Kondisi dan Masalah Hutan Rakyat Saat ini Strategi Pengembangan Pengelolaan Hutan Rakyat

50 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II 6 Banyak perusahaan bermitra, bagi hasil dan kerjasama lainnya dengan masyarakat untuk mengembangkan hutan rakyat secara komersial; 7 Di banyak daerah telah terjadi perubahan alih fungsi dari hutan rakyat menjadi penggunaan lainnya. Hal ini dikarenakan kurangnya insentif yang diterima oleh pelakupemilik hutan rakyat; 8 Pengembangan hutan rakyat belum diintegrasikan dengan tata ruang daerah, PAD, dan mitigasi perubahan iklim nasional dan; 9 Peraturan tata kelola kayu rakyat dikeluhkan oleh masyarakat sebagai sesuatu yang menghambat dan bersifat disinsentif.

3.2 Strategi Pengembangan Pengelolaan Hutan Rakyat

Pengembangan hutan rakyat selalu harus dikaitkan dengan keberadaan hutan alam dan hutan negara lainnya. Kontribusi hutan rakyat pada industri perkayuan, kesejahteraan masyarakat dan stabilitas ekologi, harus ditempatkan dalam konteks hutan secara keseluruhan. Sesuai dengan kondisi hutan rakyat saat ini, rumusan tujuan pengelolaan dan pengembangan, maka strategi pengembangan hutan rakyat di Pulau Jawa dirancang sebagai berikut: M ASY AR AKA T SE JAH T ER A KEB ERL A NJ UTA N H U TA N RA KYA T 51 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II Pengembangan pengelolaan hutan rakyat secara prinsip bertujuan untuk menciptakan masyarakat pemilik hutan rakyat sejahtera dan sumberdaya hutannya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Strategi yang harus dibangun untuk mewujudkan tujuan tersebut diuraikan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Arahan Strategi Pengembangan Pengelolaan Hutan Rakyat di Jawa Pengembangan Pengelolaan Hutan Rakyat PPHR Kriteria Indikator Peran para pihak Penataan Kawasan Hutan Rakyat HR Mewujudkan pengelolaan hutan rakyat di bagian hilir, tengah dan hulu DAS 1.Penanaman HR di bagian hilir, tengah dan hulu DAS prioritas. 2.Pemeliharaan HR yang sudah ada di DAS prioritas. 1.Pihak terkait pengemba ngan pengelolaan HR adalah Pemda Kabupa tenkota, Dinas Kehuta nan, BP ‐DAS, Organisasi pengelola HR; Forum Komunikasi DAS, Penyuluh Kehutanan, Dirjen RLPS. 2.Industri perkayuan model kemitraan 3.Dana pemeliharaan tanaman di DAS berasal dari APBD dan APBN Memastikan kawasan HR diakui dalam tata ruang daerah 1.Tersedianya peraturan BupatiWalikota dan atau Peraturan Daerah tentang pengakuan eksistensi HR berada dalam kawasan budi daya 2.Sosialisasi Peraturan tersebut ke masyarakat luas 1.Sangat memerlukan dukungan Dinas Kehutanan, Sekretaris Daerah, Bupati, dan DPRD. 2.Sosialisasi dilakukan oleh instnasi terkait, LSM, Perguruan Tinggi, dan Penyuluh kehutanan. Terbentuknya Unit Manajemen HR 1.Tersedianya sistem organisasi dan kelemba gaan pengelola hutan rakyat tingkat dusun dan desa, dimulai dengan pemetaan kawasan HR partisipatif; 1.Inisiatif pembentukan blok dan unit manaje men kegiatan HR tingkat dusun dan desa dirumuskan secara partisipatif oleh organi sasi masyarakat, Instan si 52 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II 2.Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi terbentuk; 3.Tata tertib pengelolaan HR, hak dan kewajiban disepakati oleh semua anggota organisasi; 4.Adanya pengaturan penanaman dan pemanenan secara lestari; dan 5.Blok kegiatan teknis HR ada di tingkat dusun, dan unit manajemen HR ada ditingkat desa. pemerintah daerah yang kompeten dan pemerintah desa. 2.Sangat diperlukan dukungan LSM dan Perguruan Tinggi untuk pengembangan kelembagaan HR 3.Perlu dukungan dana APBD dan APBN serta dana tidak mengikat lainnya, untuk memben tuk Unit manajemen HR UMHR Bahan baku kayu dan non kayu Pemerintah menetapkan target Produksi kayu HR= ……jt m3 th ? 1.Setiap Daerah Kabupa tenkota melalui Unit Manajemen HR melaku kan inventarisasi kayu dan non kayu; 2.Hasil inventarisasi digu nakan untuk menetap kan target tebangan kayu tahunan; Instansi terkait dengan kehutanan, masyarakat dan pengurus desa, harus terlibat dalam proses Pemerintah menetapkan target hasil hutan non kayu unggulan daerah …. Tonth ????? 1.Hasil inventarisasi digu nakan untuk menetap kan target pemanenan HHBK; 2.Menetapkan prioritas pengembangan HHBM unggulan masing ‐ma sing daerah Dinas Kehutanan dan Departemen Kehutanan merumuskan secara detil HHBK yang menjadi prioritas di kembangkan masing‐ masing daerah Kabupaten kota Pengelolaan hutan lestari dan kompetitif 1.Kayu yang dipanen setiap tahun adalah riap pertumbuhan setiap hektarnya, sebagai hasil perhitungan data‐ data inventarisasi; 2.Jenis pohon yang dita nam adalah jenis yang cepat tumbuh, bernilai ekonomi tinggi, dan 1.Fakultas Kehutanan, LSM, instansi terkait kehutanan, orgnaisasi Hutan rakyat, industry perkayuan, perlu merumuskan pengemba ngan HR di daerah masing‐masing. 2.Memperkuat kemitraan pengembangan pengelolaan HR yang 53 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II menguntungkan semua pihak terkait. saling menguntungkan antara: kelompok tani pengelola HR, pelaku industry kayu rakyat, pedagang lokal, pelaku usaha bersertifikat, eksportir, pemerintah dan Pemerintah Daerah Industri Pengolahan Pemerintah dan industry perkayuan menetapkan produksi Plywood dari kayu hutan rakyat…… juta m3th Tersedianya kayu dari hutan rakyat yang cukup untuk plywood Koordinasi antara pengusa ha industry kayu, Peme rintah daerah dan Departe men kehutanan Pemerintah dan pelaku industry furniture menetapkan kebutuhan kayu dari hutan rakyat untuk Furniture ….. jt ton th Tersedianya kayu dari hutan rakyat yang cukup untuk industry furniture Koordinasi antara pengusa ha industry kayu, Peme rintah daerah dan Departe men kehutanan Harus dipastikan bahwa pengolahan kayu dari HR memberikan nilai tambah kepada banyak pihak 1.Petani hutan rakyat menerima margin penju alan dan keuntungan yang adil; 2.Hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga pemi lik hutan rakyat Perlu perdagangan yang adil untuk para pelaku usaha hutan rakyat mulai dari petani sampai konsu men akhir Pasar Berapa banyak target ekspor dan kebutuhan domestik untuk plywood dan furniture ???? 1.Terwujudnya ekspor plywood dan furniture dari kayu HR dalam jumlah yang signifikan; 2.Memperbanyak areal HR yang bersertifkat, agar menguntungkan dalam kompetisi harga di tingkat internasional Koordinasi Kementrian Perdaga ngan, Kementrian Perindustrian, Kementrian Kehutanan, dan pelaku usaha industry plywood dan furniture Harus dipastikan mekanisme pasar dalam perdagangan ekspor dan domestic atas penggunaan kayu hutan rakyat memberikan manfaat maksimal bagi petani hutan rakyat 1.Petani, pedagang kayu, industry perkayuan plywood dan furniture masuk dalam skenario sertifikasi Ekolabel 2.Konsep LEI, SVLK agar lebih sederhana ketika diterapkan di HR 1.Kontribusi pelaku penting seperti Petani, pedagang, LEI, FSC, organisasi SVLK, dan lainnya yang terkait. 2.Membangun networking yang kuat sesama pelaku hutan rakyat 54 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II

3.3. Pembagian Peran Aspek Manajemen dan Upaya Sinergi Antar Pihak Dalam

Pengelolaan Hutan Rakyat Hutan rakyat di Jawa dan Madura mempunyai ciri berada di tanah milik dan pengambil keputusan pengelolaan hutan berbasis pada keluarga. Pengelolaaan dan pengusahaan hutan rakyat harus di dorong lestari, untuk itu di perlukan beberapa faktor yang penting untuk menjamin kelestarian; 1 kepastian kawasan pengelolaan hutan Æ kepastian ini sangat penting karena pengelolaan hutan biasanya terkait dengan waktu yang panjang sehingga butuh detail informasi kawasan – peta dan juga kepastian hukum mengenai kawasan; 2 aturan main dan kelembagaan pengelola hutan rakyat. Aturan ini akan terkait dengan dua hal; a aturan pengorganisasian kawasan meliputi rencana kelola penanaman, pemeliharaan, pengaturan hasil dan pemanenan b aturan sumber daya manusia; 3 mandat amanah – pengelolaan hutan rakyat yang berbasis pada individu keluarga harus memiliki komitment yang kuat pada kelompok untuk membangun hutan secara kolektif. Begitu juga pengurus harus selalu patuh pada kesepakatan misalnya soal etat tebangan yang diperbolehkan setiap tahun; umur tebangan, dll. Yang terakhir adalah monitoring dan evaluasi; dari proses ini didapatkan pembelajaran sehingga bisa di gunakan untuk perbaikan sistem dan juga peningkatan kinerja pengelolaan hutan rakyat. Bagian terpenting dari pengelolaan hutan rakyat adalah membangun unit manajemen yaitu wadah di mana orientasi pengelolaan hutan rakyat itu akan disepakati oleh masing‐masing keluarga pemilik hutan rakyat. Artinya harus ada kolektif action untuk mencapai pengelolaan hutan rakyat lestari. PP 44 tahun 2004 tentang perencanaan kehutanan. Fasilitasi kelompok tani harus holistik sehingga tidak terpecah‐pecah dalam ego‐sektoral, pendampingan oleh penyuluh polivalen dengan amunisi dana penyertaan yang seimbang antar departemen. Pemerintah harus memiliki regulasi yang memberi insentif bagi pengelolaan hutan lestari; misalnya akan memberi hak kelola hutan rakyat yang di dukung pemantapan kawasan dalam kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah serta 55 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II menyelesaikan konflik antar departemen terkait dengan kepastian kawasan. Dengan tetap mengacu pada UU 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Pemerintah juga perlu memfasilitasi unit manajemen bukan hanya dari sisi menanam pohon saja; tetapi juga mulai mengenalkan ke wirausahaan berbasis kehutanan ke petani UM. Dan fasilitasi ke arah industrialisasi harus dilakukan secara sistematis sehingga bisa berdampak lebih luas dan memberi nilai tambah dan maksimal benefit ke petani hutan rakyat. Hal penting lain yang harus segera di mulai adalah membangun atmosfer untuk investasi di kehutanan dan industri kehutanan. Sekarang ini banyak perusahaan perkayuan melakukan kerja kemitraan dengan warga dan organisasi masyarakat pengelola hutan rakyat, karena mengharapkan bahan baku dari hutan alam sudah sangat kecil. Pemerintah harus memberikan insentif kepada para pihak dengan menyiapkan peraturan bagi hasil yang berkeadilan untuk semua pihak. Regulasi yang cukup penting yang terkait dengan potensi hutan rakyat di Jawa 75 juta m3 adalah mengatur tata usaha hasil hutan yang tidak merugikan petani hutan rakyat. Misalnya memberi support ke unit manajemen untuk mendapatkan sertifikasi SFM; proteksi unit manajemen dari industri vakum cleaner. Sesuai UU no 32 2004 jo. UU no 8 2005 tentang pemerintah daerah; pemda mempunyai kewenangan untuk mengatur sumber daya alam –termasuk hutan rakyat‐ yang ada di wilayahnya. Untuk itu pemda harus bisa memfasilitasi kegiatan pengelolaan hutan secara utuh ruang lingkup yang meliputi; 1 perencanaan hutan rakyat; 2 tata kelola hutan rakyat; 3 kelembagaan; 4 pembiayaan; 5 penelitian dan pengembangan; serta 6 pengendalian. Kementrian Kehutanan dan atau pemda dapat memfasilitasi pembentukan unit manajemen mulai dari perencanaan hutan yang meliputi; 1 Penyiapan organisasi pengelola hutan rakyat; 2 Penetapan dan pengukuhan kawasan hutan rakyat; dan 3 Penyusunan rencana pengelolaan hutan rakyat, dan 4 menyiapkan anggaran dari APBD untuk pemantapan kawasan kawasan dan pengelolaan hutan rakyat yang berkelanjutan. Hal ini sangat penting karena dalam perencanaan ini