Potensi Hutan Rakyat Penataan hutan rakyat : Karakteristik, fungsi dan tujuan

44 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II Data potensi pada Tabel 2.16 sangat menarik untuk ditafsir. Kuat dugaan bahwa bagian biomass yang besar kontribusinya adalah jenis pohon‐pohonan tree crops. Semak belukar, rumput dan sekenisnya tidak dapat dihiutung sebagai potensi volume kayu. Jika saja interpretasi citra landsatnya benar, maka beberapa informasi yang dapat diambil dari Tabel 2.16 adalah sebagai berikut: 1 penutupan lahan HLKPS, HT, PLK, PLKCS, dan SB menunjukkan memiliki potensi kayu beragam jenis yang dapat dikatakan masuk dalam kategori hutan rakyat. Penelitian Pusat Kajian Hutan Rakyat PKHR Fakultas Kehutanan UGM di Wonogiri, Gunung Kidul, Sleman, Bantul, Kulonprogo, Purworejo, Wonosobo, Nganjuk, Ciamis, dan Lumajang, menunjukkan bahwa potensi hutan rakyat memang rata‐rata berkisar antara 25 – 45 m3ha untuk segala model dan bentuk hutan rakyat di Jawa. Sementara itu pihak Departemen Kehutanan pernah mengklasifikasi bahwa hutan rakyat itu memiliki potensi kayu rata rata 40 m3ha; 2 dalam pengertian interpretasi citra landsat yang dilakukan oleh BPKH XI tahun 2009 tersebut, tingkat ketepatan dan kepercayaan metodologinya masih dalam rentang dapat diterima dan angka‐angka interpretasinya dapat dipercaya, mengingat kalkulasi potensinya secara relative berada dalam rentang angka‐ angka hasil penelitian langsung melalui metoda inventore yang standar di tingkat lapangan; 3 potensi kayu paling rendah 9 m3ha ada pada penutupan lahan perkebunan rakyat PR. Data ini dapat diinterpretasikan bahwa jenis tanaman perkebunan sangat beragam, tanaman perkebunan masih kecil‐kecil, dan jumlah tanaman berkayunya kurang padat dalam satuan hektar unit lahan. Angka ini jauh di bawah potensi rata‐rata hutan rakyat hasil penelitian PKHR Fakultas Kehutanan UGM tahun 2001‐2009; 4 Jika dibandingkan dengan data pada table 2.1 dan table 2.3 dan uraian pada buitir 1, 2, dan 3 di atas, maka berdasarkan pendekatan potensi kayunya, luas hutan rakyat di Pulau Jawa adalah jumlah luas dari penutupan lahan 45 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II HLKPS, HT, PLK, PLKCS, dan SB yaitu 2.431.572,44 ha dengan potensi volume kayu rata ‐rata sebesar 30,12 m3ha Tidak termasuk penutupan lahan perkebunan rakyat. 46 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II Gambar 2. Hasil Penafsiran Penutupan Lahan Berdasarkan Citra Landsat Periode Tahun 2006‐2008 47 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II

2.5.3 Karakteristik, Fungsi dan Tujuan Pengelolaan Hutan Rakyat

Analisis pada Bab II ini memberikan banyak informasi penting tentang hutan rakyat di Pulau Jawa. Beberapa kesimpulan yang berguna untuk pengembangan hutan rakyat di Pulau Jawa selanjutnya adalah antara lain: 1 Sebesar 85.5 penutupan lahan hutan rakyat berada di bagian tengah dan hulu DAS, sehingga fungsi DAS akan optimal jika pengelolaan hutan rakyat di bagian ini kondisinya baik. Dengan demikian karakter hutan rakyat di bagian tengah dan hulu harus dikenali secara tepat dan benar; 2 Sesuai analisis data pada tabel 2.3 tentang sebaran hutas rakyat di kawasan DAS dapat diinformasikan bahwa: penutupan lahan PLKCS, PLK, HT, HLKSP, SB, dan PR, secara berurutan menjadi prioritas untuk lebih dikembangkan lagi agar fungsi DAS menjadi optimal; 3 Dilihat dari karakter potensi hutan rakyat, Departemen Kehutanan pernah menetapkan potensi hutan rakyat yang diharapkan rata‐rata sebesar 40 m3ha. Pada kenyataannya seperti yang diuraikan pada tabel 2.16 tidak ada fungsi penutupan lahan hutan rakyat yang potensinya sudah mencapai 40 m3ha. Oleh karena itu semua penutupan lahan masih perlu ditingkatkan potensinya hingga mendekati potensi yang diharapkan. Artinya semua penutupan lahan hutan rakyat 6 klas memiliki peluang untuk ditingkatkan pengelolaannya. Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka rumusan tujuan pengelolaan hutan rakyat di Jawa dan Madura harus dikaitkan dengan pembangunan DAS hulu, tengah dan hilir. Rumusan tujuan pengelolaan hutan rakyat Jawa dan Madura adalah: 1 Menciptakan stabilitas ekologi yang memberikan peningkatan pendapatan keluarga, dan meningkatkan keadilan ekonomi bagi pemilik hutan rakyat ; 2 Mewujudkan pengelolaan hutan rakyat yang mencerahkan masyarakat dan tidak bertentangan dengan budaya masyarakat; 48 Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa Hasil Kerjasama BPKH XI dengan MFP II 3 Berkontribusi pada pola pembangunan Daerah Aliran Sungai DAS mulai dari bagian hilir, tengah, dan hulu; 4 Pembentukan unit manajemen hutan rakyat berkelanjutan sehingga terwujud kelestarian hasil dan kelestarian usaha hutan rakyat, serta didukung oleh kelembagaan yang kuat; 5 Memastikan kawasan hutan rakyat dimasukkan dalam tata ruang daerah dan mendorong pembuatan peraturan daerah tentang pengelolaan hutan rakyat; 6 Mewujudkan hutan rakyat yang dikelola berdasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.