digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32 |
P a g e
kaum absoluitis, dan mahasiswa dipandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan tercapai.
15
1. Urgensi Pembelajaran matematika
Secara umum matematika adalah penting bagi kehidupan mahasiswa, sebagai sesuatu yang diambil dari kehidupan dan lingkungan mahasiswa. Pengetahuan ma-
hasiswa tantang alam tempat mereka hidup mutlak penting karena interaksinya dengan alam mempunyai implikasi kepadanya, sehingga mereka dapat memanfaat-
kan alam sebagai sumber daya secara positif bagi kehidupannya dan menjaga keles- tariannya supaya tetap memberikan manfaat kepadanya. Setiap makhluk hidup sele-
lu berhubungannya dengan alam sehingga mereka dapat memilih dan memilah ba- gian alam mana yang bisa dimanfaatkan dan bagian mana pula yang harus tetap
dilestarikan. Di pihak lain kemajuan teknologi yang dicapai oleh peradaban manu- sia sampai sekarang berkat kecermatannya mengenali hukum-hukum alam dan me-
manfaatkannya untuk peningkatan kesejahteraan hidup. Manusia yang hidup pada masa pra sejarah berada dalam lingkungan alam yang berbeda dengan lingkungan
alam manusia sekarang. Penggunaan teknologi manusia pra sejarah lebih sederhana dengan manusia sekarang, karena elaborasi mereka terhadap alam masih sederhana
pula, sehingga mereka belum bisa memanfaatkan matematika sebagai pengem- bangan teknologinya. Ketika pengetahuan matematika sudah berkembang, maka
perkembangan teknolgi kehidupan juga ikut berkembang berkat kecermatan manusia sekarang memanfaatkan matematika menjadi teknologi yang dapat mempermudah
15
Romberg, T.A. Problematic, …. hlm. 752.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33 |
P a g e
dalam pekerjaan manusia mencapai keinginannya. Oleh karena itu, matematika dimasukkan dalam kurikulum untuk meningkatkan kesejahteraannya. Namun
dengan kemajuan yang dicapaai sekarang tidak selamanya bernilai positif, karena diantaranya
terdapat dampak
negatif yang
mereduksi sumber
daya alam. matematika diajarkan di sekolah dalam rangka memenuhi kebutuhan jangka
panjang long-term functional needs bagi siswamahasiswa dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa seseorang harus mempunyai kesempatan yang banyak untuk
belajarIPA, kapan dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan akan matematikanya sendiri.
Beberapa alasan yang dapat dikemukanan pentingnya matematika diajarkan di perguruan tinggi dan atau sekolah adalah sebagai berikut:
Pertama, matematika menyiapkan siswamahasiswa menjadi penemu. Kedua, matematika menyiapkan siswamahasiswa menjadi warga negara yang
hemat, cermat, dan efisien. Ketiga, matematika membantu siswamahasiswa untuk mengembangkan
karakternya dan lingkungannya. Keempat, matematika sangat penting diajarkan di sekolah karena matematika
merupakan bagian penting dari batang tubuh pembelajaran itu sendiri.
Sedangkan tujuan pembelajaran matematika adalah paling tidak untuk melengkapi apa yang telah dimiliki dan dikembangkan oleh para ahli matemat-
ika. Disamping itu matematika merupakan kegiatan atau aktivitas manusia. Fisik manusia merupakan objek dari telaah matematika dan aktivitasnya dapat dicermati
melalui metodologi matematika. Secara lebih khusus bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan pemahaman
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34 |
P a g e
siswamahasiswa terhadap lingkungannya tempat ia berada, supaya dia dapat memanfaatkan semaksimal dan seoptimal mungkin lingkungannya supaya ia bisa
hidup dengannya dengan lebih baik dan lebih nyaman. Selain itu, peningkatan sikap kreativitas dan kritis juga dapat dilatih melalui pembelajaran matematika yang
sistematis dan sesuai dengan pola-pola pembelajarannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika, di satu sisi untuk menigkatkan pemahaman, pengetahuan dan pengalaman siswamahasiswa,
namun di sisi lain pembelajaran matematika merupakan kebutuhan yng bersifat pelengkap dari apa yang telah dikembangkan oleh para ilmuan matematika. Lebih
dari bahawa dengan belajar matematika mahasiswa dapat mendekati alam tempat mereka hidup dengan pendekatan ilmiah, dan bukan berdasarkan mitos yang
berkembang turun temurun. Banyak gejala alam yang nampak banyak orang ditafsirkan secara berbeda dengan pendekan scientific, dan cenderung mengikuti
suatu mitos yang tidak mempunyai dasar penalaran maupun empiric yang memadai, seperti kepercayaan-kepercayaan yang dianut para penganut animisme, sehingga
mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang sebenaarnya tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan gejala alam yang terjadi; seperti gerhana matahari atau bulan
disikapi dengan membangunkan pepehonan dan atau memukul kentongan. Dengan pembelajaran matematika akan menimbulkan sikap kritis mereka untuk menggali
dan mengetahui gejala sebagaimana adanya dan menyikapinya sesuai kondisi yang diperlukan.
2.
Hakikat Mahasiswa Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35 |
P a g e
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa
juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan
kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan seseorang untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga
dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap
sensori motor seseorang berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
16
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa pengetahuan seseorang dibangun dalam pikirannya melalui asimilasi dan
akomodasi.
17
Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru,
sehingga informasi tersebut mempunyai tempat
18
. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok
dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu
19
.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif
seseorang bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri
merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan
16
Ruseffendi, Pengantar …. hlm 132.
17
Dahar, R.W.. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.1989, hlm, 159
18
Ruseffendi, Pengantar ,… hlm, 133.
19
Suparno, Suparno, P. 1996. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius, 19960, hlm. 7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36 |
P a g e
keadaan keseimbangan
20
. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan
seseorang mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual- nya.
Berkaitan dengan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell mengajukan karakteristik sebagai berikut:
a. siswamahasiswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan
memiliki tujuan; b.
belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswamahasiswa;
c. pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi
secara personal; d.
pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas;
e. kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran,
materi, dan sumber.
21
Pandangan kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun
dalam pikiran seorang dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan
skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis
22
.
Dalam pikiran seseorang sebenarnya telah ada, pemahaman, pengetahuan dan pengalaman awal dan menjadi dasar pengetahuan berikutnya. Semua pemahaman,
pengetahuan dan pengalaman itu membuat interkoneksi antara yang satu yang lain.
20
Poedjiadi, Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung: Yayasan Cendrawasih, 1999, hlm. 61
21
Marilyn dan Tony, http:www.thirteen.orgedonlineconcept2classconstructivismindex_sub6.html
22
Hudoyo, H., Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivistik. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globaliasasi. PPS
IKIP Malang: Tidak Diterbitkan.. 1998, hlm. 5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37 |
P a g e
Ketika sesorang mendapatkan suatu rangsang, maka rangsang itu diidentifikasi menurut pemahaman, pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan
cara menghubungkan rangsang atau informasi baru itu dengan informasi yang telah ada. Ketika rangsang atau informasi baru itu diterima, maka seseorang telah
mengenalnya berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, paling tidak tentang bentuknya, warnanya, fungsinya. Dengan demikian tidak ada pemahaman, penge-
tahuan dan pengalaman seseorang itu sama sekali bersifat baru, tetapi pemahaman, pengetahuan dan pengalaman baru itu telah membangun jaringan dengan pemaham-
an, pengetahuan dan pngalaman awal atau lama. Maka belajar dalam pembelajaran tidak pernah berangkat dari pikiran yang kosong, tetapi setiap rangsang dan infor-
masi baru selalu bertumpu pada informasi lama, sehingga pemahaman, pengetahuan dan pengalaman seseorang merupakan akumulasi dari semua pemahaman, penge-
thuan dana pengalaman sepanjang hidupnya. Dengan demikian rangsaang dan in- formasi yang baru didapatkan diasimilasikan dengan pemahaman, pengetahuan,
pengalaman lamaawal, dan kemudian diakomodasikan bersamaan dengan dengan pemahaman, pengetahuan dan pengalaman lamanya.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern yang berupa pemahaman,
pengetahuan dan pengalaman awal dengan faktor ekstern atau lingkungan yang baru muncul sebagai informasi atau rangsang baru, sehingga melahirkan perubahan
pikiran dan sikap, dan akhirnya berujung dengan tingkah laku yang sesuai dengan arah pikiran dan sikap itu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38 |
P a g e
Dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau bisa juga disebut tahap perkembagan mental, Piaget
menampilkan dalil-dalil., dengan mengemukakan:
a. perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu
terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama;
b. tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental
pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual;
c. gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan
equilibration, proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman asimilasi dan struktur kognitif yang timbul
akomodasi.
23
Konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky berbeda dengan konstruktivisme kognitif ala Piaget, dan ia menyatakan belajar bagi seseorang
dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya.
24
Dan inti konstruktivisme Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Teori belajar
konstruktivisme dalam pembelajaran menimbulkan implikasi terhadap perangkat pembelajaran, bahwa kurikulum kontruskvisme merancang kurikulum dangan pola
kurikulum dirancang supaya terjadi situasi yang memungkinkan pemahaman, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan mahasiswa dapat dikonstruksi sendiri
oleh mahasiswa sehingga pendekatannya mempergunan cara belajar siswa aktif.
25
Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari, hala ini hanya
23
Ruseffendi, Pengantar …. hlm133.
24
Poedjiadi, Pengantar ….. hlm. 62.
25
Tanjung, R.M., Efektivitas Pembelajaran Biologi yang Berdasarkan pada Prinsip Belajar Konstruktivis. Makalah Komprehensif. PPS IKIP Malang. Tidak Diterbitkan, 1998, hlm. 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39 |
P a g e
dapat dilakukan bilamana pembelajaran bersifat kontekstual, sehingga mahasiswa dapat berinteraksai dengan lingkungannya dan mendapat masalah dan cara
pemecahan darinya. Dan kemampuan memecahkan masalah secara rasional dan em- piric menjadi tujuan pembelajaran. Mahasiswa diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya, baik melalui pilihannya sendiri atau dasar negosiasi dengan pihak lain terutama gurunya. Gurudosen hanyalah
berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuannya.
26
3. Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme