Menurut Rukmana 1977 sistematika taksonomi tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta tumbuhan berbiji
Subdivisi : Angiospermae berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledonae biji berkeping dua
Ordo :
Solanales Famili
: Solanaceae Genus
: Solanum Spesies :
Solanum tuberosum Linn.
2.1.1 Jenis Kentang
Menurut Rukmana 1997, Jenis kentang budi daya Solanum tuberosum Linn. memiliki varietas yang sangat banyak yang dihasilkan oleh
beberapa negara produser dan jenis kentang yang paling disenangi konsumen kentang di dunia. Berdasarkan warna kulit dan daging umbi, terdapat tiga
golongan kentang, seperti pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 jenis atau golongan kentang
No. Jenis Kentang
Ciri-ciri visual 1.
Kentang kuning Kulit dan daging umbi berwarna kuning
2. Kentang putih
Kulit dan daging umbi berwarna putih 3
Kentang merah Kulit umbi merah, dan daging umbi
berwarna kuning
2.2 Tanah
Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Kandungan logam berat dalam tanah sangat berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadap kandungan logam dalam tanaman yang tumbuh sehingga kandungan logam yang kurang atau berlebihan dalam jaringan tanaman akan
mencerminkan kandungan logam dalam tanah Darmono, 1995. Menurut Darmono 2008, ada dua faktor penting yang berhubungan
erat dengan penyerapan logam dalam jaringan tanaman, yaitu pH tanah dan konsentrasi logam dalam tanah. pH adalah faktor penting yang menentukan
transformasi logam. Konsentrasi logam dalam jaringan tanaman menurun apabila pH tanah naik, dan semakin tinggi konsentrasi logam dalam tanah akan
semakin tinggi pula konsentrasi logam dalam jaringan tanaman. Penggunaan pupuk secara berlebihan, tidak menguntungkan bagi
kelestarian lahan dan lingkungan dikibatkan tingginya residu pupuk di lahan. Pemupukan yang terus menerus tidak saja menyebabkan tingginya residu
pupuk di dalam tanah, tetapi juga meningkatkan kandungan logam berat timbal dan kadmium Widaningrum, dkk., 2007.
2.3 Logam Berat
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh
yang dihasilkan bila logam berat ini masuk kedalam tubuh organisme hidup. Unsur logam berat baik itu logam berat beracun seperti timbal dan kadmium,
bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh Palar, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Widowati, dkk 2008, logam berat dibagi dalam 2 jenis, yaitu: 1.
Logam berat esensial, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut
bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.
2.3.1 Timbal Pb
Timbal merupakan salah satu jenis logam berat. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif sehingga
bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat. Logam ini
mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik didih timbal adalah 1740
o
C dan memiliki massa jenis 11,34 gcm
3
Widowati, dkk., 2008. Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi
karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui
makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi melalui selaput atau lapisan kulit Palar, 2008.
2.3.2 Toksisitas Timbal Pb
Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal ini disebabkan karena Pb adalah logam
Universitas Sumatera Utara
toksik yang bersifat kumulatif dan bentuk senyawanya dapat memberikan efek racun terhadap fungsi organ yang terdapat dalam tubuh Suharto, 2005.
Gejala yang khas dari keracunan Pb antara lain: 1.
Anemia: Pb dapat menghambat pembentukan hemoglobin Hb sehingga menyebabkan anemia. Selain itu, lebih dari 95 Pb yang terbawa dalam
aliran darah dapat berikatan dengan eritrosit yang menyebabkan mudah pecahnya eritrosit tersebut Darmono, 1995.
2. Aminociduria: terjadinya kelebihan asam amino dalam urin disebabkan
ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria ginjal yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal
Darmono, 1995. 3.
Gastroenteritis: keadaan ini disebabkan reaksi rangsangan garam Pb pada mukosa saluran pencernaan, sehingga menyebabkan pembengkakan, gerak
kontraksi saluran lumen dan usus terhenti, peristaltik menurun sehingga terjadi konstipasi Darmono, 1995.
2.3.3 Kadmium Cd
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila
dipanaskan. Kadmium memiliki nomor atom 48, berat atom 112,4 gmol, titik leleh 321
o
C, dan titik didih 767
o
C Widowati, dkk., 2008. Sumber Cd berasal dari hasil penambangan, hasil sampingan peleburan
Zn dan Pb, pabrik baterai, electroplating, pupuk, pestisida, limbah industri dan rumah tangga. Kadmium banyak digunakan sebagai pigmen warna cat,
Universitas Sumatera Utara
keramik, plastik, industri baterai, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, dan percetakan tekstil Widowati, dkk., 2008.
2.3.4 Toksisitas Kadmium Cd 1. Efek terhadap tulang
Serangan dan keracunan yang disebabkan oleh logam Cd adalah kerapuhan tulang. Penyakit ini mendatangkan rasa sakit pada persendian
tulang belakang dan tulang kaki Palar, 2008. 2. Efek terhadap ginjal
Kadmium dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang
terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat atau jumlah kandungan protein yang terdapat di dalam urin. Penyakit ini disebut proteinuria.
Proteinuria ditemukan pada orang-orang yang telah terpapar Cd dalam selang waktu yang lama, yaitu dalam jangka waktu 20-30 tahun Palar, 2008.
3. Efek terhadap paru-paru Keracunan yang disebabkan oleh terhirupnya debu yang mengandung
Cd dapat mengakibatkan kerusakan terhadap paru-paru. Keracunan ini terutama terjadi pada pekerja di pabrik-pabrik yang menggunakan kadmium.
Terhirupnya Cd dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan paru-paru pulmonary emphysema. Peristiwa pembengkakan
paru-paru ini disebabkan oleh penghambatan kerja enzim alfa-antipirin oleh logam Cd Palar, 2008.
Universitas Sumatera Utara
4. Efek terhadap sistem reproduksi Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi sistem
reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu Cd dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat
terpapar oleh logam Cd dapat mengakibatkan impotensi Palar, 2008.
2.4 Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar
ultraviolet. Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit trace dan sangat sekelumit
ultratrace. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel
tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi batas deteksi kurang dari 1 ppm, pelaksanaanya relatif
sederhana, dan interferensinya sedikit Gandjar dan Rohman, 2009. Spektroskopi serapan atom didasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom.
Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat
elektronik suatu atom. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat dinaikkan
tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Unsur Pb dengan nomor atom 82 mempunyai konfigurasi electron 1s
2
, 2s
2
, 2p
6
, 3s
2
, 3p
6
, 4s
2
, 3d
10
, 4p
6
, 5s
2
, 4d
10
, 5p
6
, 6s
2
, 4f
14
, 5d
10
, 6p
2
tingkat dasar untuk elektron valensi 6p, artinya tidak
Universitas Sumatera Utara
memiliki kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ke tingkat 7s dengan energi tertentu dan pada panjang gelombang tertentu. Begitu juga dengan unsur
Cd dengan nomor atom 48 mempunyai konfigurasi elektron 1s
2
, 2s
2
, 2p
6
, 3s
2
, 3p
6
, 4s
2
, 3d
10
, 4p
6
, 5s
2
, 4d
10
tingkat dasar untuk elektron valensi 4d, artinya tidak memiliki kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ke tingkat 5p
dengan energi tertentu dan pada panjang gelombang tertentu Khopkar, 2008. Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai
berikut: a. Sumber Radiasi
Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga hollow cathode lamp. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung
suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan mineral tertentu Gandjar dan Rohman, 2009.
b. Tempat Sampel Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang
akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah
sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu: 1.
Dengan nyala Flame Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi
bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara
suhunya sebesar 2200 C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber
Universitas Sumatera Utara
nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi Gandjar dan
Rohman, 2009. 2.
Tanpa nyala Flameless Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel
diambil sedikit hanya beberapa µL, lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara
melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini
dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis
kuantitatif Gandjar dan Rohman, 2009. c. Monokromator
Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis
dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga Gandjar dan Rohman, 2009.
d. Detektor Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman Gandjar dan Rohman, 2009.
Universitas Sumatera Utara
e. Amplifie Amplifier
detektor s Rohman, 2
f. Readout Re
sebagai pe yang men
2009.
2.5 Valida