B ab
: A
K U
N TA
B IL
ITA S
K IN
E R
JA
53
d Masih rendahnya permintaan minyak mentah di kawasan Eropa dan Asia khususnya India dan Cina.
Perkiraan Realisasi Periode Januari – Desember 2016
Gambar 36. Penerimaan Negara Tahun 2012 - 2016 Tabel 38. Perkembangan penerimaan negara subsektor migas tahun 2012
– 2016 dalam miliar Rupiah
Tahun APBN APBNP Realisasi APBN APBNP
2012 231.107 278.021
301.630 131
108
2013 257.279 267.119
305.570 119
114
2014 286.029 309.933
320.254 112
103
2015 326.965 139.375
122.515 36
96
2016 126.083 110.473 83.575
66 76
Perkiraan Realisasi Periode Januari 2016
– 30 Desember 2016
Penerimaan negara sub sektor migas terdiri dari beberapa variabel atau sumber pajak. Jumlah penerimaan negara sub sektor migas diperoleh dari hasil penjumlahan penerimaan pajak penghasilan, penerimaan bukan
pajak dan penerimaan lainnya dari minyak bumi. Penerimaan pajak penghasilan migas merupakan kewajiban pajak penghasilan yang disetorkan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama KKKS kepada pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku, penerimaan bukan pajak migas merupakan bagian Negara yang diperoleh berdasarkan persentase bagi hasil migas antara pemerintah dan kontraktor, sedangkan
penerimaan lainnya dari minyak bumi merupakan penerimaan bersih dari Domestik Market Obligation DMO dan Bonus Production KKKS. Untuk itu, meskipun secara keseluruhan total penerimaan sub sektor migas
nasional mencapai 66,2 dari target, capaian terhadap target dari masing-masing sumber pajak berbeda-beda, dan bahkan memiliki interval perbedaan yang cukup tinggi. Berikut uraian penerimaan negara sub sektor migas
tahun 2016:
B ab
: A
K U
N TA
B IL
ITA S
K IN
E R
JA
54
Tabel 39. Penerimaan Negara subsektor migas 2016
Rp. Miliar
URAIAN APBN
APBNP Perkiraan
Realisasi s.d
Desember 2016
APBN APBNP
Penerimaan dari keg.usaha hulu migas 126.083
110.476 83.579
66 76
Penerimaan Pajak Penghasilan 41.442
36.346 34.929
84 96
Penerimaan Bukan Pajak 78.617
68.688 44.896
57 65
Penerimaan lainnya dari Minyak Bumi 6.024
5.439 3.749
62 69
3.7 Terwujudnya lindung lingkungan keselamatan operasi dan usaha penunjang migas
Kegiatan usaha minyak dan gas bumi terdiri atas kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir. Kegiatan usaha hulu terdiri dari eksplorasi dan eksploitasi, sedangkan kegiatan usaha hilir terdiri dari pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, dan niaga minyak dan gas bumi. Kegiatan minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang sangat terkait erat dengan kelangsungan perekonomian suatu daerah, kota ataupun Negara. Kegiatan usaha
minyak dan gas bumi mempunyai peranan strategis dalam pembangunan Nasional, baik sebagai sumber energi, bahan bakar dan penerimaan negara serta menciptakan multiplier effect yang mampu menggerakkan sendi-
sendi perekonomian dimana kegiatan minyak dan gas bumi berada.
Disamping manfaat tersebut, Kegiatan usaha minyak dan gas bumi juga mengandung berbagai risiko dan potensi bahaya yang sangat besar seperti kecelakaan, kebakaran, ledakan, penyakit akibat kerja dan
pencemaran. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi – Kementerian ESDM terus
menerus melakukan upaya peningkatan keselamatan agar Kegiatan usaha minyak dan gas bumi Indonesia berjalan dengan aman, andal dan akrab lingkungan. Sehubungan hal tersebut, perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan aspek keselamatan dan kesehatan kerja terhadap pelaksanaan kegiatan usaha migas. Keselamatan pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi perlu dikembangkan menjadi budaya keselamatan.
Salah satu tugas berat dalam membangun budaya keselamatan adalah meyakinkan setiap orang akan pentingnya keselamatan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Tetapi dalam implementasi dan praktiknya
sangat berbeda, bahkan terkadang keselamatan hanya dinilai sebagai slogan, atau sekedar mengikuti aturan sehingga sering dilanggar atau tidak dipedulikan. Inilah yang sering menjadi pemicu kecelakaan. Semua
bermuara karena masih rendahnya tingkat budaya keselamatan di sebagian pekerja Migas bahkan sampai level manajemennya yang justru berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana.
Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi mengamanatkan bahwa pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha minyak dan gas bumi dilakukan oleh Pemerintah c.q. Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi. Mengingat kompleks dan semakin berkembangnya kegiatan usaha migas serta langsung berkenaan dengan masyarakat, maka diperlukan pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap kegiatan
usaha Migas. Diharapkan dengan adanya pembinaan dan pengawasan, kegiatan usaha Migas dapat beroperasi dengan aman, handal, efektif, efisien dan ramah terhadap lingkungan.
Bentuk pembinaan dan pengawasan kepada Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi antara lain:
a Pemeriksaan teknis serta evaluasi hasil pemeriksaan teknis peralatan, instalasi dan instrumentasi;