FISONS, kertas saring Whatman no. 42, neraca analitik, batang pengaduk, spatula, alat tanur Stuart, parutan, dan krus porselen.
3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Larutan HNO
3
1:1 vv
Larutan HNO
3
65 bv sebanyak 500 ml diencerkan dengan 500 ml air suling Helrich, 1990.
3.4.2 Larutan Dithizon 0,005 bv
Larutkan 5 mg Difeniltiokarbazen dithizon 99 dalam 100 ml kloroform Vogel, 1979.
3.4.3 Larutan Amonium Hidroksida 1 N
Sebanyak 14 ml amonium hidroksida 25 bv dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara langsung Desa Lau Kawar. Sampel diambil secara sampling purposive yang dikenal juga sebagai sampling
pertimbangan dimana sampel dilakukan berdasarakan pertimbangan bahwa semua kentang yang tumbuh di lahan gunung berapi Sinabung mengandung
logam timbal dan kadmium Sudjana, 2005.
3.5.2 Penyiapan Sampel
Kentang Solanum tuberosum L. diambil sebanyak 1 kg, kemudian dipisahkan kulit dari dagingnya, dicuci bersih kemudian daging kentangnya
diparut sampai halus dengan menggunakan parutan.
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Proses Destruksi
Kentang yang telah ditimbang lebih kurang 25 g dalam krus porselen dilebihkan 1 krus porselen untuk analisa kualitatif didestruksi diatas hot plate
hingga menjadi arang, lalu diabukan dalam tanur dengan suhu 500°C selama 18 jam dan dibiarkan hingga dingin. Abu dibasahi dengan 10 tetes aquabides
dan ditambahkan 4 ml HNO
3
1:1. Kemudian diuapkan pada hot plate dengan suhu 100-120°C. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dan
diabukan selama 1 jam dengan suhu 500°C, kemudian didinginkan Helrich, 1990.
3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel
Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 10 ml HNO
3
1:1 dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Dibilas krus sebanyak tiga kali dengan
aquabidest dan dicukupkan dengan aquabides hingga garis tanda. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42. Filtrat pertama dibuang
sebanyak 10 tetes untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung ke dalam wadah botol. Larutan ini digunakan untuk
analisa kualitatif dan kuantitatif Helrich, 1990.
3.5.5 Pemeriksaan Kualitatif 3.5.5.1
Timbal
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel hasil dekstruksi, diatur pHnya netral atau sedikit basa pH=8 dengan penambahan
ammonium hidroksida 1 N, ditambahkan kalium sianida 10, ditambahkan 2 ml dithizon 0,005, dikocok kuat, dibiarkan lapisan memisah. Terbentuk
Universitas Sumatera Utara
warna merah tua pada lapisan kloroform berarti sampel mengandung timbal
Vogel, 1979. 3.5.5.2
Kadmium
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel hasil destruksi, atur pH=12 dengan penambahan ammonium hidroksida 1 N. Ditambahkan 2
ml larutan dithizon 0,005, dikocok kuat, dibiarkan larutan memisah. Terbentuk warna merah muda pada lapisan kloroform berarti sampel
mengandung kadmium Fries dan Getrost, 1977. 3.5.6
Pemeriksaan Kuantitatif 3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Timbal
Larutan standar timbal konsentrasi 1000 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis
tanda dengan aquabides konsentrasi 10 mcgml. Larutan standar timbal 10 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan
kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
aquabides konsentrasi 0,1 mcgml.
Larutan untuk kurva kalibrasi timbal dibuat dengan memipet 5; 10; 15;
20; dan 25 ml dari larutan standar 0,1 mcgml, masing-masing dimasukkan ke
dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides larutan ini mengandung 20; 40; 60; 80; dan 100 ngml dan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 283,3 nm dengan spektofotometri serapan atom graphite furnace.
Universitas Sumatera Utara
3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium
Larutan standar kadmium konsentrasi 1000 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis
tanda dengan aquabides konsentrasi 10 mcgml.
Larutan standar kadmium 10 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda
dengan aquabides konsentrasi 0,1 mcgml
Larutan untuk kurva kalibrasi kadmium dibuat dengan memipet 1,0;
1,5; 2,0; 2,5; dan 3,0 ml dari larutan baku standar 0,1 mcgml, masing-masing
dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides larutan ini mengandung 4; 6; 8; 10; dan 12 ngml dan
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 228,8 nm dengan spektofotometri serapan atom nyala udara-asetilen.
3.5.6.3 Penetapan Kadar Timbal dan Kadmium dalam Sampel 3.5.6.3.1 Penetapan Kadar Timbal
Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan aquabides hingga garis
tanda Faktor pengenceran = 251 = 25 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang
283,3 nm dengan graphite furnace. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan standar timbal. Konsentrasi timbal
dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
Universitas Sumatera Utara
3.5.6.3.2 Penetapan Kadar Kadmium
Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan aquabides hingga garis
tanda Faktor pengenceran = 2510 = 2,5 kali. Diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 228,8
nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan standar kadmium. Konsentrasi kadmium
dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
Menurut Gandjar dan Rohman 2009, Kadar logam timbal dan kadmium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
W Fp
x V
x C
Kadar
Keterangan : C = Konsentrasi µgml V = Volume larutan sampel ml
Fp = Faktor pengencaran ml W = Berat sampel g
3.5.7 Penentuan Batas Deteksi Limit of Detection dan Batas Kuantitasi Limit of Quantitation