Menurut Widowati, dkk 2008, logam berat dibagi dalam 2 jenis, yaitu: 1.
Logam berat esensial, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut
bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.
2.3.1 Timbal Pb
Timbal merupakan salah satu jenis logam berat. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif sehingga
bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat. Logam ini
mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik didih timbal adalah 1740
o
C dan memiliki massa jenis 11,34 gcm
3
Widowati, dkk., 2008. Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi
karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui
makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi melalui selaput atau lapisan kulit Palar, 2008.
2.3.2 Toksisitas Timbal Pb
Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal ini disebabkan karena Pb adalah logam
Universitas Sumatera Utara
toksik yang bersifat kumulatif dan bentuk senyawanya dapat memberikan efek racun terhadap fungsi organ yang terdapat dalam tubuh Suharto, 2005.
Gejala yang khas dari keracunan Pb antara lain: 1.
Anemia: Pb dapat menghambat pembentukan hemoglobin Hb sehingga menyebabkan anemia. Selain itu, lebih dari 95 Pb yang terbawa dalam
aliran darah dapat berikatan dengan eritrosit yang menyebabkan mudah pecahnya eritrosit tersebut Darmono, 1995.
2. Aminociduria: terjadinya kelebihan asam amino dalam urin disebabkan
ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria ginjal yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal
Darmono, 1995. 3.
Gastroenteritis: keadaan ini disebabkan reaksi rangsangan garam Pb pada mukosa saluran pencernaan, sehingga menyebabkan pembengkakan, gerak
kontraksi saluran lumen dan usus terhenti, peristaltik menurun sehingga terjadi konstipasi Darmono, 1995.
2.3.3 Kadmium Cd
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila
dipanaskan. Kadmium memiliki nomor atom 48, berat atom 112,4 gmol, titik leleh 321
o
C, dan titik didih 767
o
C Widowati, dkk., 2008. Sumber Cd berasal dari hasil penambangan, hasil sampingan peleburan
Zn dan Pb, pabrik baterai, electroplating, pupuk, pestisida, limbah industri dan rumah tangga. Kadmium banyak digunakan sebagai pigmen warna cat,
Universitas Sumatera Utara
keramik, plastik, industri baterai, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, dan percetakan tekstil Widowati, dkk., 2008.
2.3.4 Toksisitas Kadmium Cd 1. Efek terhadap tulang