Stainless steel Landasan teori 1. Tulang-tulang anggota gerak

Sebagiaan besar monolithic silicon nitride digunakan sebagai material untuk alat potong, kaitannya dengan kekerasannya, stabilitas panasnya, dan ketahannya untuk digunakan. Material ini secara khusus disarankan untuk permesinan berkecepatan tinggi pada besi cor. Pada permesinan baja, material ini selalu dilapisi dengan titanium nitride untuk meningkatkan ketahanan kimianya. Silicon nitride memiliki massa molar 140,28 gmol, massa jenis 3.44 gcm 3 , dan titik leleh 1900°C.

2.2.7.4. Stainless steel

Stainless steel merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10.5 Cr. Sedikit saja stainless steel yang mengandung lebih dari 30 Cr atau kurang dari 50 Fe. Karakteristik khusus stainless steel adalah pembentukan lapisan film kromium oksida Cr 2 O 3 . Lapisan ini berkarakter kuat, tidak mudah pecah dan tidak terlihat secara kasat mata. Lapisan kromium oksida dapat terbentuk kembali jika lapisan rusak dengan kehadiran oksigen. Pemilihan stainless steel didasarkan atas sifat-sifat materialnya antara lain ketahanan korosi, fabrikasi, mekanik, dan biaya produk. Umumnya berdasarkan paduan unsur kimia dan persentasi, stainless steel dibagi menjadi lima kategori Gadang Priyotomo, 2007. Lima kategori tersebut yaitu:

2.2.7.4.1. Stainless steel martensitik

Baja kategori ini merupakan paduan kromium dan karbon yang memiliki struktur martensit body-centered cubic bcc yang terdistorsi saat kondisi bahan dikeraskan. Baja ini merupakan ferromagnetic, bersifat dapat dikeraskan dan umumnya tahan korosi di lingkungan yang kurang korosif. Kandungan kromium umumnya berkisar antara 10,5 – 18, dan karbon melebihi 1,2. Kandungan kromium dan karbon dijaga untuk mendapatkan struktur martensit saat proses pengerasan. Karbida berlebih meningkatkan ketahanan aus. Unsur niobium, silicon, tungsten, dan vanadium ditambah untuk memperbaiki proses temper setelah proses pengerasan. Sedikit kandungan nikel meningkatkan ketahanan korosi dan ketangguhan.

2.2.7.4.2. Stainless steel feritik

Baja jenis ini mempunyai struktur body centered cubic bcc. Unsur kromium ditambahkan ke dalam paduan sebagai penstabil ferit. Kandungan kromium umumnya berada pada kisaran 10,5 – 30. Beberapa tipe baja mengandung unsur molybdenum, silicon, aluminium, titanium, dan niobium. Unsur sulfur ditambahkan untuk memperbaiki sifat mampu mesin. Paduan ini merupakan feromagnetik dan mempunyai sifat ulet dan mampu bentuk baik namun kekuatan di lingkungan suhu tinggi lebih rendah dibandingkan stainless steel austenitik. Kandungan karbon yang rendah pada baja feritik menyebabkannya tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas. Sifat mampu las, keuletan, dan ketahanan korosi dapat ditingkatkan dengan mengatur kandungan tertentu dari unsur karbon dan nitrogen.

2.2.7.4.3. Stainless steel austenitik

Stainless steel austenititk merupakan paduan logam besi-krom-nikel yang mengandung 16-20 kromium, 7 - 22 dari berat nikel, dan nitrogen. Logam paduan ini merupakan paduan berbasis ferrous dan struktur kristal face centered cubic fcc. Struktur kristal akan tetap berfasa austenit bila unsur nikel dalam paduan diganti dengan mangan Mn karena kedua unsur merupakan penstabil fasa austenit. Stainless steel austenitik tidak dapat dikeraskan melalui perlakuan celup cepat quenching. Umumnya jenis baja ini dapat tetap dijaga sifat austenitiknya pada temperatur ruang, lebih bersifat ulet dan memiliki ketahanan korosi lebih baik dibandingkan stainless steel ferritik dan martensit. Stainless steel austenitik hanya bisa dikeraskan melalui pengerjaan dingin. Material ini mempunyai kekuatan tinggi di lingkungan bersuhu tinggi dan bersifat cryogenic. Unsur molybdenum, tembaga, silicon, aluminium, titanium dan niobium ditambah dengan karakter material tertentu seperti ketahanan terhadap korosi atau oksidasi. Salah satu jenis stainless steel austenitik adalah AISI 304. Baja austenitik ini mempunyai struktur kubus satuan bidang face center cubic atau fcc dan merupakan baja dengan ketahanan korosi yang tinggi. Komposisi unsur-unsur pemadu yang terkandung dalam AISI 304 akan menentukan sifat mekanik dan ketahanan korosi. Baja AISI 304 mempunyai kadar karbon sangat rendah 0,08 dari berat. Kadar kromium berkisar 18 - 20 dari berat dan nikel 8 - 10,5 dari berat. Kadar kromium cukup tinggi membentuk lapisan Cr 2 O 3 yang protektif untuk meningkatkan ketahanan korosi.

2.2.7.4.4. Stainless steel dupleks

Jenis baja ini merupakan paduan campuran struktur ferit bcc dan austenit. Umumnya paduan-paduan itu didesain mengandung kadar seimbang untuk tiap fasa saat kondisi anil. Paduan utama material adalah kromium dan nikel, tapi nitrogen, molybdenum , tembaga, silicon dan tungsten ditambah untuk menstabilkan struktur dan untuk memperbaiki sifat tahan korosi. Ketahanan korosi stainless steel dupleks hampir sama dengan stainless steel austenitik. Kelebihan stainless steel dupleks yaitu nilai tegangan tarik dan luluh tinggi dan ketahanan korosi retak tegang lebih baik daripada stainless steel austenitik. Ketangguhan stainless steel dupleks antara baja austenitik dan feritik.

2.2.7.4.5. Stainless steel pengerasan endapan

Jenis baja ini merupakan paduan unsur utama kromium- nikel yang mengandung unsur precipitation-hardening antara lain tembaga, aluminium, atau titanium. Baja ini berstruktur austenitik atau martensitik dalam kondisi anil. Kondisi baja berfasa austenitik dalam keadaan anil dapat diubah menjadi fasa martensit melalui perlakuan panas. Kekuatan material melalui pengerasan endapan pada struktur martensit. 2.2.7.5. Titanium Titanium mempunyai ketahanan korosi sangat baik, hampir serupa dengan ketahanan korosi baja tahan karat. Titanium sendiri merupakan suatu logam yang aktif, tetapi titanium membentuk lapisan pelindung yang halus pada permukaannya yang mencegah terjadinya korosi ke dalam. Ketika titanium dipanaskan di udara, maka akan terjadi lapisan kulit TiO, Ti 2 O dan TiO 2 , sedangkan hidrogen yang terbentuk dari uap air di udara di-absorb oleh titanium. Selanjutnya O dan N, juga di-absorb oleh titanium. Inilah yang menyebabkan titanium menjadi keras. Titanium akan menjadi getas bila dipanaskan pada atau diatas temperatur 700ºC. Oleh karena itu pemanasan titanium di udara harus dilakukan secara hati-hati. Dilihat dari struktur mikronya paduan titanium terbagi atas fasa a, fasa a+ß, dan fasa ß.

2.2.7.5.1. Paduan titanium fase a

Paduan Ti-5Al-2,5Sn adalah paduan fasa a yang khas yang mempunyai keuletan cukup dan mampu las yang baik dan kekuatan melar yang tinggi sampai kira-kira 500ºC. Paduan-paduan titanium terutama yang mempunyai larutan padat interstisi rendah dari atom C, N, O, dan sebagainya, baik dipakai sebagai komponen-komponen mesin dan untuk penggunaan di bidang kriogenik. Keuletan dan kekuatan yang tinggi dari titanium dapat bertahan hingga temperatur - 253ºC. Paduan Ti-8Al-1Mo-1V telah dikembangkan agar dapat bertahan secara baik pada temperatur yang tinggi, baik kekuatannya maupun kekuatan melarnya. Paduan ini merupakan paduan terbaik di antara paduan fasa a dan fasa a+ß. Oleh karena itu proses penganilan dilakukan dua tahap agar tingkat keuletannya pada temperatur rendah dapat diperbaiki. 2.2.7.5.2. Paduan titanium fasa a+ß Paduan Ti-6Al-4V adalah paduan tipikal dari jenis fasa a+ß yang banyak digunakan. Paduan jenis ini mempunyai kekuatan pada temperatur tinggi, tetapi di bawah temperatur 150ºC keuletannya akan menurun. Paduan Ti-4Al-3Mo-1V adalah juga paduan yang banyak digunakan. Paduan ini sangat baik kekuatan dan mampu bentuknya.

2.2.7.5.3. Paduan titanium fasa ß

Paduan Ti-13V-11Cr-3Al adalah salah satu dari paduan fasa ß. Kekuatan yang tinggi dan perbandingan batas mulurnya bertahan sampai kira-kira pada temperatur 400ºC. Paduan ini memiliki kekuatan yang lebih baik pada daerah temperatur tersebut dibandingkan dengan baja 4340 Ni-Cr-M0, baja tahan karat, dan paduan aluminium .

2.2.7.6. Zirconia zirconium oxide