Hutan Rakyat di Bagian Hulu DAS

10 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II Jawa dan Madura, khususnya di bagian hulu DAS, harus diarahkan pada penutupan lahan pertanian lahan kering PLK dan kawasan klas PLKCM dan pertanian lahan kering. Luas hutan rakyat berdasarkan analisis DAS di Jawa dan Madura adalah 2.594.911 ha yang tersebar di bagian hilir DAS seluas 375.730 ha, di bagian tengah DAS seluas 1.010.192 ha, dan di bagian hulu DAS seluas 1.198.989 ha. Sementara itu hasil interpretasi penutupan lahan hutan rakyat berdasarkan keseluruhan menunjukkan total luas sebesar 2.585. 014 ha. Perbedaan jumlah ini sangat kecil hanya 103 ha, hal ini sangat wajar dalam pendekatan interpretasi citra. Uraian secara rinci dapat di lihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Karakter Penutupan Lahan Sesuai Dengan Sebaran DAS Sumber : Laporan BPKH Wilayah XI Jawa‐Madura Tahun 2009

2.3 Permasalahan dan kendala pengembangan hutan rakyat

Masyarakat membangun hutan rakyat di lahan milik di Jawa untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup. Salah satu kasus di kawasan Kapur Selatan Pegunungan Kapur di bagian Selatan Pulau Jawa yang membentang dari Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sampai Kabupaten Jember Jawa Timur, pembangunan hutan rakyat yang didominasi jati dan mahoni telah mengubah kondisi wilayah yang Klas Penutupan Lahan DAS Hilir DAS Tengah DAS Hulu Jumlah DAS ha Jumlah 2006 ‐2008 ha Hutan lahan kering primer , sekunder 21.563 43.770 42.365 107.698 107.706,97 Hutan tanaman HT 50.031 119.237 204.789 374.057 374.057,31 Perkebunan rakyat 19.783 64.450 69.208 153.441 153.441,62 Pertanian lahan kering 100.720 344.181 490.169 935.070 935.069,26 Pertanian lahan kering campur semak 175.046 427.253 375.498 977.797 977.796,44 Semak belukar 8.587 11.301 16.960 36.848 36.942,46 Jumlah 375.730 1.010.192 1.198.989 2.584.911 2.585.014,06 11 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II kering, panas dan gersang menjadi kawasan yang hijau, subur, dan sejuk. Hutan rakyat di kawasan Pegunungan Menoreh juga cukup berdampak pada penurunan jumlah bencana alam tanah longsor. Bahkan di beberapa kawasan lain di Wonosobo, Temanggung, Magelang, Sukabumi, Garut, Kediri, Nganjuk, dan Lumajang menjadi bergantung pada keberadaan hutan rakyat untuk tangkapan air, sebab tidak lagi dapat mengandalkan peranan hutan negara yang selalu mengalami degradasi dari waktu ke waktu. Bagi pemiliknya hutan rakyat merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam kehidupan mereka. Pola pemanfaatan dan interaksi masyarakat desa dengan hutan rakyat cukup beragam dan berbeda‐beda satu sama lain, tergantung dari kesuburan tanah, kultur masyarakat secara umum, dan kebijakan lokal kabupaten yang terkait dengan pengembangan hutan rakyat. Namun demikian secara umum teridentifikasi bahwa hutan rakyat memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat desa. Sebagai contoh di Wonosobo, merupakan daerah yang kondisi tanahnya subur, sebagian masyarakat desa daerah tersebut menggantungkan hidupnya pada hutan rakyat. Hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan harian, kebutuhan jangka menengah, dan kebutuhan jangka panjang masyarakat desa. Kebutuhan jangka pendek terpenuhi dari panenan tanaman jangka pendek seperti cabe, kapulaga, dll. Kebutuhan jangka menengah terpenuhi dari hasil panen tahunan seperti ketela, kemukus, dll; sedangkan kebutuhan jangka panjang terpenuhi dari panenan jangka panjang dari tanaman kayu‐kayuan. Pada umumnya konsep pengelolaan hutan rakyat sangat sederhana yaitu hanya menanami tanah milik dengan tanaman berkayu dan membiarkannya tumbuh tanpa pengelolaan intensif. Kemudian dalam perkembangannya masyarakat mulai akrab dengan tehnik‐tehnik budidaya hutan, seperti perbanyakan tanaman metode stek, sambung, dan cangkok. Berkembang juga model penanaman beragam beragam jenis dan beragam lapisan tanaman multi layer, serta cara pemanenan kayu yang tidak merusak tanaman lain. Namun perkembangan tehnis ini tidak bersamaan dengan peningkatan kapasitas manajerial yang memadai. Hal ini