3
Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II
1.3 Metoda Kajian
Kajian tentang kawasan dan kebijakan pengembangan hutan rakyat di Jawa
dilakukan dengan menggunakan metoda dokumentasi. Semua data yang digunakan
berasal dari dokumen laporan yang tersedia di BPKH XI, data sekunder tentang
produksi hutan rakyat di Jawa, data‐data penelitian terdahulu tentang hutan rakyat,
dan rujukan data lainnya yang relevan dengan tujuan kajian ini.
4
Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II
BAB II
ANALISIS HUTAN RAKYAT DI PULAU JAWA
2.1 Kawasan Hutan Rakyat
Kalkulasi tentang luas kawasan hutan rakyat berdasarkan pada interpretasi
pengolahan basis data spasial data penginderaan jauh citra satelit optis, sehingga
data kawasan hutan rakyat yang diperoleh bersifat indikatif. Citra satelit optis yang
digunakan adalah citra Landsat‐7 ETM+ perekaman tahun 1990, tahun 2000, dan
tahun 2006. Data series berdasarkan 3 waktu perekaman ini diambil dengan tujuan
untuk mengetahui perubahan penggunaanpenutupan lahan kategori hutan rakyat
pada 3 periode perekaman tersebut. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui
kecendrungan perkembangan hutan rakyat di Jawa dan Madura.
Kalkulasi luas kawasan hutan rakyat ini menggunakan standar analisis
berdasarkan sistem klasifikasi penutupan lahan 23 klas yang dikeluarkan oleh
Departemen Kehutanan. Catatan penting dari pengelompokan ini adalah bahwa
kalkulasi luas kawasan hutan rakyat di sini dikaitkan dengan kepentingan
perhitungan kalkulasi potensi kayu dan biomassa vegetasi di atas tanah, dalam
rangka upaya menghitung kandungan karbon dari hutan rakyat yang ada di Pulau
Jawa. Dari
23 klas klasisifikasi penutupan lahan tersebut, hanya ada 6 klas klasifikasi yang secara
indikatif masuk dalam kelompok pengertian hutan rakyat di luar kawasan hutan
Negara. Ke enam klas penutupan lahan tersebut adalah: 1 hutan lahan kering
primer dan sekunder; 2 hutan tanaman; 3 perkebunan; 4 pertanian lahan
kering; 5 pertanian lahan kering campur semak; dan 6 semak belukar. Pengertian
masing‐masing klas tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Hutan lahan kering primer adalah seluruh kenampakan hutan dataran rendah,perbukitan
dan pegunungan yang belum menampakan bekas tebangan; 2.
Hutan lahan kering sekunder adalah seluruh kenampakan hutan dataran rendah,
perbukitan dan pegunungan yang telah menampakan bekas