anak ini mendapatkan dana bantuan dan mengajukan daftar anak-anak tersebut ke Kementrian Sosial guna untuk menerima bantuan PKSA . e. Menyiapkan ranting-ranting LPKSA berdasarkan basis komunitas dampingan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa untuk optimalisasi capaian Program, RSB Diponegoro bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah yang menangani persoalan anak jalanan dan anak terlantar koordinatif serta kelompok kerja masyarakat, LSM, CSO, CSR institusi sosial lain yang memiliki kesamaan tujuan untuk penanganan anak jalanan dan kelompok anak terlantar. f. Sosialiasai, promosi Program LPKSA kepada masyarakat dan membangun komitmen orangtuawali anak. 88 Tahapan ini dilakukan dalam rangka memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai prinsip pelayanan kebutuhan dasar anak sekaligus pemaparan kepada orang tua mengenai peruntukkan dana dukungan PKSA dimana orang tua sekaligus sebagai salah satu pelaksana langsung dalam upaya pemberian pelayanan guna memenuhi hak dasar anak khususnya hak dasar pendidikan . Dalam prakteknya, implementasi dilakukan bersama-sama dengan orang tua, sehingga RSBD mengupayakan untuk mendorong orang tua untuk memberikan perhatian yang lebih kepada anak dalam usaha pemenuhan hak dasar anak. Orang tua sebagai orang terdekat anak, memberikan pertimbangan dalam pembelanjaan dana dukungan dengan menekankan azas skala kebutuhan. Dalam rangka pemberian pelayanan yang terbaik, dalam upaya penjangkauan anak pun mengalami penyebaran yang cukup luas. Ada 5 area yang dijadikan fokus penjangkauan. Dengan mempergunakan kaidah skala prioritas, proses penjangakauan menghasilkan data anak yang tepat dalam memperoleh dana dukungan dengan mempertimbangkan tingkat permasalahan yang dihadapi anak dalam upaya pemenuhan hak pendidikannya dan kapasitas lembaga untuk mampu mendampingi dan memberikan pelayanan yang tepat. 89 g. Menjalankan strategi rencana kegiatan bridging course, pre- remedial course dan penguatan nutrisi anak Tahapan selanjutnya yaitu menjalankan strategi rencana kegiatan bridging course, pre-remedial course dan penguataan nutrisi anak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak “FS” selaku pengelola RSB Diponegoro bahwa: “lalu tugas kami menyiapkan ranting-ranting dampingan bentuk dampingannya mau seperti apa, ono program Sore-sore ojo do Turu, esuk-esuk ojo do nonton tv KBM paket A dilakukan RSB, sosialisasi kepada orang tua anak, selanjutnya menjalankan strategi briding course premedial course. Setelah itu dikembangkan dengan program-program Rumah singgah.” Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa setelah semua tahapan-tahapan dilaksanakan, tahapan selanjunya yaitu menjalankan rencana kegiatan bridging course, pre-remedial cours layanan perantaraan dan pemantapan belajar serta penguatan nutrisi anak yang selanjutnya dikembangkan dengan program-program RSBD seperti Sore-sore ojo turu, esuk-esuk ojo do nonton tv, pendampingan, dan pelatihan-pelatihan lainnya. h. Inisiasi-inisiasi pengembangan program Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro. Untuk dapat menjalankan peran dan fungsinya yaitu membantu dan mensejahterakan masyarakat marginal, menjalankan pembelajaran dan perlindungan anak yang hidup di jalanan, menebarkan benih kasih sayang kepada sesama mahkluk 90 Tuhan, serta untuk mendukung program PKSA. maka RSB Diponegoro mempunyai tatalaksana pelayanan dan penyaluran dukungan PKSA untuk membantu memenuhi hak dasar pendidikan anak jalanan di RSBD. Berikut ini adalah pernyataan dari Bapak “FS” selaku pengelola RSBD bahwa : “Untuk mendukung pelayanan penyaluran bantuan pksa kami melukan sosialisasi kepada orangtua mengenai tata laksana pemanfaatan dana tersebut mba, serta kami juga memberikan gambaran bentuk penggunaan bantuan kepada orang tua agar orang tua paham dan bisa dijadikan pedoman saat penggunaan dana pksa, tidak semaunya sendiri.” Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa penyaluran dukungan yang dilaksanakan di RSBD yaitu dengan Sosialisasi kepada perwalianorang tua anak dampingan mengenai tata laksana dan peruntukan dana dukungan serta bantuan tersebut disalurkan dalam bentuk rekening atas nama masing-masing anak, Rekening dibuatkan pada bank BRI KCP Seturan. Bentuk penggunaan dana dukungan RSBD mengelompokan menjadi tiga bentuk, dapat dilihat dalam tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4. Panduan Penggunaan Operasional PKSA No Bentuk Dukungan Bentuk-bentuk Penggunaan Operasionalisasi 1 Dukungan Nutrisi dan Gizi Pembelian bahan makanan pokok beras, lauk pauk Pembelian susu Pembelian vitamin Pembelian makanan tambahan 91 2 Dukungan Perlengakapan Sekolah Buku pelajaran Buku tulis Alat tuis Seragam sekolah Sepatu Sarana menuju sekolah 3 Dukungan Pre Remedial Membiayaan pendidikan alternative maupun kursus termasuk didalamnya kebutuhan untuk tutor, saranan pendidikan, dan pendukung pembelajaran Sarana transportasi menuju lokasi pembelajaran Biaya dan perlengakapan pendidikan Pembelian buku pelajaran maupu buku tulis serta alat tulis Pembelian alat tulis, buku, tas serta seragam sekolah dan sepatu Tabel diatas merupakan bentuk-bentuk pengeluaran yang disusun sebagai panduan bagi orang tua dalam penggunaan dana dukungan, Namun dalam pelaksanaannya orang tua berpegang kepada azas skala kebutuhan anak. Dalam memenuhi kebutuhan , hak dasar pendidikan anak jalanan RSBD memberikan pelayanan dengan bentuk dukungan perlengkapan sekolah dengan bentuk menggunaan untuk pembelian perlengakapan sekolah seperi buku tulis, alat tulis, sepatu, seragam sekolah serta sarana transportasi kesekolah. RSBD juga memberikan dukungan Pre remedial membiayaan pendidikan alternative maupun kursus termasuk didalamnya kebutuhan untuk tutor, saranan pendidikan, dan pendukung pembelajaran, Sarana transportasi menuju lokasi pembelajaran, Pembelian buku pelajaran 92 maupu buku tulis serta alat tulis, Pembelian alat tulis, buku, tas serta seragam sekolah dan sepatu.

2. Hasil yang ingin dicapai dari peran RSBD sebagai upaya

pemenuhan hak dasar pendidikan melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak PKSA Program Kesejahteraan Sosial Anak PKSA berupa bantuan sosial anak jalanan melalui lembaga kesejahteraan sosial anak memiliki tujuan agar terwujudnya pemenuhan hak-hak dasar anak dan perlindungan anak dari segala bentuk penelantaran, eksploitasi, dan diskriminasi agar tumbuh kembang, kelangsungan hidup, partisipasi anak dapat terwujud serta anak tidak lagi beraktifitas di jalan. Seperti yang diungkapkan oleh Mba “DV” selaku Pendamping RSBD dan tim UP PKSA Dinsos DIY bahwa: “Anak bisa mendapatkan hak akademis baik itu melalui sekolah formal maupun mengikuti pendidikan paket.” Pernyataan lain yang menyatakan dari hasil yang ingin dicapai dari peran RSBD sebagai pemenuhan hak dasar pendidikan melalui PKSA juga disampaikan oleh Mba “MK” selaku pendamping RSBD. “Anak bisa mendapatkan hak akademis mengikuti pendidikan paket, pelatihan dan pendampingan juga anak tidak lagi kejalan.” Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil yang ingin dicapai dari peran rumah singgah sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui program 93 PKSA adalah anak bisa mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan baik itu melalui pendidikan formal maupun dengan mengikuti program pekat A, B, Pelatihan-pelatihan, dan Program Pendampingan Belajar yang diadakan oleh Rumah singgah dan Belajar Diponegoro RSBD dengan harapan anak yang menjadi dampingan RSBD tidak lagi melakukan aktifitas di jalanan.

3. Bentuk-bentuk Pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan

Sosial Anak LPKSA RSBD Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Melalui Pemanfatan Dana PKSA. Sebagian warga belajar yang dibina dan dibimbing di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro mengalami putus sekolah karena faktor ekonomi, Dropout karena terkena masalah, pola asuh orang tua, Anak kurang kasih sayang Psikis, dan juga masalah kesehatan berkebutuhan khusus. Keluarga mereka tidak mampu memenuhi biaya sekolah, sehingga anak-anak lebih memilih berhenti sekolah. Maka dari itu untuk menunjang dalam pendampingan maka perlu adanya pembelajaran terhadap anak-anak yang bertujuan untuk mengajarkan dan mengambangkan pengetahuan, nilai-nilai agar nantinya mereka dapat mandiri dan diterima di masyarakat. Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro RSBD sebagai lembaga program kesejahteraan sosial anak LPKSA Memberikan akses dan perlindungan terbaik kepada anak sesuai dengan kebutuhan 94 hidup dan tingkat perkembangan anak, Menjalankan usaha kesejahteraan dan pelayanan sosial kepada anak, dan Mengembangkan bentuk-bentuk program alternatif dalam rangka mempersiapkan dan memantapkan masa depan anak. Bentuk-bentuk pelayanan yang dilaksanakan di RSBD sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hak dasar pendidikan melalui pemanfaatan bantuan PKSA yaitu: Remedial Course dan Pre Remedial Course Bridging Course. a. Layanan Pemantapan Belajar Remedial Course Pembelajaran bagi anak-anak yang secara khusus mengalami permasalahan dalam pendidikan dan terancam putus sekolah yang diakibatkan permasalahan akademis. Untuk sebagian anak dilakukan oleh orang tua yang mengarahkan anak untuk mengikuti pelajaran tambahan di sekolah, sehingga RSBD berperan untuk memberikan dukungan motivasi dan monitoring kondisi anak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mba “DV” selaku pendamping RSBD menyatakan bahwa : “Pelayanan sesuai dengan kebutuhan anak. Misalnya kebutuhan anak terhadap pelayanan pendidikan. Bentuk pelayanan pendidikan meliputi layanan remidial course intinya mengembalikan dan menawarkan anak jalanan untuk bersekolah, ada juga anak yang sudah bersekolah sampai kelas 2 SD tidak dilanjutnya karena harus bekerja ngamen di bangjo,setelah mandegberhenti 2 tahunan, Rumah singgah menawarkan suruh sekolah lagi dan akan di biayai, akhirnya anaknya mau sampai sekarang SMP.” 95 Pembelajaran bagi anak-anak yang secara khusus mengalami permasalahan dalam pendidikan dan terancam putus sekolah yang diakibatkan karena permasalahan akademis, Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro mengembalikan dan menawarkan anak jalanan untuk bersekolah dengan pelayanan-pelayanan pendampingan yang dilaksanakan serta mendampingi selama proses pendidikan dan pelatihan, dengan jenis kegiatan misalnya : mendaftarkan sekolah, absensi kehadiran sekolah, menyediakan tutor PKBM, seni music, seni tari, keterampilan, dll. Belajar pelajaran-pelajaran di sekolah yang sulit dipahami oleh anak, konseling dan penghubung dengan guru sekolah, dan menjadi tutor keagamaan.

b. Layanan Perantaraan dan atau Penghantaran Pre

Remedial Course Bridging Course Sejauh ini tahapan ini banyak dilakukan pada anak yang tinggal di Rumah Singgah yang berlatar belakang anak jalanan. Dengan metode pembelajaran mandiri diharapkan anak siap dan mampu mengikuti ujian kesetaraan. Metode modul akademis, merupakan kumpulan soal yang disusun dan setara dengan materi SD anak sebagian besar belum lulus SD merupakan sarana dalam pembelajaran mandiri dan termasuk didalamnya adalah proses stimulasi anak untuk mengikuti vocarional training sebagai pilihan bentuk pendidikan lainnya. Selain itu anak diikutkan pada program