Sejarah dan Perkembangan Surat Kabar Kompas

commit to user

BAB II GAMBARAN UMUM SURAT KABAR KOMPAS

2.1 Sejarah dan Perkembangan Surat Kabar Kompas

Surat kabar harian Kompas merupakan surat kabar yang didirikan oleh Jacob Oetama dan Auwjong Peng Koen lebih dikenal dengan PK Ojong serta wartawan lainnya sepert Thedorus Purba dan Tinon Prabawa di Jakarta. Kantor redaksi terletak di jalan Palmerah selatan 26-28 Jakarta 10270. Surat kabar Kompas diterbitkan oleh PT. Kompas Media Nusantara dengan Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers SIUPP SK Menteri Penerangan RI Nomor0130SKMENPENSIUPPA.71985 tanggal 19 November 1985 dan keputusan Laksus Pangkopkamtibda No. 130PC1969 tanggal 12 Januari 1969 dan terdaftar di ISSN dengan nmr 0215-207 X. Surat kabar ini dicetak oleh PT. Gramedia Kompas terbit 7 kali dalam seminggu, dengan halaman regular sebanyak 36 lembar. Surat kabar Kompas saat didirikan bersamaan dengan panasnya suhu perpolitikan di Indonesia karena Negara dalam kondisi tidak menentu oleh sebab adanya PKI Partai Komunis indonesia yang terlanjur mendominasi. Pada awalnya PK jong dan Jacob Oetama berniat menggunakan nama Bentara Rakyat yang artinya adalah pengawal rakyat karena diharapkan surat kabar ini dapat berperan sebagai pengawal kepentingan rakyat. Namun, usul tersebut ditolak oleh presiden Soekarno dan nama itu diganti dengan nama Kompas yang bermakna sebagai petunjuk arah, sedangkan nama Bentara Rakyat tetap dpakai, tetapi digunakan sebagai nama Yayasan Kompas. Maka sejak 28 Juni 1965, surat kabar Kompas secara resmi menjadi salah satu surat kabar yang terbit secara teratur mengimbangi surat kabar commit to user bermisi komunis, yaitu Harian Rakyat. Dalam hal ini PK Ojong sebagai pemimpin umum dan Jacob Oetama sebagai pemimpin redaksi. Pada awal kemunculannya, Kompas mendapatkan reaksi negatif dari masa pro komunis. Kompas dituduh sebagai corong umat Katholik masa dengan kependekan Kompas yaitu “Komando Pastur” tuduhan itu sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat 39 . Pada dasarnya memang benar bila Kompas didirikan oleh mayoritas orang- orang Katholik dan bernaung dibawah yayasan Bentara Rakyat yang notabene mayoritas orang-orang Katholik dan pernah berafiliasi dengan partai Katholik. Akan tetapi tujuan Kompas sejak pertama berdiri adalah untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dari penyimpangan opini dan hasutan komunis dan demi menegakkan Orde Baru. Kompas untuk pertama kali terbit dengan empat halaman dan hanya mencetak sebanyak 4800 eksemplar di percetakan masa Eka Grafika. Kompas pada edisi perdana memasang 11 berita luar negeri dan 7 berita dalam negeri dihalaman pertama. Berita utama di halaman pertama saat itu berjudul “KAA II Ditunda Empat Bulan”. Sedangkan pojok Kompas dikanan bawah berjudul “ Mari Ikat Hati, Mulai Hari Ini, Dengan Mang Usil” Pada edisi perdananya, penampilan Kompas tidak begitu meyakinkan bila dibandingkan dengan surat kabar lain yang berdar waktu itu. Kompas saat itu dirasa kurang bisa bersaing, apalagi saat Kompas belum mempunyai percetakan dan kantor sendiri. Sebelum mempunyai kantor sendiri, Kompas berkantor di kantor redaksi Inti Sari yang bertempat di kantor percetakan PT. Kinta, jl. Pintu Besar Selatan No. 86-88 Jakarta. Sedangkan redaksi malam juga menumpang di redaksi majalah Penabur, di jl. Keramat Jakarta. Pelaksana Keredaksian dilakukan di salah satu ruangan percetakan P.N Eka Grafika. 39 Oetama, Jakob, Pers Indonesia: Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus, Kompas, Jakarta, tahun 2001, hlm. 33 commit to user Kompas pada tanggal 1 Oktober 1965 oleh penguasa pelaksana perang daerah Papelrada sempat dilarang terbit, meskipun Kompas telah ikut mengecam pemberontakan G 30SPKI. Pada tanggal 6 Oktober 1965 Kompas diperbolehkan terbit lagi. Dalam rentang waktu itu memang Papelrada tidak memperbolehkan Koran yang dicetak oleh PT. Kinta untuk terbit seterusnya. Oleh karena itu ada kesempatan lagi bagi Kompas untuk kemudian pindah ke percetakan PT. Kinta yang merupakan percetakan terbaik di Jakarta saat itu. Perkembangan Kompas dari tahun ke tahun semakin pesat. Pada tahun 1971, untuk menuju manajemen pers yang professional, Kompas telah melakukan audit sirkulasi oleh akuntan publik. Untuk memantapkan data audit sirkulasi maka sejak desember 1987 Kompas resmi menjadi anggota Bureu of Circulation Sydney, Australia. Badan audit tersebut merupakan badan internasional yang dibentuk bersama oleh penerbit surat kabar dan pemasang iklan untuk menyediakan angka-angka sirkulasi yang benar valid dari para anggotanya. Dalam perjalanannya Kompas sempat dibreidel oleh pemerintah pada tanggal 1966, bersama dengan surat kabar-surat kabar lainnya. Saat itu hanya ada 3 surat kabar yang diijinkan beredar, yaitu Berita Yudha, Pemberitaan Angkatan Bersenjata PAB, dan LKBN Antara. Seminggu kemudian, 6 Oktober 1966 Kompas sudah bisa beroperasi lagi. Usai pembreidelan oplah kompas menjadi membumbung, ini terjadi karena saat itu media massa terbatas jumlahnya. Sedangkan masyarakat sangat membutuhkan informasi berkaitan dengan kondisi politik Negara yang tidak menentu. Perkembangan yang sangat cepat ini lah yang menjadi salah satu alasan mengapa Kompas membeli mesin cetak sendiri. Oplah Kompas dari tahun ke tahun semakin meningkat, pada tahun 1972 oplahnya berhasil menembus angka 100.000 eksemplar. Di pertengahan tahun itu juga kompas mendirikan percetakan sendiri yaitu PT. Gramedia. Selanjutnya memasuki commit to user tahun 1975 oplah Kompas mencapai 200.000 eksemplar, dan sampai tahun 1986 oplah Kompas menembus sampai 500.000 eksemplar yang bertahan hingga sekarang dengan daerah penyebaran secara nasional. Distribusi Kompas paling banyak berada di wilayah Jabodetabek, jawa tengah diikuti Sumatera dan wilayah-wilayah lainnya. Di tahun 1972 itu juga, Kompas yang bergabung dengan PT. Gramedia Kompas mengalami beberapa peristiwa yang berkaitan dengan fluktuasi penjualan surat kabarnya. Misalnya, pada bulan bulan Januari 1974, sehubungan dengan peristiwa Malari oplah penjualan sempat naik menjadi 276.000 eksemplar menjadi 293.000 eksemplar. Pada September 1987, Kompas terbit dengan format baru yaitu terbit 7 kali dalam seminggu, dengan Kompas Minggunya. Pada saat itu surat kabar yang beredar kebanyakan hanya terbit enam kali dalam seminggu dan libur pada hari Minggunya. Meningkatnya oplah dan sirkulasi Kompas setiap tahun juga disebabkan karena Kompas telah mengembangkan sistem jarak jauh yang memungkinkan pembaca didaerah dapat menikmati Kompas sedini mungkin seperti pembaca di Jakarta. Sebelumnya distribusi Kompas dilakukan dengan perjalanan darat untuk wilayah Jawa, sedang daerah lain diangkut dengan jasa angkutan kargo. Tak ketinggalan Kompas juga beredar sampai ke luar negeri antara lain sampai Singapura, Hongkong, dan Malaysia. Peningkatan oplah ini mengindikasikan bahwa Kompas semakin dipercaya oleh masyarakat Indonesia. Kepercayaan terhadap Kompas tidak lepas dari kekritisan Kompas dalam mengkritisi berita sosial. Hingga kini bila dilihat dari tampilannya semakin baik mutunya dan muatan beritanya. Selain itu Kompas selalu mengikuti kemajuan teknologi cyber media dengan Kompas On-line nya www.kompas.com yang memungkinkan beritanya dapat diakses setiap saat dan dapat cepat di dapatkan oleh masyarakat. commit to user Dalam kiprahnya, Kompas bergerak ala kepiting, kompas yang digawangi oleh Jakob Oetama menjadi media cetak yang paling berkompeten dalam hal pemberitaan. Jurnalisme kepiting maksudnya adalah kepribadian Kompas bergerak ala kepiting, mencoba melangkah setapak demi setapak untuk mengetes seberapa jauh kekuasaan memberikan toleransi kebebasan pers yang ada 40 . Akibat tidak adanya kejelasan batas-batas dan pengertian pers yang bebas dan bertanggung jawab, seringkali penerbitan pers “tersandung” dan dipandang melakukan pemberitaan yang bertentangan dengan konsepsi pers bebas dan bertanggung jawab 41 . Dalam praktiknya, pers yang melakukan pemberitaan semacam itu akan sanksi dari pemerintah sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Jika kondisi tak memungkinkan, kaki kepiting pun bisa mundur beberapa langkah. Jurnalisme kepiting diperkenalkan oleh Rosihan Anwar. Seseorang yang menganut paham jurnalisme kepiting akan mementingkan keselamatan sendiri terlebih dahulu daripada mengambil risiko-risiko yang besar. Ibaratnya, seseorang pergi ke sungai, ketika melangkahkan kakinya, dan kebetulan dia digigit kepiting ia akan mengangkat kakinya terlebih dahulu, baru kemudian ketika sudah tidak ada kepiting dia akan berjalan lagi. Analogi mengangkat kaki adalah perilaku mencari selamat 42 . Jurnalisme ini bisa jadi sangat mementingkan sisi-sisi kemanusiaan. Artinya mendasarkan jurnalismenya pada kepentingan manusia, tetapi kepentingan tersebut sangat tergantung pada kekuasaan politik. Jika peliputannya tidak mengancam kekuasaan, jurnalisme tersebut akan memposisikan diri di tengah masyarakat, tetapi 40 Penerbit buku Kompas, Humanisme Dan Kebebasan Pers , Jakarta, September 2001, hlm. 39 41 Penerbit buku Kompas, Humanisme Dan Kebebasan Pers , Jakarta, September 2001, hlm. 96 42 Kompas, Kompas Menulis dari Dalam, Penerbit buku Kompas, hal.85. th. 2007 commit to user manakala dianggap mengancam kekuasaan ia akan cenderung membela kekuasaan politik yang sedang berkuasa. Nilai-nilai yang dibangun dalam hal ini adalah nilai- nilai kemanusiaan atas kepentingan politik.

2.2 Visi dan Misi Surat Kabar Kompas