saham industri tekstil di Bursa Efek Indonesia. Risiko sistematis yang dihitung dengan indeks beta berpengaruh negatif signifikan terhadap
harga saham industri tekstil di Bursa Efek Indonesia. Harga saham individual berfluktuasi berlawanan dengan harga pasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Ginting 2012 dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Dan Suku Bunga
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di BEI”. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel risiko sistematis
memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Variabel risiko sistematis berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham
perbankan di BEI. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga saham pasar
naik maka harga saham individu akan menurun demikian sebaliknya.
nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham industri tekstil di BEI. Faktor
Risiko sistematis yang diukur dengan indeks Beta tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap harga saham industri tekstil.
2.5. Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono 2004 : 49, kerangka pikiran merupakan penjelasan secara teoritis antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari
berbagai teori yang dideskripsikan. Menurut Sekaran 2006:114, kerangka teoritis adalah model konseptual yang berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah.
Investasi merupakan penempatan dana yang dimiliki investor saat ini dengan harapan keuntungan yang dapat diperoleh di masa datang.
Menurut Brigham Houston 2001:214, dengan investasi, seorang individu atau perusahaan akan membelanjakan uangnya hari ini dengan
berharap akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa mendatang. Konsep pengembalian memberikan cara yang mudah bagi
investor menyajikan kinerja keuangan dari suatu investasi. Saham merupakan salah satu aset finansial yang dapat dipilih investor untuk
berinvestasi. Investasi pada saham selain memberi harapan keuntungan juga disertai dengan adanya risiko yang mampu menghalangi perolehan
keuntungan yang diharapkan. Risiko ini dapat berupa risiko inflasi, tingkat suku bunga dan risiko industri.
Risiko merupakan kondisi ketidakpastian yang timbul akibat kurang atau tidak adanya informasi yang memadai. Ketidakpastian akan
mengakibatkan keragu-raguan seseorang terhadap kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan hasil di masa datang. Risiko dalam investasi
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi
oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
Risiko sistematis diukur dengan menggunakan beta β. Menurut Tandelilin 2001 : 69 beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas
terhadap return pasar. Menurut Brealey, dkk. 2008:324, saham yang defensif tidak sensistif terhadap fluktuasi pasar sehingga memiliki beta
rendah. Sebaliknya, saham yang agresif memperbesar segala pergerakan pasar dan memiliki beta lebih tinggi. Jika pasar naik, akan baik
memegang saham agresif; jika turun, lebih baik memegang saham defensif. Saham yang agresif memiliki beta tinggi, beta yang lebih besar
dari 1,0, yang berarti bahwa pengembaliannya cenderung lebih dari satu berbanding satu terhadap perubahan pengembalian pasar keseluruhan.
Beta saham defensif kurang dari 1,0. Pengembalian saham ini bervariasi lebih rendah dari satu berbanding satu terhadap pengembalian pasar.
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-
beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda
terhadap setiap perubahan pasar Samsul, 2006:286. Diversifikasi membantu para investor untuk mengurangi kerugian yang mungkin
timbul dengan cara berinvestasi dalam berbagai saham dari bermacam sektor sehingga jika satu saham merugi, masih ada saham lain yang
beruntung. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan untuk membentuk portofolio dapat membuat varians portofolio suatu perusahaan menurun
karena adanya penurunan risiko spesifik perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi adalah sektor yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergelut dalam bidang
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana seperti jalan tol, jaringan telekomunikasi dan moda transportasi di Indonesia. Sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi pada Bursa Efek Indonesia memiliki lima subsektor yaitu subsektor energi, subsektor jalan tol, bandara,
pelabuhan dan sejenisnya, subsektor telekomunikasi, subsektor transportasi dan subsektor konstruksi nonbangunan. Setiap perusahaan
tentunya memiliki risiko, tidak terkecuali juga subsektor yang dimiliki oleh sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Berdasarkan pemaparan
yang telah diberikan maka dapat dibuat kerangka konseptual atas penelitian ini seperti yang digambarkan sebagai berikut.
1. Risiko Sistematis
=
= =
= =
Risiko Sistematis
subsektor jalan tol, Bandara,
Pelabuhan dan sejenisnya
Risiko Sistematis
Subsektor Konstruksi
Nonbangunan Risiko
Sistematis Subsektor
Telekomunikasi Risiko
Sistematis Subsektor
Transportasi Risiko
Sistematis Subsektor
Energi
Universitas Sumatera Utara
2. Risiko Tidak Sistematis
= =
= =
Sumber : Tandelilin 2001, Brigham Houston 2001, Halim 2005, Brealey, dkk.
2008, Samsul 2006 data diolah
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
2.6. Hipotesis