19
2.1.3. Teori Servant Leadership
Istilah servant leadership dalam agama bukanlah hal yang baru sebab ide atau gagasan tentang servant leadership berasal dan
berakar dari agama. Dalam kekristenan, servant leadership kepemimpinan pelayan merupakan konsep kepemimpinan yang
alkitabiah sebagaimana digambarkan dalam Matius 20:25-28; Markus 9:33-37; Yohanes 13:1-35 yang telah memberikan kesaksian
bahwa servant leadership merupakan suatu model yang telah ditransformasikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya.
Sehingga dalam komunitas kristen servant leadership menjadi model kepemimpinan yang sangat berpengaruh.
Dalam ranah ilmiah servant leadership pertama kali dipopulerkan oleh Greenleaf pada tahun 1970 melalui karyanya
yang berjudul The Servant as Leaders. Gagasan servant leadership sebagian berasal dari pengalamannya dalam bekerja membentuk
lembaga besar AT T. Namun yang mengkristalisasi pemikiran Greenleaf adalah
pengaruh Novel karya Hermann Hesse, “Journey to the East”. Sebuah kisah tentang perjalanan mitos sekelompok
orang dalam perjuangan spiritual. Tokoh utama kisah ini adalah Leo yang berperan sebagai pelayan dan yang memelihara peserta yang
ikut dalam wisata rohani tersebut dengan jiwa yang penuh kepedulian. Selama Leo ada bersama dengan para rombongan segala
sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar. Akan tetapi ketika Leo tiba-tiba menghilang dari peredaran semuanya menjadi kacau dan
berantakan. Dalam pencarian yang panjang akhirnya Leo ditemukan dan diperhadapkan pada ordo agama yang mensponsori wisata
rohani mereka. Leo yang tadinya hanya dianggap sebagai pelayan
20
ternyata Leo adalah seorang pemimpin yang besar yang berjiwa mulia dan berjiwa membimbing. Dari perenungan dan analisis dari
cerita Hesses’s membawa Greenleaf kepada suatu pemahaman yang kritis dan mendasar tentang kepemimpinan: pemimpin besar mula-
mula harus melayani orang lain dan bahwa fakta yang sederhana ini merupakan inti dari kebesarannya. Dengan demikian konsep tentang
servant leadership “pemimpin adalah hamba” merupakan ciri khas
pembeda servant leadership dari model kepemimpinan yang lainnya Spears, 1999.
Setelah Greenleaf mempopulerkan konsep tentang servant leadership, maka secara bertahap servant leadership mendapatkan
popularitas dalam ranah ilmiah baik secara teoritis maupun secara empirik. Adapun perkembangan konstruk atau konsepsi servant
leadership dibangun di atas konsepsi nilai-nilai dasar servant leader yang telah digagas oleh Greenleaf.
Spears 1999 mengembangkan model servant leadership didasarkan pada 10 ciri khas servant leadership yang dijadikan tolok
ukur untuk mengevaluasi efektivitas servant leader dalam organisasi yaitu: mendengarkan, empati, menyembuhkan, kesadaran, persuasi,
konseptualisasi, kemampuan meramalkan, kemampuan melayani, komitmen terhadap pertumbuhan orang lain, dan membangun
masyarakat. Farling, Stone, dan Winston 1999 mengembangkan model servant leadership yang didasarkan pada 5 ciri khas servant
leadership sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi efektivitas servant leader dalam organisasi yaitu: visi, pengaruh, kredibilitas,
kepercayaan, dan pelayanan. Sementara Wong dan Page 2000 mengembangkan model servant leadership yang didasarkan pada 12
21
ciri khas servant leadership sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi efektivitas servant leader dalam organisasi yaitu: integritas,
kerendahan hati, kehambaan, kepedulian terhadap orang lain, memberdayakan orang lain, mengembangkan orang lain, visi,
penetapan tujuan, memimpin, keteladanan, membangun tim, dan pengambilan keputusan bersama.
Russel dan Stone 2002 mengembangkan model servant leadership yang didasarkan pada 20 ciri khas servant leadership
sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi efektivitas servant leader dalam suatu organisasi yaitu visi, kejujuran, integritas, kepercayaan,
pelayanan, keteladanan,
perintis, menghargai
orang lain,
memberdayakan orang lain, komunikasi, kredibilitas, kompetensi, kepengurusan, visi, pengaruh, persuasi, mendengarkan, dorongan,
mengajar, dan delegasi. Patterson 2002 mengembangkan model servant leadership yang didasarkan pada 7 ciri khas servant
leadership sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi efektivitas servant leader dalam organisasi yaitu kasih agape, kerendahan hati,
altruisme, visi, kepercayaan, pemberdayaan, dan pelayanan
.
Barbuto dan Wheeler 2006 mengembangkan model servant leadership
yang didasarkan pada 8 ciri khas servant leadership sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi efektivitas servant leader dalam organisasi
yaitu Altruistic calling, Emotional healing, wisdom, persuasive mapping, organizational stewardship, humility, vision, dan service.
Sendjaya, Sarros, dan Santora 2008 mengembangkan model servant leadership yang didasarkan pada 7 ciri khas servant
leadership sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi efektivitas servant leader dalam organisasi yaitu voluntary, subordination,
22
authentic self, covenantal relationship, responsible morality, transcendental spirituality, transforming influence. Liden, Wayne,
Zhao, dan Henderson 2008 mengembangkan model servant leadership yang didasarkan pada 7 ciri khas servant leadership
sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi efektivitas servant leader dalam organisasi yaitu emotional healing, creating value for the
community, conceptual skills, empowering, helping subordinates grow and succeed, putting subordinates first, behaving ethically.
Untuk kepentingan penelitian ini penulis mengadaptasi konsep servant leadership Wong dan Page 2000. Sebab dibalik
konsep ini ada makna yang sangat mendalam yaitu kepemimpinan dimulai dari dalam batin yang terpancar keluar mengarahkan
seorang servant leader dalam proses kepemimpinannya. Dengan memperhatikan prinsip dasar servant leadership yang dikemukakan
oleh Wong dan Page ini seorang servant leader akan semakin efektif
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya. 2.1.4.
Karakteristik Servant Leadership
Russell dan Stone 2002 berpendapat bahwa perlu ada pembedaan antara servant leadership dan teori-teori kepemimpinan
lainnya, pembedaan ini didasarkan pada karakteristik dan perilaku servant leader. Selanjutnya, Russell dan Stone menetapkan dua
karakteristik servant leadership yaitu: 1.
Karakteristik fungsional, yaitu kualitas operasional yang diamati melalui perilaku servant leader di tempat kerja.
Perilaku servant leaders tersebut direfleksikan melalui visi,
kejujuran, integritas,
kepercayaan, layanan,
23
pemodelan, perintis, menghargai orang lain, dan pemberdayaan.
2. Karakteristik yang menyertai karakteristik fungsional
yaitu komunikasi, kredibilitas, kompetensi, pengawasan, visibilitas, pengaruh, persuasi, mendengarkan, dorongan,
mengajar, dan delegasi. Greenleaf dalam Russell dan Stone, 2002 mengemukakan
10 karakteristik servant leadership yaitu 1.
Mendengarkan merupakan suatu alat komunikasi yang penting dan diperlukan untuk menciptakan komunikasi
yang baik dan untuk secara aktif menunjukkan rasa hormat terhadp orang lain.
2. Empati merupakan kemampuan menerima dan berempati
terhadap orang lain. 3.
Penyembuhan merupakan
kemampuan untuk
mentranformasi orang lain untuk menemukan keutuhan dalam dirinya.
4. Kesadaran diri merupakan peluang kepemimpinan yang
sangat mendasar. Tanpa kesadaran seorang pemimpin akan kehilangan peluang kepemimpinan.
5. Persuasi merupakan kemampuan untuk memengaruhi
orang lain dengan menggunakan kekuatan persuasi untuk mencapai tujuan organisasi.
6. Konseptualisasi
merupakan kemampuan
untuk memahami dan memberikan jalan keluar yang terbaik
untuk masalah yang terjadi dalam organisasi.
24
7. Foresight pandangan jauh kedepan merupakan
kemampuan untuk meramalkan dan menebak apa yang akan terjadi di masa depan.
8. Stewarship kepedulian merupakan kemampuan untuk
selalu peduli terhadap orang lain, bukan hanya pengikut yang ada dalam organisasi tetapi organisasi secara
keseluruhan dan hubungannya dengan masyarakat secara umum.
9. Komitmen terhadap pertumbuhan orang merupakan
rahasia untuk membangun sebuah lembaga atau institusi untuk
dapat bekerjasama
dalam tim
dengan memunculkan semua potensi orang lain supaya tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri. 10.
Membangun komunitas merupakan semua yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat untuk
mendapatkan kehidupan yang layak peran servant leaders sebagai penunjuk jalan.
Page dan Wong 2000 membangun bingkai kerja konseptual servant leadership dan menetapkan empat orientasi servant leader
dengan dua belas ciri khas utama yang mengikutinya yaitu: 1.
Orientasi karakter adalah kepedulian seorang servant leader dalam menumbuhkan, mengembangkan sikap
pelayan melalui nilai-nilai, kredibilitas, dan motivasi. Ciri khas orientasi karakter ditransformasikan oleh
servant leader melalui integritas, kerendahan hati, dan kehambaan.
25
2. Orientasi orang adalah kepedulian seorang servant leader
mengembangkan sumber
daya manusia
melalui komitmen untuk membangun hubungan dengan orang
yang dilayani.
Ciri khas
orientasi orang
ditransformasikan oleh
servant leader
melalui memperhatikan orang lain, memberdayakan orang lain,
dan mengembangkan orang lain. 3.
Orientasi tugas adalah kepedulian seorang servant leader terhadap pencapaian produktivitas dan keberhasilan. Hal
ini terkait dengan tugas dan keterampilan yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Ciri khas orientasi
tugas ditransformasikan servant leader melalui visi, penetapan tujuan, dan memimpin.
4. Orientasi proses adalah dampak seorang servant leader
terhadap proses organisasi, yaitu kepedulian untuk meningkatkan
efisiensi organisasi
untuk mengembangkan sistem yang fleksibel, efisien, dan
terbuka. Ciri khas orientasi proses ditransformasikan oleh servant
leader melalui
pemodelanketeladanan, membangun tim, dan pengambilan keputusan bersama.
Dalam hubungannya dengan penelitian ini, peneliti mengadaptasi empat prinsip utama servant leadership dari Page dan
Wong 2000 yakni orientasi karakter, orientasi orang, orientasi tugas, dan orientasi proses. Pemilihan ini didasarkan pada prinsip
dan keyakinan bahwa parameter keberhasilan pendeta dalam melaksanakan tugas tanggung jawab kepemimpinan yang pertama
dan utama adalah karakter. Karakter menjelaskan siapa pemimpin.
26
Oleh karena itu baik buruknya perjalanan kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh karakter.
2.1.5. Faktor Yang Memengaruhi Servant Leadership