Kebijakan Penting Pengembangan Pengelolaan Hutan Rakyat

58 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II 6 Menyederhanakan sistem tata kelola hasil hutan rakyat, dan menghapus pungutan liar terkait dengan produksi hasil hutan rakyat. Konsep sertifikasi LEI, FSC, sistem SVLK, SKAU jangan menimbulkan disinsentif bagi pengembangan pengelolaan hutan rakyat 7 Mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten untuk menetapkan kawasan hutan rakyat sebagai hal yang keberadaannya diakui dalam peta tata ruang wilayah dan daerah. 59 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan

Data interpretasi citra tentang penutupan lahan hutan rakyat di Pulau Jawa yang dikerjakan oleh BPKH Wilayah XI Jawa‐Madura ini harus dibaca sebagai informasi yang bersifat spasial dan indikatif. Beberapa kesimpulan penting dari analisis pengembangan pengelolaan hutan rakyat dan arahan kebijakannya di Pulau Jawa adalah sebagai berikut: 1 Total luas penutupan lahan hutan rakyat indikatif hutan lahan kering primersekunder, hutan tanaman, perkebunan rakyat, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, dan semak belukar di Jawa dan Madura berdasarkan penafsiran citra landsat adalah 2.585.014,06 ha. 2 Berdasarkan pendekatan potensi kayunya, luas hutan rakyat indikatif di Pulau Jawa adalah jumlah luas dari penutupan lahan HLKPS, HT, PLK, PLKCS, dan SB yaitu 2.431.572,44 ha dengan potensi volume kayu rata‐rata sebesar 30,12 m3ha Tidak termasuk penutupan lahan perkebunan rakyat. 3 Sebesar 85.5 penutupan lahan hutan rakyat berada di bagian tengah dan hulu DAS, sehingga fungsi DAS akan optimal jika pengelolaan hutan rakyat di bagian ini kondisinya baik. Dengan demikian karakter dan fungsi hutan rakyat di bagian tengah dan hulu harus dikenali secara tepat dan benar. 4 Melanjutkan perluasan pengembangan hutan rakyat seluas 250 ribu ha, baik melalui program pemerintah, swadaya masyarakat, maupun program kemitraan antara perusahaan industri kayu dengan individu masyarakat. Kemitraan ini dilaksanakan minimal untuk luasan 100 ribu ha sampai tahun 2014. Kemitraan diikuti dengan penelitian dan pengembangan, meningkatkan nilai tambah, dan margin keuntungan yang adil bagi semua pelaku usaha hutan rakyat. 5 Membangun data base hutan rakyat di masing‐masing kabupaten, potensi hutan rakyat, kebutuhan bahan baku industri kayu rakyat. Data base 60 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II dipergunakan untuk mendorong penguatan UMKM dan koperasi hutan rakyat bersertifikat, sebagai dasar pengembangan ekonomi rakyat . 6 Menfasilitasi dan mendorong pemerintah daerah untuk membentuk unit manajemen hutan rakyat lestari UMHRL yang berbasis DAS. Meningkatkan upaya agar UMHRL ini disetujui untuk ditetapkan dalam tata ruang daerah.

4.2. Rekomendasi

1 Program pemerintah, kemitraan industri perkayuan, dan swadaya masyarakat terkait dengan pengembangan pengelolaan hutan rakyat perlu diarahkan pada kawasan penutupan lahan hutan rakyat yang potensi kayunya kurang dari 40 m3ha. Lahan milik rakyat yang kritis harus mendapat prioritas untuk lokasi pengembangan penelolaan hutan rakyat di Jawa dan Madura 2 Semua Dinas Kehutanan yang ada di Propinsi dan kabupaten se Jawa dan Madura membangun konsepsi bersama tentang pentingnya menfasilitasi pembentukan Unit Manjemen Hutan Rakyat Lestari UMHRL. Pendanaan menggunakan dana yang berasal dari DAK dan APBD. 3 Terkait dengan tata ruang daerah, maka Dinas Kehutanan Propinsi dan Kabupaten mengambil inisiatif untuk mengusulkan kawasan hutan rakyat dimasukkan dalam peta tata ruang daerah. 4 Masing‐masing instansi yang mengurus sumberdaya hutan di daerah mengambil inisiatif untuk membuat peraturan daerah tentang pengelolaan hutan rakyat di Jawa dan Madura.